Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2005

Pindahan

Akhirnya tibalah salah satu hari dimana aku harus membiarkan orang lain menatap punggungku, menyisakan duka pada hati yang pergi maupun ditinggalkan. Hari ini, rumah baru akan kami tempati, dan ruang mungil 2.5x3 meter yang menemaniku selama 17 bulan ini kembali kosong sebelum diisi kembali. Dua jam lagi, mobil pengangkut barang akan tiba, dan dengan segera komputer ini akan masuk kotak untuk sementara. Hemmm...sedih? Sudah pasti. Sepekan dua pekan yang lalu, hawa perpisahan itu sudah terasa. Karena menurut beberapa orang, setelah lelaki itu datang, akan sulit menemukan waktu-waktu masak atau makan bersama di ruang makan kami, jalan kaki ke shimokitazawa, mengobrol sampai bosan, hingga sholat jamaah, sauh dan buka bersama, dll. Ternyata memang benar, waktu semakin terbatas. Tapi tentu ada harapan, bahwa kami masih bisa saling mengunjungi suatu hari nanti, atau sekedar bertukar cerita di padang rumput miring di sekolah. Makan siang bersama sambil menatap langit biru. Atau duduk di pojok

Puzzle 18 [MoU dan keputusan]

Apa yang membuat kita bisa meminimalkan gesekan saat hidup bersama dengan orang lain di suatu tempat? Selain kesamaan itikad/niat/tujuan yang ditunjang kesamaan rujukan (dalam hal ini dua warisan dari lelaki pilihan) diperlukan juga aturan-aturan sepele-tapi penting-untuk menjaga stabilitas keamanan dalam negeri. Pun yang terjadi dengan mereka berdua. Tanpa diminta, perempuan itu mengeluarkan undang-undang satu persatu tetapi sering. Hehe...Tentu saja aturan itu boleh dikompromikan bila perlu. Tidak perlu tercatat rapi, yang penting diingat dan dilaksanakan. Tentang pembagian handuk, sampah, kaos kaki, sampai batasan privacy, dll. Khas perempuan sekali. Tak ketinggalan, lelaki itupun mengeluarkan aturan, yang kalau dibandingkan masih kalah banyak dibandingkan yang dikeluarkan istrinya. Beberapa aturan kadang hanya ditampilkan dengan sorot mata, bahasa tubuh yang membuat perempuan itu mengerutkan kening. --- Cinta itu adalah keputusan , kata Anis Mata di majalah tarbawi. Keputusan untuk

Duasembilan

Suatu pagi, sekitar sepekan yang lalu, aku terjaga dari tidur dan agak terkejut melihat pemandangan aneh di meja belajar. Di depan komputer, terlihat al aliy (buku terjemahan Al Quran) yang terbuka. Agak aneh, karena hampir tak pernah aku tinggalkan tidur buku/bacaan dalam keadaan terbuka. Hanya kasus khusus saat aku tertidur di kasur, dan buku tergeletak di sebelah. Yang uniknya lagi, setelah diperhatikan bukunya menghadap ke arah komputer alias seperti terbalik bila dibaca dari kursi belajar. Aku berusaha mengingat-ingat tentang apa yang dilakukan tadi malam dengan buku itu, tapi tak berhasil. Lalu sambil mengerutkan kening kubaca apa yang sedang terhampar disitu. Ternyata halaman pertama surat nomor 29. Beberapa ayat tentang ujian. Agak ngeri, dan aku masih berpikir tentang halaman itu hingga sekarang. Mencari pelajaran yang ingin disampaikanNya. Baiklah, biar kusimpan disini ayat-ayat itu... 29-al ankabut Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 1. Alif laam

Tentang Neno

Dulu, puisinya saya muat disini , sekarang tentang diri dan keluarga Ada wanita terbaik, yaitu wanita yang lebih mahal dari langit dan bumi yang boleh masuk surga dari pintu mana saja. Yiatu wanita yang taat pada suami karena Allah dan menjaga amanah suaminya karena Allah dan lebih mencintai Allah dan rasulnya dari apapun juga. Dan ada anak-anak yang merasa aman dan nyaman karena hak pertama mereka diberikan: yaitu memiliki ayah dan Ibu yang takut hanya pada ALLAH dan mengajak mereka untuk selalu menjaga hak - hak Allah dengan ihsan dan rela. Rumah tersebut bukan rumah penuh hiasan mahal bermilyar. Semua itu tidak ada artinya jika di dalamnya tidak ada kesepakatan menjadikan rumah tersebut sebagai rumah perjuangan, rumah yang di dalamnya setiap orang membiasakan diri untuk melakukan aktifitas apapun dalam kerangka berjuang di jalan Allah. tulisan lengkapnya ada di eramuslim

Puzzle 17 [Pertemuan Ketiga]

