Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2004

Cemburu

aku selalu cemburu pada orang-orang yang tahu kemana mereka harus menjual nyawa yang senantiasa gelisah menciptakan perbaikan yang bersemangat menempa jiwa saat mudah ataupun payah, untuk cintaNya mereka mengatakan padaku: biarlah surga yang menjadi tempat istirahatku aku sungguh-sungguh cemburu

Menjadi Tua

Ada salah satu kuliah favorit saya disini, yang dibawakan dalam bahasa Inggris, tentang desain dan manusia. (Rupanya segala hal yang berkaitan langsung dengan manusia senantiasa menarik perhatian saya untuk diikuti, ya). Tema untuk semester ini adalah Design for Elderly People. Kuliahnya dirancang sangat menarik. Pada tahap awal, senseinya memberikan gambaran kuliah secara umum, dan beberapa aspek yang harus diperhatikan saat kita membuat desain suatu produk dengan konsumen tertentu. Lalu setelah itu, selama beberapa pekan, presentasi individual mengenai Aging and Changing Function, yaitu apa saja yang berubah seiring dengan perubahan usia. Beberapa faktor yang berubah misalnya sistem penglihatan, pendengaran, gerak, kognitif, dll. Kami mencari bahan sendiri lalu membaginya bersama kawan-kawan lain di kelas. Meskipun satu topik dibawakan oleh beberapa orang, hasil presentasinya tidak benar-benar sama, bahkan terkadang irisannya sedikit. Hal ini membuat pengetahuan kami menjadi s

Perpisahan

Diambil dari arsip tulisan, yang ditulis entah kapan. --- Teman adalah keluarga kedua. Walau tanpa aliran darah yang sama, ada aliran rasa yang senantiasa memanaskan jiwa. Menjadi bara yang membakar tekad untuk terus berjuang, mencapai mimpi. Dan aku selalu berharap kita kan bersahabat selamanya. Bahu membahu, membuat mimpi hari ini, menjadi kenyataan esok hari... Terima kasih, untuk setiap waktu yang pernah kita lewatkan. Semoga kita kan mampu mengulang cengkrama hari ini, pada kehidupan yang baru. Di JannahNya --- Rasanya dulu ditulis untuk mengenang teman, sahabat, dan saudara yang ditinggalkan di Indonesia. Namun perpisahan itu ada dimana saja. Sejak beberapa bulan yang lalu, aku pun ditinggalkan sebagian kawan-kawanku. Mbak-mbak yang telah mengajariku banyak hal pada awal kedatanganku. Menawarkan cinta tanpa pamrih, nasihat yang tulus, serta memberi contoh ketegaran seorang wanita, istri, ibu, dan juga daiyah. Mengingat semuanya, membuat ali

..berkas yang tercecer.. [2]

adinda, kala bocah riang sebayamu bermain manja kau pergi ke ladang membantu ayah menghitam, mengkasar kulit, mengakrabi matahari saat remaja seusia bercanda bersuka ria kau redakan tangis saudara-saudaramu dengan tanggung jawab menahan duka kehilangan bunda beserta ketegaran tak bertepi menginjak dewasa, gadis-gadis ramai bersenang-senang kau pikul beban sendirian hingga pundakmu nyaris patah karena susahnya airmata kau nikmati diam-diam tanpa kawan berbagi, sendirian terlalu banyak nikmat untuk disyukuri, katamu menahanmu berduka terlalu lama kauharap beban itu menambah kekuatan jiwa, menjadi makin mulia kupintakan untukmu karunia kebijaksanaan saat melewatinya kalau bukan dengan rasa dan makna penghambaan yang kita punya dengan apalagi kan diwarnai hari-hari? -mengenangmu III- Tokyo, 28 Juni 2004 rieska

About Me & Tokyo [2]

