Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2004

Topeng

Manusia pandai menggunakan topeng. Tipuan demi tipuan gampang dibuatnya bak aktris. Senyum yang banyak, sapa sini sapa sana, maka predikat ramah akan disandangnya. Banyak membaca, sekolah tinggi-tinggi, mencerna informasi lalu mengajarkan pada banyak orang, maka ia akan disebut cerdas dan baik hati. Sisihkan sedikit uang untuk dibagi-bagi, maka dermawan akan menjadi gelarnya. Sering-sering juga ulurkan tangan bila ada yang butuh bantuan, jadilah ia ringan tangan. Rajin mencatat kenalan, mengontak-ngontak banyak orang, sedikit berkorban untuk hadiah, maka jaringan luas akan diperoleh. Bisa untuk koneksi dagang atau untuk meminta bantuan lanjutan. Datang ke acara-acara penting, beribadah masal agar orang melihat sebagai orang shalih. Lalu bergabunglah bersama barisan orang baik, pura-pura berjuang, sampai ambisi untuk menjadi menteri terobati. Selain untuk dapat istri atau suami yang baik hati. Duuuh...betapa mudahnya manusia berganti-ganti topeng. Membuat banyak orang t

Putus

**ga jadi libur** Bulan september ini ada tiga kabar kematian tentang ibu yang saya dengar, dan tiga kabar bapak, dan sisanya entah siapa. Bertubi-tubi. Lalu dua tiga hari ini menjelang tidur, saya sering merasa nafas ini akan habis. Jantung berdebar... Kadang saya merasa, mungkin esok tak bangun lagi. Kematian seperti mengejar-ngejar saya dan menghimpit jiwa dengan caranya. Saya jadi ngeri membayangkan hutang-hutang yang belum terbayar, amanah yang belum tertunaikan dengan semestinya, dosa-dosa yang belum dimintakan ampunan, baik kepada sesama manusia maupun kepadaNya. Saya merinding, takut. Takut ada yang terlewat, takut ada yang tak terampuni, takut ada yang tak termaafkan. Saya berpikir tentang surat wasiat, dan mungkin saya harus segera membuatnya. Tapi seperti apakah isinya? Kalau saya meninggal di kamar ini, siapa yang akan menemukan saya? Disini, privacy sangat terjaga. Jarang ada orang yang datang ke kamar yang lain. Paling sesama orang indonesia saja yang kunjung

Receh [2]

Mestinya ini untuk edisi besok, tapi rasa hangatnya lebih baik ditularkan sekarang. Jadi besok libur yaa Masih tentang uang... --- Seorang perempuan menyusuri jalanan ramai di sudut-sudut kota Tokyo, menyelesaikan urusan demi urusan. Sudah lama ia tidak berjalan jauh. Di kampung halamannya dulu, berjalan kaki sendirian adalah salah satu aktivitas pencair penat di kepalanya, bila kepenatan itu tak bisa dicairkan dengan mencuci pakaian atau mengepel lantai. Mencairkan penat itu sama dengan membenahi hati dan mengkonstruksi pikiran. Pikirannya mengembara, mencerna kejadian demi kejadian. Hari ini dia baru saja bertemu dengan seorang kawan muda-yang dia sayangi, yang memberikan sebuah webcam kepadanya. Dan ahad lalu, dia dan teman-temannya juga menghadiahkan sebuah toaster untuk bekalnya berumah-tangga, sebagai hadiah pernikahan. Sabtu, sehari sebelumnya, seorang kawan lain-yang juga ia sayangi, meski belum telalu dekat karena keterbatasan bahasa, menghadiahkannya gamis cant

Receh

Sakit rutin kemarin membuatku hanya berdiam di rumah bersama hujan, jemuran, dan laporan serta melupakan lapar. Baru saat sore kusadari bahwa perut ini lapar dan persediaan beras habis. Hemm...kubongkar tas, hanya ada lembaran 1000 yen. Sayang sekali bila 1000 ini hanya untuk dua kilo beras, sementara 1890 bisa untuk 5 kilo. Segera saja dikerahkan semua sudut tas, mencari receh yang tersisa, juga celengan untuk koin mesin cuci pun terpaksa diambil beberapa. Beberapa puluh menit kemudian nasi hangat dan ikan presto menjadi santapan malam yang diiringi es agar-susu yang kubuat sendiri. Lagi-lagi receh penyelamat. Dibelahan bumi manapun, rupanya receh-receh ini seringsekali menjadi utusan penyelamatku. Alhamdulillah...

