Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2006

Cepat

Saat SD dulu, saya terhitung jarang dibelikan orang tua baju atau barang. Boleh dibilang baju atau sepatu baru dibeli pada saat lebaran tiba saja. Kemudian sepatu itu digunakan sekolah sepanjang tahun. Meski sepatu itu masih bagus dan hanya perlu disol bagian bawahnya saja, tapi tahun berikutnya tetap tak bisa dipakai karena sudah tak cukup lagi. Rasanya sayang sekali tak bisa memakainya lagi. Tentu saja ini menyebabkan saya nyaris selalu hanya memiliki satu sepatu saja selama satu tahun. Setelah dewasa batasan itu hampir tak ada. Apalagi postur yang nyaris tak berubah sejak SMP membuat banyak baju dan sepatu bisa digunakan lama. Batasannya kemudian adalah layak atau tidaknya dipakai. Rekor sepatu kesayangan adalah sepatu sandal yang digunakan selama tiga tahun. Meski digunakan kuliah hampir setiap hari, jalan-jalan di alam bebas, dll, sepatu itu begitu awet. Untuk bayi ternyata rekornya lebih cepat. Waktu untuk menggunakan baju dengan ukuran yang pas sangat terbatas. Lebih banyak baju

Kunjungan - Catt Kel 1

Terlambat menjadi mahluk sosial, begitulah saya sering menyebut diri sendiri. Betapa banyak hal-hal tentang sikap-sikap atau perbuatan sebagai orang yang baik kepada sesamanya, terlambat/baru dewasa saya pelajari. Mungkin karena tipikal bawaan yang kurang percaya diri, dan senang bersembunyi. Misalnya saja menjenguk orang sakit, mengunjungi seseorang untuk sekedar silaturahim, atau menghadiri pernikahan. Sejak mendengar hadits nabi tentang menjenguk orang yang sedang sakit, saya jadi belajar menjenguk. Bahkan masa kuliah, kami punya tim sendiri yang bersepakat untuk saling mengajak kalau ada yang sakit. Beramai-ramai menjenguk. Tapi menjenguk orang yang melahirkan belum ada dalam kamus saya. Bahkan hingga umur saya sudah menjadi dua puluh lima dan menikah! Baru saat saya hamil dan banyak berinteraksi lebih intens dengan ibu-ibu lain saya menyadari hal ini. Pelan-pelan saya mulai mewajibkan diri untuk mengunjungi saudari-saudari yang baru melahirkan. Ternyata meski lelah menghadapi pers

5.2

Dialog tiga generasi

Apa jadinya kalau seorang ibu beserta anak perempuan pertama dan anak perempuan pertama dari anak perempuan pertamanya berkumpul? Ada banyak pembicaraan. Tentang masa lalu dan masa yang akan datang. Apa yang pernah terjadi, apa yang mestinya terjadi, dan apa yang seharusnya tidak terjadi. Terkait tentang merawat dan mendidik anak. Ada pelajaran-pelajaran dari pengalaman sang ibu, yang berpadu dengan teori-teori yang ditemukan putrinya di dalam buku, sentuhan interaksi dengan banyak keluarga.