Sepertinya hari ini aku harus banyak menulis. Luka-lukaku hampir mengering semua. Senin ke dokter, dan insya Allah pekan ini sudah bisa beraktivitas normal. Saat itu nanti belum tentu aku bisa menulis banyak. Jadi mendingan tulisan panjang-panjang yang menceritakan masa lalu lebih baik diselesaikan sekarang. Huwaa...padahal buku-buku yang terjadwal untuk dibaca selama sakit ini pun belum selesai semua. Selalu begini...ada selisih antara harapan dan kenyataan. KEDATANGAN Pesawat yang kutumpangi bersama teman-teman adalah Japan Airlines. Ini kali pertama aku menaiki pesawat. Jadi agak norak juga, segala hal dicoba, hehe. Untungnya aku duduk bersama kawan-kawanku yang anak TF, dan kebetulan juga aku mendapat kursi dekat jendela. Tapi aku pikir kalaupun nomor kursiku bukan yang ini mereka akan dengan senang hati bertukar kursi. Yang satu tak ada masalah, yang satunya memang ingin duduk dekat gang supaya mudah jika pergi ke WC. Makanan kemudian tak terlalu menjadi masalah. Meski

About Me & Tokyo [1]

Setelah membuat cerber yang ternyata bingung mau diselesaikan bagaimana ~_~, saya jadi ingin membuat serial tentang kehidupan di Tokyo. Beberapa hal yang mungkin menarik atau bisa menjadi catatan untuk masa selanjutnya. Cerita ini akan dimulai dari masa keberangkatan saya. Eng ing eng... KEBERANGKATAN Pemberitahuan tentang penerimaan saya sebagai penerima beasiswa Monbusho datang agak terlambat dari jadwal yang diperkirakan. Saya sedikit cemas, karena beberapa hari sebelumnya seorang kawan pelamar beasiswa yang lain telah dinyatakan tidak diterima. Kawan-kawan lain dinyatakan diterima, dan ada pula yang masih menggantung seperti saya. Alumni Teknik Fisika angkatan 97 memang banyak yang melamar beasiswa monbusho tahun ini. Peminat sekitar 9 orang, yang berhasil melamar 6 orang dan yang diterima 5 orang. Satu hari, di bulan Juli 2003, sepulang dari Salman saya pergi ke perpustakaan TF. Saat itu saya sudah tidak memiliki kunci lab sehingga tak bisa lagi menggunakan fasili

Membuat Luka Menjadi Bara (4)

Memang enak. memendam luka, membiarkannya menjadi api dalam sekam. Rara Kereta Tokyu Toyoko Line berlari dengan cepat. Penumpangnya tidak terlalu banyak. Biasanya, saat Ra pulang, dia harus rela berdesak-desakan. Tak sepadat bis di Jakarta tentu. Ra duduk di gerbong kereta dengan mata yang menerawang jauh. Jika tak malu, ingin rasanya ia menangis sejak tadi. Tapi ditahannya kuat-kuat. Dia masih ingat peristiea saatt zemi tadi sore. ...huwaa...mandeg

Tes Inkblot

Pagi ini dengan isengnya saya melakukan tes Inkblot . Saya ga tahu persis bagaimana cara kerja tes ini. Tapi media yang mereka gunakan adalah gambar 'tinta' yang harus kita rasakan atau imajinasikan sendiri menyerupai apa. Mereka bilang di kata pengantarnya: In the course of this test, you will be asked a number of questions about 11 different inkblots. To truly capture your unconscious thoughts, it's important that you take a good look at each inkblot before reading the questions about it. There are no right or wrong answers on this test, so always give the response that most closely matches your feelings or observations about each inkblot. Setelah melewati 11 gambar itu beserta puluhan pertanyaan yang melengkapinya, saya mendapatkan hasilnya. Inilah hasilnya: ries, your subconscious mind is driven most by Peace You have a deeply-rooted desire to make peace in the world. Whether through subtle interactions with loved ones, or through getting involved in

..berkas yang tercecer..