Jemuran

Hujan memang tak pernah ramah kepada jemuran namun ketakramahan yang bukan karena ia angkuh tapi justru pada ketundukannya Jemuran mengalah sejenak, menatap hujan dalam diam ikhlas tak ikhlas, ini kenyataan jadi sabar adalah pilihan terbaiknya Sabar tak berarti menahan duka karena dia tetap terlihat bahagia membalas senyum petani-petani yang gembira, mempersilakan hujan menyapa sawah ladangnya --- ::mengenang hujan pagi di tokyo

Puzzle 4 (bocah kecil)

Ada masanya, istri kepada suami-atau sebaliknya-itu serupa bocah kecil dimana pasangannya menjadi pengasuhnya. Itu menurut teori... Mungkin dalam hal kemanjaan, kadang kala kita menjadi seperti kanak-kanak. Namun bagaimana bila menjadi bocah itu adalah simbol ketidakdewasaan dimana ia tidak sabar dan memaksakan keinginannya? Bagaimana bisa perempuan yang (katanya) dikagumi, dicintai, dan disyukuri keberadaannya itu tiba-tiba menelepon di malam hari, mengajak chatting padahal dua jam sebelumnya lelaki itu baru pulang dari warnet. Lalu di malam saat tengah terlelap kembali menelepon. Lalu menjelang shubuh dia menelepon lagi dengan membawa isakan. Kecengengan yang mencengangkan! Perempuan itu menjelma serupa bocah kecil yang tidak sabaran. Lalu beberapa jam setelah itu, dengan pendahuluan dua buah miskol di tengah tidur siang, perempuan itu kembali mengajaknya chatting. "Duh...ade, belum ashar nih...abis ashar aja yaa..." "Abis ashar disitu sama dengan jam sa

Cermin

Hari ini, usai berkaca, kutatap dengan hati bergetar pesan singkat yang tergantung di pintu lemari. Pesan itu kusalin ulang dari secarik kertas yang disematkan akhwat fillah pada sebuah buku. Hampir setahun buku itu berada di tanganku, menemaniku menyuburkan hati dan iman, di kegersangan rimba bumi sakura. "Semoga kita bisa berkaca, pada cermin-cermin terdahulu yang takkan pernah berkarat sampai akhir zaman Bilal, Yasir, Sumayyah,... tentang arti sebuah KESETIAAN" Ya Rahman, menangkan aku dalam setiap ujian kesetiaan... aku takkan pernah sanggup untuk menahan cemburuMu. sungguh...

Duka

Jika lara singgah di hatimu, membuatmu bersimbah duka, karena perpisahan dengan yang tercinta, dengan apa kan kau sebut rasa dalam hati saudaramu di Palestina? : Perpisahan bagi mereka adalah dunia dan kubur, dengan wajah-wajah cinta tak dikenali karena bom memecahnya menjadi ribuan keping. Jika kerinduan itu menusuk-nusuk kalbumu, sedemikian dalam, menjerat ingatan. : Maka kerinduan akan kedamaian, ketenangan, dan anak-anak yang tumbuh wajar itu serupa apakah jeratannya? Lihatlah ketegaran yang mereka ajarkan! Perjuangan tetap diteruskan sampai menang, atau mati. Bukan hanya demi tanah kelahiran, tapi sebuah simbol pertarungan antara haq dan batil yang harus dimenangkan

Kamp [2]

