Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2006

Menjadi sebelas (bulan)

Sebeleas bulan bubu, bersama hujan di daerah Tokyo dan sekitarnya. Sejak bunda keluar rumah di pagi hari, hingga pulang di senja hari, hujan tak henti-hentinya mengguyur bumi. Alhamdullillah... Betapa hujan harus senantiasa disyukuri karena bunda seringkali terkenang saat-saat kemarau di kampung dulu. Mengambil seember dua ember air di mata air yang masih mengalirkan air. Karena sumur di rumah sudah nyaris kering. Hujan ini juga mengingatkan bunda pada sepatu yang hanya satu. Dari kain dan basah kuyup. Sepertinya harus minta restu baba tuk membeli sepasang lagi. Hehe... Tapi sebelum bunda lapor baba sudah tahu dan sepertinya tanpa diminta ijin akan diberikan. *** Bubu sebelas bulan... Mulai kelihatan seperti anak-anak dan bukan bayi. Kadang-kadang bunda dan baba memanggilnya gadis. Hehe... si gadis sudah tidur? lihat si gadis lucu sekali, gadis demam, dsb. Lego-lego yang dirakit bunda sudah bisa dia uraikan satu persatu. Artinya, tangan bubu sudah mulai kuat. Dia juga sudah mulai panda

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Koen

Koen berarti taman dalam bahasa Jepang. Di sini, di bumi sakura, koen bisa ditemukan di banyak tempat. Dari mulai yang kecil hingga luaaaaaaaaaaas sekali. Yang ukuran mini, di dekat rumah saya, hanya berukuran sekitar 20 meter persegi. Lengkap dengan ayunan, prosotan, dll. Anak-anak senang sekali bermain disana. Saya sering melihat banyak anak-anak yang datang bersama ibu atau ayah mereka. Kadang kakek-kakek, ataupun nenek-nenek, duduk bersantai disana. Sudah hampir tiga bulan ini pergi ke taman menjadi rutinitas saya. Mengantar anak-anak. Anak-anak? Bukannya baru satu? Hehe... iyah sih, mengantar anak-anak orang. Anak-anak TK Islam Otsuka, tempat saya mengajar. Mereka tak pernah bosan pergi ke taman setiap hari. Bersemangat tuk pergi, dan agak susah tuk pulang. Kalau diberitahu bahwa setelah sholat dhuhur dan makan ada kegiatan menarik yang lain, baru mereka ikut pulang. Apa saja yang dilakukan di taman? Bermain (tentu!), memberi makan merpati, memungut biji-bijian, mengamati pohon, d

Koen

Koen berarti taman dalam bahasa Jepang. Di sini, di bumi sakura, koen bisa ditemukan di banyak tempat. Dari mulai yang kecil hingga luaaaaaaaaaaas sekali. Yang ukuran mini, di dekat rumah saya, hanya berukuran sekitar 30 meter persegi. Lengkap dengan ayunan, prosotan, dll. Anak-anak senang sekali bermain disana. Saya sering sekali melihat banyak anak-anak yang datang bersama ibu atau ayah mereka. Kadang kakek-kakek, ataupun nenek-nenek, duduk bersantai disana. Sudah hampir tiga bulan ini pergi ke taman menjadi rutinitas saya. Mengantar anak-anak. Anak-anak? Bukannya baru satu? Hehe... iyah sih, mengantar anak-anak orang. Anak-anak TK Islam Otsuka, tempat saya mengajar. Mereka tak pernah bosan pergi ke taman setiap hari. Bersemangat tuk pergi, dan agak susah tuk pulang. Kalau diberitahu bahwa setelah sholat dhuhur dan makan ada kegiatan menarik yang lain, baru mereka ikut pulang. Apa saja yang dilakukan di taman? Bermain (tentu!), memberi makan merpati, memungut biji-bijian, mengamati p

Sepetir inpo

Bubu akhir-akhir ini.. Ia lagi senang-senangnya latihan berdiri. Bangun tidur latihan, siang-siang latihan, sampai mau tidur. MasyaAllah... Tak peduli kalau dua mahluk dewasa masih/sudah mengantuk, ia tancap terus... Kecepatan merangkaknya juga sudah mulai tinggi. Kalau bunda sedang membuat prakarya (baik itu terkait majalah ataupun membuat mainan sendiri), maka mata awasnya akan medorongnya tuk maju merebut gunting atau selotip yang ada pemotongnya. Dan Gool... Alhamdulillah bunda masih menang cepat. Wal hasil bunda kalau buat sesuatu peralatannya harus langsung disimpan di atas rak ataupun oshire yang terbuka. Ohya, dengan empat buah senjata baru, beberapa tempat sudah menjadi sasaran uji coba kekuatan gigi. Bahu, lengan, jari, kaki, dll. Dan meski berkali-kali diberitahu, Bubu sang eksplorer masih saja diam-diam tes rasa tuk kertas, plastik, tisu, butiran-bitiran-entah apa. Tapi bunda masih bisa jeli dengan gaya kunyah dan wajah polos-aku-memakan-sesuatu gadis mungilnya itu, sehingg

Puzzle 35 (...)

Saat penat, saat perempuan itu merasa khawatir, saat beban terasa bertumpuk-tumpuk di kepala, keningnya yang berkerut-kerut di depan layar komputer. Lelaki itu duduk memangku putri kecil mereka, bermain. Bercerita pada si mungil, kalau bunda mereka sedang sibuk. Sesekali lelaki itu menyentuh bahunya. Menepuk-nepuknya perlahan... Entah sugesti, entar mimpi, tapi sentuhan itu mengalirkan kenyamanan yang menelusp tulang sampai ke hati dan pikiran, menyingkapkan kabut pada akal dan jiwanya. Terima kasih cinta...

Sepuluh bulan cinta

Subhanallah... Cinta kecil kami sudah sepuluh bulan. Dengan tubuh mungil 6529 gram - 66 cm dia sudah terlihat mobile. Merangkak kesana kemari, meraih apa saja yang bisa dijangkau dengan tangan mungilnya. Bayi sibuk. Sepertinya banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukannya. Dulu ia sibuk menjilat apasaja, sekarang ditambah dengan mengunyah apasaja, membuka apasaja, memegang apasaja, ... Kabel, kancing, kertas, dan tisue adalah favoritnya. Laci meja pun sudah berhasil dibukanya... Bubu marah jika dilarang. Kadang marah dengan gaya menjedukkan kepala. Kuncinya mengalihkan perhatian dan mencari pengganti yang sepadan. Entah kenapa dia sudah lupa kata mama atau nenen. Kata ade lebih sering keluar tuk memanggil bunda ataupun mimi. Mungkin karena mendengar baba yang selalu memanggil bunda dengan panggilan ade. Bubu juga mulai menjadi echo. Kala bunda/baba berkata sesuatu ia akan mengulangnya. Bahkan bunda batuk pun ia akan ikut meniru: uhuk uhuk. Hehe... Dipakaikan popok sudah mulai protes