jangan menangis karena tangisanmu seperti pisau yang memahat luka hati ini sebut saja keinginanmu kan kukabulkan dengan tongkat sakti doaku yang kuketuk-ketuk sepanjang malam bisu atau biarkan tangan-tangan ini bekerja sepanjang masa membantumu membangun impian tersenyumlah agar mentari pagi bersinar pancarkan energi pada sukma -mengenangmu- **** melesat bak panah yang terlepas bergerak mengiringi kilat aku terpana dengan pahatan luka tertatih sendirian berhenti sejenak menatap dengan iba lalu menyeret rasa membetot urat saraf merakit dalam logika yang tak ramah apalagi terjamah aku 'menyerah' sekali hentakan bentangkan jarak biar berbeda tapak selama jiwa masih satu jalan sampai nanti berbagi senyum di dataran keabadian -mengenangmu II- Tokyo, 25 Juni 2004 rieska

Rahasia

You have my word, dear... Itu ucapan yang sering diungkapkan kala kita meminta seseorang berjanji pada kita untuk menjaga rahasia. Dan apa yang ada dibenakmu saat kau menitipkan rahasiamu pada seorang sahabat? Kepercaayaan. Yah...seolah separuh hidupku kau tanggungkan padanya. Tak mudah memang bisa mempercayai orang. Saya sendiri merasa sulit sekali untuk bisa mempercayakan rahasia pada sahabat saya sendiri. Terkadang pada orang yang sudah menikah malah lebih berat, karena biasanya suami istri itu sangat terbuka. Ikatan mereka lebih kuat daripada ikatan sahabat. Mengingat keterbatasan itu, maka menyedikitkan rahasia, membiarkan banyak hal terbuka itu lebih baik, barangkali. Namun ketika satu dari sedikit orang yang kau percaya itu ternyata menceritakan rahasiamu pada orang lain, dan kemudian kau terluka hingga trauma, apa yang harus kau lakukan? Komaba-Tokyo, 25 Juni 2004 =terluka=

Membuat Luka Menjadi Bara (3)

Manusia kadang menyakiti manusia lain baik disengaja ataupun tidak. Jadikan hati seperti pasir saat pisau kata-kata atau prilaku itu mengiris hati. Agar luka yang digoreskan tak terlalu dalam, dan mudah dihapus jejaknya. Nana Terlahir menjadi anak bungsu dari lima bersaudara, apalagi dengan rentang usia yang cukup jauh dari kakak termuda membuat Na seringkali manja sekaligus ingin tampak dewasa di luar. Dia mendapat curahan kasih sayang melimpah dari kedua orangtuanya, tapi tidak dari kakak-kakaknya. Ini yang terkadang membuat dia seringkali merasa sedih sekaligus iri melihat Ra. Ra terlahir dari keluarga yang hangat, sulung dari dua bersaudara. Dia dan adiknya tampak sangat rukun dan saling menyayangi. Hubungan mereka akan mampu menjadikan iri setiap orang yang tahu betapa dekatnya mereka. Kadang mereka bertukar posisi menjadi kakak adik. Saling menjaga, saling menyayangi, saling membantu, beserta kompetisi yang mewarnai kehidupan mereka. Adik Ra yang bernama Re itu ting

Membuat Luka Menjadi Bara (2)