Berada pada kamp ini seperti menapak tilasi masa-masa indah sekolah. SMU atau pun kuliah S1 dulu, rasanya hampir serupa. Indah... Membuat susunan puzzle di hati tentang iman dan ukhuwah. Jangan bayangkan bahwa kamp ini akan penuh dengan acara yang padat semisal daurah atau pesantren kilat. Materi lima kali sehari: pagi dua, siang dua, dan malam satu. Break materi hanyalah waktu-waktu sholat dan makan beserta selang waktu yang tersisa hanyalah untuk tilawah dan tilawah karena ada targetan ibadah yang harus dikejar. Disini, materi hanya sehari sekali. Sisanya adalah acara-acara yang lebih santai, misalnya game, berbeque, dan kembang api. Dibanding tahun lalu ini adalah peningkatan, katanya. Untuk sholatpun pada masa awal masih ada yang harus diajak, karena ada yang masih tak mengerti bagaimana caranya, dan tak tahu bahwa mereka sholat harus lima kali sehari. Tempat yang dipilih adalah sebuah tempat wisata di pinggir danau. Kawasannya cukup dekat dengan gunung Fuji. Wajar saja pa

Kamp [1]

Ada yang bertanya-tanya tidak, kenapa tiga hari ini tak ada postingan baru disini? Dua puluh tiga hari menghilang di bulan Agustus saja tak ada yang tanya, apalagi hanya tiga hari libur ya? Hehe... Saya baru pulang dari Islamic Camp Otsuka, yang diadakan di Kawaguchi selama tiga hari. Kamp yang diikuti oleh puluhan keluarga (seratus lebih peserta). Peserta wanitanya saja, hampir 50 orang. Belum yang laki laki dan juga anak-anak. Ini adalah camp pertama saya disini, ia mengingatkan saya pada banyak kegiatan serupa yang pernah saya ikuti di Indonesia. Yang istimewa adalah karena pesertanya adalah keluarga muslim berbagai bangsa. Bahasa yang digunakan adalah inggris, urdu, jepang, dan tentu indonesia. Tapi saat ini saya sudah mengantuk. Ada lelah yang tersisa, karena hari ini pun saya tetap ke lab. Padahal, baru senin maghrib baru tiba di Tokyo, dan langsung mengejar pemilu di TPS. Selain nyoblos, saya juga membawa titipan surat suara dari orang-orang yang tak bisa memilih langsu

Rindu

Ba'da isya, menunggu siaran FLP diputarkan, ada shalawat yang mengalun dari radio internet . Aku tergugu. Pagi tadi baru aku dengarkan ulang materi siaran bulan Juli-Agustus, dan salah satunya adalah kisah keledai Halimah, ibu susu Rasulullah saw, yang bertutur tentang Nabi di masa kecil. Tiba-tiba saja aku ingin menangis, dan tak lama kemudian dua buah sungai tercipta di wajahku. Aku rindu sekali... Ya Rabbi...Rindu padanya...Pesona pribadinya selalu menjeratku disisi manapun aku melihatnya, bahkan sejak aku kanak-kanak. Di usia 10 aku pernah bermimpi berjumpa dengannya, dan dia menjadi ayahku. Duuh, bocah tomboi dan nakal yang bermimpi menjadi putri Rasulullah saw. Mangenangnya, senantiasa membuat hati ini terlarut oleh kerinduan yang dalam. Kelembutan, kehalusan, ketegasan, keteguhannya amat mempesona. Dengan perantaraan dan pengorbanannyalah keindahan berada di jalanMu ini bisa kuhirup sedikit-sedikit. Dan ia senantiasa membuat setiap orang di dekatnya menjadi istim

Fiksi Sejarah

Dua hari ini, di sela-sela persiapan menuju Summer Camp, aku terjebak oleh sebuah novel. Novel yang ditulis Dan Brown dengan judul Da Vinci Code. Buku yang menarik, karena dia adalah cerita petualangan yang kaya akan pengetahuan matematik, sejarah, agama, dan seni. Aku tahu betul bahwa saat aku membaca sebuah novel atau cerpen dan sejenisnya, aku akan terserat dan terjebak untuk meneruskannya sampai selesai. Akibatnya pekerjaan-pekerjaan yang sudah diagendakan menjadi terbengkalai. Hanya agenda-agenda yang penting dan mendesak saja yang masih aku prioritaskan. Yang bisa belakangan ya dibelakangkan. Apalagi, novel berbahasa Inggris membutuhkan waktu baca dua-tiga kali lebih lama daripada Novel berbahasa Indonesia. Sebagai ilustrasi, aku bisa membaca novel Indonesia setebal 4-5cm dalam waktu sekitar 4-6jam, namun untuk yang berbahasa inggris sekitar 10-12jam. Tentu saja dengan tidak menghitung waktu jeda-jeda ibadah mahdah maupun rapat atau kegiatan lain yang ada di antaranya.