Salju turun di keremangan bada subuh kala perempuan itu membuka tirai jendela untuk pertama kalinya. Atap-atap rumah dan jalan mulai cantik, memutih. Lalu ia bergegas menyiapkan diri untuk kemudian segera melesat ke bandara. Ya, lelaki itu akan datang. Setelah terlunta-lunta dalam ketidakpastian visa, ia kini akan berada disini. Di bumi Tokyo. Lauk, kue, bahkan bubur kacang hijau disiapkannya sejak semalam. Pagi ini ia hanya perlu memasak nasi, supaya kala mereka tiba di rumah siangnya, nasi itu lebih terasa nikmat. Saat ia keluar, udara dingin menyergapnya tanpa ampun. Ya, meminjam istilah seorang mbak, hari ini Tokyo menjelma serupa freezer raksasa. Dingin, bersama salju yang menderas. Angka-angka jadwal kereta dihapalnya dengan baik, sehingga insya Allah ia akan tiba tepat waktu di terminal 2 Narita. Suasana khas Yamanote-line dengan aroma pagi dan penumpang padat terkantuk-kantuk, tak terlalu dipedulikannya. Ia masih mengeja doa pagi yang belum usai dilantunkan pagi ini, sambil ses

Anak dan Quran

Kopipaste dari milis berantai, dengan sedikt editan supaya lebih enak dibaca From:dina sulaeman Subject:[kafe-muslimah] Cerita dari Sekolah Hapalan Quran Anak Balita Saya tinggal di Iran dan punya usia anak empat tahun. Sejak tiga bulan lalu, saya masukkan dia ke sekolah hafiz Quran untuk anak2. Setelah masuk, wah ternyata unik banget metodenya. Siapa tau bisa dijadikan masukan buat akhwat2 yg berkecimpung di bidang ini. Anak-anak balita yang masuk ke sekolah ini (namanya Jamiatul Quran), tidak disuruh langsung ngapalin juz'amma, melainkan setiap kali datang, diperlihatkan gambar misalnya, gambar anak lagi cium tangan ibunya. Di rumah, anak disuruh mewarnai gambar itu, lalu guru cerita ttg gambar itu (jadi anak harus baik dll). Kemudian, si guru ngajarin ayat wabil waalidaini ihsaana/Al Isra:23 dengan menggunakan isyarat (kayak isyarat tuna rungu), misalnya walidaini , isyaratnya bikin kumis dan bikin kerudung di wajah (menggambarkan ibu dan ayah). Jadi, anak2 mengucapkan ayat itu

Curhat

Judul kok curhat? Memangnya selama ini menulis disini bukan curhat? :P Salah satu pertanyaan berulang yang sering saya terima dari banyak kenalan baru-terutama yang berminat untuk melanjutkan sekolah disini-adalah mengenai tema riset/proposal riset. Untuk aplikasi beasiswa dimanapun proposal riset ini salah satu faktor menentu diterimanya aplikasi kita, sehingga beberapa malah minta dikirimi contoh rencana riset yang pernah saya buat. Tapi tak banyak yang tahu bahwa sampai sekarang masalah tema riset ini masih misteri buat saya sendiri. Dulu, saat saya melamar beasiswa, saya mengajukan rencana membuat desain kendaraan umum yang ergonomis. Ini diilhami kemacetan lalu lintas, (sebagai pelanggan setia angkot dan bis bandung-banjaran sejak SMP hingga kuliah) begitu banyaknya kendaraan pribadi yang memenuhi jalan, sehingga saya berpikir alangkah baiknya bila kita punya angkot yang nyaman. Dan dibuatlah tulisan tentang itu. Namun, setelah itu saya berubah pikiran. Apalagi melihat area riset

Cemilan

Aku sedang berpikir, kenapa jika sedang menulis atau berpikir untuk hal-hal yang terkait dengan riset, tiba-tiba saja otak ini seperti menahan beban yang teramat berat? Tak semenyenangkan mengerjakan hal-hal yang lain. Kontras. Seperti kontras antara menulis report dan menulis blog. Hehe... Apakah jawabannya waktu yang dihabiskan? Atau kecenderungan hati? Tapi rasanya tak berarti salah jurusan, atau harus belajar di jurusan sastra/bahasa. Dulu masa kuliah di Teknik Fisika, buku management dan psikologi menjadi cemilan yang sangat lezat. Sekarang itu menu wajib kadang tak senikmat dulu. Kenapa cemilan lebih nikmat dari makanan pokok? Iya, neng. Makan nasi dkk itu memang tak seasyik makan coklat. Apalagi bila harus masak dulu. Tapi daging dan tulangmu itu tumbuh dari situ. Coklat menambah sedikit-tapi penting-rasa dan nutrisi. Ngngng...jadi?