Barangkali ada, tapi manusia dengan cinta tanpa syarat itu adalah manusia langka. Amat langka. Rara Pagi yang cerah. Ra selalu menyukai langit. Apalagi langit Tokyo akhir-akhir ini. Biru cantik. Menyusupkan rasa damai dalam hatinya. "Ohayo..." "Hey...ohayo..." Ra menoleh, rupanya Natsue. Dia menjejeri langkah Ra. "Doko iku? Kenyusitsu?" "Haik, sou desu. Zemino junbi nandesuga..." Dia tersenyum, "Aa.. Eeto...chotto...shukudo ikundeskedo. Jya...ne..." Dia pun melesat pergi, mengambil belokan di sebelah kanan. Ra melanjutkan langkahnya. Pikirannya masih menuju gadis yang baru ditemuinya barusan. Natsue ini gadis Jepang, anak S1 yang tinggi dan manis. Dia pandai bermain piano. Mulai April ini dia menjadi kawannya se-lab. Ra ingat, betapa ia sangat bersyukur saat bertemu gadis ini pertama kali. Waktu itu, semester yang lalu saat ia menjadi research student di labnya, dia ikut salah satu kuliah yang diberikan s

Membuat Luka Menjadi Bara (1)

Adakah manusia yang mencintai orang lain tanpa syarat dan menolong sesamanya tak hanya pada waktu sisa? Nana Di kamarnya, Na masih menangis dalam bisu. Bahunya berguncang pelan. Surat dari Bandung di gengaman tangannya sedikit basah oleh airmata. Demam yang ia derita, rasanya tak ada apa-apa dibanding sakit yang ia terima di hatinya. Tok tok tok...Suara ketukan di pintu memecah kebisuan. Na menyusut sisa bening yang membasahi mata dan kedua pipinya, lalu bercermin sebentar. Tak perlu memakai jilbab karena ia tahu Ra yang mengetuk pintu dan mengantarkan makan malam untuknya. "Apa kabar hari ini, Say?" Senyum Ra menyambutnya di pintu. Pakaian dan jilbabnya masih rapi, tanda dia belum berganti pakaian sepulang kuliah. Dapur adalah tujuan utamanya begitu sampai di rumah. Ah, Ra...wajahmu tanpa lelah sekali, bisik hati Na. Na tersenyum kecil. "Ngantuk...mulai gatel nih... Mamah bikin apa malam ini?" Ra yang dipanggil Na 'mamah' semenjak Ra

Cinta dan Cinta (2)

Sebenarnya saya masih menunggu inspirasi untuk melanjutkan tulisan ini. Namun semakin ditunda biasanya malah semakin lupa, letupan apa yang dahulu membuat tulisan ini dibuat. Jadi rasanya lebih baik dilanjutkan saja sekarang. Membiarkan jari ini menekan keyboards dan mentransformasikan pikiran menjadi kata-kata. --- Kembali ke perenungan semula... Karena cinta itu tak bisa direkayasa apalagi ditolak, maka yang paling mungkin bagi kita adalah mengendalikannya dan mengontrolnya dengan akal kita. Mengontrol bagaimana sih? Pertama, mengontrolnya menjadi cinta karena Allah. Turunannya banyak. Saya menyukai artikel tentang ini di blog lain, yaitu http://ghuroba.blogspot.com judulnya "Hakekat Ukhuwah Kita" berupa tulisan berseri. Saya juga sempat menulis sebuah tulisan pendek sebagai tanggapan (baca "Kadar Cinta"). Melandaskan cinta atas dasar cinta kepada Allah akan membuat kita: 1. Mencintai Allah di atas segalanya 2. Mencintai ada yang dicintai Alla

Cuaca boleh panas, tapi...

Langit Tokyo kembali biru. Cerah. Angin bertiup perlahan saja. Subhanallah... Setelah kemarin ada taifu dimana hujan, angin kencang dan halilintar berpadu, sehari setelahnya menjadi sangat kontras. Ohya, suhu udara mulai menukik tajam. Suhu yang sempat aku amati antara 30-33C. Cuaca panas itu membuat kita jadi selalu haus. Bagusnya aku yang seringkali lupa minum jadi terbiasa minum banyak. Banyak pemasukan, banyak pengeluaran. Tapi itu membuat ginjal sehat. Namun kita juga harus berhati-hati ada yang bilang kalau kebanyakan minum bisa berakibat mematikan juga. Lho? Iya, jika konsentrasi larutan dalam tubuh menjadi kurang dari semestinya. So... Dua-tiga malam itu mataku selalu ingin berjaga sepanjang malam. Baru setelah aku bisa melihat matahari, aku bisa tertidur, dengan kepala yang agak pening, tentunya. Semoga saja kondisi ini tak berlangsung lama. Tapi kalau ini terjadi lagi maka aku harus mengubah jadwal pertapaan yang ada. Geli rasanya membayangkan diri ini bertapa menjadi o

Tulisan Neno (anak lelaki)

Neno membuat sebuah buku. Ini adalah salah satu cuplikannya. Saya belum tahu boleh memuatnya disini atau tidak. Saya mendapatkannya dari milis seputar buku dan kepenulisan. Sungguh, saya sangat menyukai tulisan ini. Mengingatkan saya pada ayah, dan juga pada banyak pertanyaan dalam diri saya tentang bagaimana seharusnya anak laki-laki maupun perempuan itu dibentuk. Di salah satu milis yang aku ikuti, kami malah memperbincangkan bagaimana peran ayah dalam menghadapi masa remaja anak-anak perempuannya. Generasi baru dakwah saat ini mulai memasuki fase remaja. Tantangan tersendiri buat para orang tua mereka, yang dulu pada masa remajanya justru baru 'menemukan Islam' di luar rumah: di sekolah dan di kampus-kampus. Sekarang adalah fase dimana, bagaimana menciptakannya di rumah sendiri? Semoga Allah karuniakan pada mereka semua (para orang tua) kesabaran, kekuatan, dan kebijaksanaan, untuk melahirkan generasi terbaik dengan sifat-sifat mulia... ---- AKU INGIN ANAK LELAKIKU

Cinta dan Cinta

Pagi ini kamar saya diketuk-ketuk, namun saya tak kuasa untuk bangkit. Terlalu lemah sekali. Dia tak berusaha lama, barangkali dia pikir saya sedang tertidur. Saya mencoba mengenali suara orang-orang yang memanggil-manggil saya, ternyata salah seorang teman asrama. Saya baru ingat hari ini tanggal 21 Juni, dan pada tanggal ini dia akan pulang ke negaranya selama dua pekan untuk sidang Masternya. Saya paksakan untuk duduk menyender dan meneleponnya. Syukurlah, dia ternyata masih di kamarnya dan akan pergi ke Narita tengah hari nanti. Ia tahu hari ini saya harus cek ke rumah sakit sehingga berniat mengunjungi saya sebelum kami berpisah. Kami berbincang beberapa saat sebelum mengucapkan salam perpisahan. Dua minggu bukan waktu yang sebentar untuk orang-orang yang bertemu hampir setiap hari seperti kami. Dia mengisi hari-hari saya sejak awal kami tiba disini, hampir 9 bulan yang lalu. Berangkat dan pulang bersama dari kampus, badminton, bersepeda, jalan kaki, berbelanja, makan sian

Jurnal Varicella

Sebenarnya saya aga ragu memasukkan tema ini disini. Kesannya gimana gitu. Tapi kemarin saya mendapat kabar dari seorang senior di Jerman bahwa banyak juga rekan-rekannya yang telat menjadi 'sakti'. Jadi dengan menulisnya disini saya berharap bisa mengingatnya dan membuat saya jadi tahu apa yang harus dilakukan bila varicella alias chickenpox alias cacar air ini menimpa teman saya. Salah satu web yang menyediakan informasi lengkap tentang ini adalah www.klinikku.com (Thanks to M Nina di Chiba, salah seorang pelanggan Ummi yang ngasi tau dan dengan baiknya bilang "rieska, bila kesepian BUZZ aja saya..." Subhanallah... selain dari beliau, saya juga mendapat tawaran yang sama dari M Is di Yokohama) Keterangan yang diperoleh tentang CACAR AIR Gejala dan tanda klinis Fase 1 penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari kemudian, muncul erupsi kulit yang khas. Fase 2 Munculnya erupsi p

Asing

Langit masih saja biru dengan sapuan awan disana sini, menyisakan sebuah naungan dari terik sang surya. Kicau burungpun tetap ramai. Aku mengintip sumbernya namun tak jua kutemukan. Mungkin mereka terlalu pemalu, sehingga lebih suka bernyanyi di balik daun-daun yang rimbun, menyembunyikan diri dari pandanganku Dunia masih berputar pada porosnya, menggulirkan sang waktu, menggilirkan siang dan malam serta musim pada setiap belahannya. Alam masih biasa saja, berjalan pada fitrah sesuai dengan catatan sang pencipta. Akulah yang kemudian beringsut, berkehendak membuat catatan sendiri tentang hidupku. Mengasingkan diri dari paparan tentang manusia yang semestinya ada Kalau kemudian aku lelah, galau, dan hilang arah, masihkah aku salahkan bukan diriku? Pada pagi yang terasa asing di Komaba-Tokyo, 19 Juni 2004 [Belajar lagi berkompromi]

Sendiri

Apa yang bisa kau bayangkan tentang seorang perempuan yang terpenjara oleh tubuhnya sendiri? Dia hanya mampu beredar dalam sekat-sekat dinding yang tak lebih lebar dari empat kali tiga meter luasnya-sebelum dikurangi barang-barang. Tanpa bertemu orang-orang sekitarnya, kehilangan rutinitas yang menjadi detakan dalam nadinya, bahkan ia sempat tidak tahu dengan apa ia akan makan esok hari. Tapi meski sendiri, Allah tak pernah membiarkannya benar-benar sendiri. Lewat dunia maya dia masih bisa menyapa sahabat-sahabatnya, terutama mereka yang hanya bisa mengakses internet di siang hari. Dia juga memberinya inspirasi untuk menulis, membuat beberapa karya yang mungkin belum tentu bisa diselesaikan pada waktu normal. Tadi pagi serta malam ini pun seseorang dengan setia mengetuk pintu kamarnya membawa seperangkat baki. Diatasnya ada hidangan lengkap, lauk, nasi, sayur, buah dan minum yang dimasak sepenuh hati oleh saudaranya yang lahir dari rahim ukhuwah. Hatinya mengembang hangat. Mem

Satu Menit yang Amat Berharga

Setelah satu dua pekan ini agak kurang enak badan (tanpa aku benar-benar sadar betul) Rabu sore kepalaku mulai sakit dan badanku menghangat. Puncaknya adalah saat pagi hari ditemukan bentol-bentol air di beberapa bagian. Aku tersentak, sepertinya cacar air. Lalu setelah mengeceknya di internet, gejalanya persis sama. Siang itu juga aku pergi ke rumah sakit diantar kawan naik taksi. Dokter memecah benjolan dan menaruhnya pada kaca preparat untuk melihat ada atau tidaknya virus disitu. Ternyata benar saja, aku kena cacar air. So, aku harus bersiap-siap. Semoga saja waktu sakit ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk tetap menambah kebaikan. Seperti artikel yang kutemukan di sebuah milis ini. Sayang penulis dan sumbernya tak dicantumkan. --- Satu Menit yang Amat Berharga Kunci sukses ibu rumah tangga, pandai-pandai mengatur waktu antara kantor dan rumah tangga 24 jam bisa terasa panjang, bisa pula terasa pendek, tergantung bagaimana Anda memanfaatkannya. Se

Respon Kilat

"Maaf, ya Ka...e-mailnya belum sempat dibalas. Tahu sendiri lah...akhir-akhir ini saya sangat sibuk..." Ujarnya ketika saya menelepon seorang kawan terkait satu urusan yang sangat penting. Saya berusaha memahaminya. Dia memang orang yang supersibuk dimana tak ada kata istirahat dalam kamusnya. Jeda adalah berhenti sejenak sebelum menuntaskan satu demi satu amanah yang dia punya. Tapi saya tak bisa memungkiri, ada rasa kecewa yang diam-diam menjalar di hati. Dan selalu saja begitu. Saya selalu merasa 'terluka' bila saya tidak bisa mendapatkan dengan cepat respon dari orang lain. Meskipun saya belajar memahami dan memaafkan, namun luka itu membekas di alam bawah sadar, membuat saya kemudian sungkan untuk meminta hal yang serupa di kemudian harinya. Beberapa kawan terbaik yang saya punya (beragam usia) adalah kawan dengan respon kilat. Respon kilat itu menumbuhkan kepercayaan dan eksistensi kita sebagai bagian penting dalam kehidupan yang lain. Meskipun tentu t

Antara huruf dan imajinasi

Hari ini, selepas kuliah terakhir di sore hari, aku bertahan di lab. Aku berusaha mencari bahan-bahan untuk dua buah tugas akhir bulan ini. Tiba-tiba salah seorang kawan menghampiriku, mengajakku bicara. Aku sedikit terkejut dan juga senang. Di lab di sini (Jepang), khususnya labku, anak-anaknya jarang berbicara atau mengobrol saat bekerja. Mereka biasanya 'keep silent' dan membuat suasana lab sangat hening meski setiap bangku terisi. Waktu awal-awal dulu aku masih belum terbiasa dan kondisi ini membuatku mengantuk. Biasanya saat mengantuk aku berteriak pelan, "Somebody speak to me please..." Hehe...ini lumayan jitu untuk membuat salah satu dari mereka 'bicara' satu dua menit sampai kantukku hilang :D Tapi sekarang aku sudah mulai terbiasa untuk 'anteng' sendiri. Jika mengantuk pun aku lebih suka menelungkupkan muka dan tidur sejenak...:D Eh ya, kembali ke cerita semula. Kawanku itu menanyakan kabar kuliahku dan juga kesulitan yang aku ala

Sebentar Lagi

Perenungan yang ditulis seorang sahabat sekaligus saudariku... Izinnya telah kupinta untuk memuatnya disini. Agar aku senantiasa mengingatnya. --- Selasa, 18 Mei 2004 Bismillah ar-Rahmaan ar-Rahiim Petang ini, kembali HPku menerima pesan gembira. Dua saudaraku yang telah lama bercorporate dalam jihad siyasi di K, telah lulus sidang S1-nya. Ani (biologi Unpas'99) dengan predikat cum laude dan Ema (dengan jurusan dan kampus yang sama). Keduanya juga pengurus kaderisasi. Bada maghrib, kembali HPku juga menerima pesan...dalam nuansa yang jelas berbeda. "Innalilahi wa innailahi roji'un, telah berpulang ke rahmatullah ukhti Sri Sulastri bada maghrib ini" Sungguh, selama ini aku tidak mengenalnya. Dia 'hanyalah' teman dari temanku. Unisba'99, telah lulus awal tahun ini, berdomisili di lebak gede. 3 pekan lamanya dia terbaring di Boromeus. Seharusnya dia sudah bisa pulang (kerumah), tapi mendadak dia KOMA dan terbaring di ICU sejak 9

Hadiah

Hujan masih turun rintik-rintik saat aku keluar dari stasiun. Hari Ahad ini lengkap sudah episodeku bersama hujan. Pagi-pagi saat pergi kehujanan, pulang pun demikian. Salahnya sendiri, sering lupa dan malas membawa payung di musim hujan seperti ini. Hup, sampai di gedung asrama aku refleks membuka kotak surat. Waa...sepucuk surat tanpa nama pengirim. Sampulnya aneh, bukan dari Indonesia. Sepertinya ini EMS edisi Malaysia. Mataku membesar, hatiku menghangat. Standar icon bahagia. Hoho… Ternyata itu kiriman saudara baru dari Malaysia. Aku baru mengenalnya sepekan yang lalu, lewat teman yang lain. Dia mengirimkan CD kumpulan lagu nasyid, selembar kartu pos dan juga foto. Meskipun aku lebih senang dan sering mendengar murattal AQ daripada nasyid, tetap saja aku bahagia. Tiba-tiba hatiku dipenuhi getar-getar cinta membaca kata-kata di kartu pos itu: ‘Terimalah hadiah kecil dari saya. Moga ukhuwah yang terjalin diredhai Allah hendaknya’. Meski baru mengenalnya sekejap, semoga ukhuwah

Berkaca

Diambil dari arsip tulisan --- 040304 (angka yang bagus, senang rasanya bisa menulis di tanggal ini) Libur musim dingin hampir usai. Empat belas hari hanya tersisa dua hari saja. Pfff...banyak sekali ternyata target yang belum dituntaskan. Buku kanji, weekly report, review,... Bahkan dua buah text book kuliah masih tersenyum manis di rak-belum tersentuh samasekali selama libur. Berbeda dengan hari2 di awal libur yang tenang, hari2 terakhir ini intensitas meningkat cepat. Rapat2 online dan deadline2 terasa begitu memburu dan membuatku kadang sulit menghela nafas. Alhamdulillah satu persatu bisa dituntaskan. Meski ini belum apa2... Akan ada batas2 baru yang menunggu untuk dilewati. Aku sedang pikir, siapakah yang sebenarnya memburu dan diburu? Kita atau waktu? Nyatanya saat aku menemukan tanggal lahirku yang lain, aku merasa menjadi sangat tua... Ya...8 Dzulqaidah adalah hari lahirku di tahun hijriyah. Dan tahun ini, itu bertepatan dengan tanggal 1 Januari 2004. Tepat d

Musim Panas

Udara sejuk khas musim semi, perlahan-lahan meninggalkan Tokyo. Sebenarnya tak benar-benar meninggalkan karena terkadang kesejukan masih tetap menyelimuti lingkungan sekitarku. Apalagi di masa peralihan ini, hujan sering sekali menyapa kami. Selama sepekan, misalnya, dua tiga hari hujan membasahi bumi. Ahad kemarin, aku sempat berhujan-hujan ria saat pergi ke Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT). Aku lupa dan malas membawa payung. Lumayan basah, untung sekardus majalah yang kubawa telah kubungkus rapi dengan plastik sehingga tak ikut menderita. Di SRIT ada seminar Fahima (Forum Silaturahim Muslimah) dimana aku jadi panitia sekaligus moderator sesi pertama. Syukurlah, saat maju ke podium, jilbab dan bajuku telang mengering. Sebenarnya, di stasiun kereta tersedia payung-payung yang bisa digunakan siapa saja. Kita bisa memakainya saat hujan mendadak. Namun kadang orang-orang lupa mengembalikannya sehingga persediaan benar-benar kosong dan tak ada saat dibutuhkan. Tapi boleh jad

Welcome Summer

Musim panas, alias 夏(natsu) alias summer ini terdengar sedikit menyeramkan. Panas dan lembab, katanya. Serangga yang berkeliaran, dan pemandangan sekitar yang membuatku harus kuat-kuat menundukkan pandangan. Delapan bulan disini, sejak musim gugur tahun lalu, membuatku merasakan tiga musim yang menakjubkan. Momiji, salju, saakura, adalah tiga hal yang istimewa dari setiap musim. Lalu apakah duka dan kesulitan menjadi 'keistimewaan' musim ini? Semoga tidak. Aku akan tetap menyambutnya seperti excited nya menghadapi musim-musim sebelumnya. Bersyukur...bersyukur...dan bersyukur... Kalau tak mampu, bersabar saja... So, musim panas? Siapa takut??? Welcome summer...semoga penuh berkah Tokyo, 2 Juni 2004