Teladan

Hari ini, sejak dini hari aku membaca banyak artikel yang menginspirasiku, terutama tentang anak-anak. Yang kufahami, anak-anak disini sebagian diantara mereka mengalami kemajuan yang tidak sepesat anak-anak di tanah air dalam melaksanakan ajaran al islam. Lingkungan yang teramat asing dengan nilai-nilai islam sedikit banyak telah mempengaruhi hal itu. Tarik dorong antara lingkungan dan pendidikan di keluarga seringkali hasilnya mengecewakan. Tapi diantara mereka ada anak-anak yang istimewa. Ada seorang anak usia hampir 11 yang sejak dalam buaian sampai sekarang tetap menggunakan jilbab. Kisahnya dicatatkan umminya disini. Aku mengenal anak itu hanya dari eemailnya yang kuterima hampir setiap pekan, untuk menjawab kuis cerita anak yang disiarkan radio tarbiyah setiap jumat malam pukul 20.00 JST atau 18.00 WIB. Link untuk mendengarkannya ada disini . Kekonsistenannya membuatku tersentuh, apalagi kemudian dia pun mengirimkan karya-karyanya berupa puisi. Anak-anak yang lain

Cengeng

Saat ini, di malam terakhirnya di Indonesia sebelum kembali ke Maroko, dia mengunjungi keluargaku. Kembali ke Banjaran seorang diri setelah perpisahan tempo hari sepertinya cukup menyedihkan. Karena setiap sudut di sana akan bercerita tentang kenangan selama 19 hari kebersamaan kami. Ada kekakuan pada masa awal, ada canda, ada airmata bahagia, ada janji-janji yang terikrar, ada... Aku saja yang hanya membayangkannya harus membiarkan butiran bening mengucur deras dari mataku. Tapi dia harus melakukannya. Karena orangtuaku telah menjadi orangtuanya, dan restu mereka akan juga menjadi bekalannya saat kembali mengembara menuntut ilmu di tanah Afrika. Aku berusaha membenahi hatiku. Menghentikan kecengengan yang telah terjadi. Aku memang telah berjanji untuk tegar, tapi tidak berjanji untuk tidak menangis. Tapi membayangkan kesedihan yang akan kemudian dirasainya, aku jadi tak rela. Aku harus ikhlas. Agar ia tidak resah. Agar tidurnya nyenyak, menyambut esok hari dengan gembira dan

Tamu

Tak lama lagi ada tamu datang. Tamu istimewaku. Selayaknya menyambut tamu yang datang ke rumah, dimana segala sesuatu disiapkan. Wah...membersihkan rumah, barang-barang harus bebas dari debu. Laba-laba yang bersarang di langit-langit yang jarang tersentuh sapu mendadak diusir. Malu rasanya kalau tamu melihat bagian kotor di rumah. Barang-barang dirapikan, makanan lezat dan pernak pernik disiapkan. Kalau perlu, dari awal dicari tahu apa yang disukai dan kurang disukai sang tamu itu. Semua orang di rumah diberitahukan-ada tamu istimewa-agar mereka bersiap-siap menyambutnya dan tidak membuat ulah saat tamu itu datang. Janji-jaji diatur ulang agar bisa menemani dan menjamu tamu dengan baik. Semakin istimewa tamu, semakin hebohlah persiapan penyambutan. Tamu istimewa kali ini diutus Yang Maha Rahman, membawa oleh-oleh rahmat, juga ampunan, dan pembebasan dari api neraka; Orang-orang yang beruntung akan dipanggil-panggil oleh salah satu pintu syurga yang bernama Rayyan. Subhanall

Sederhana

Aku tak tahu, kenapa kesederhanaan senantiasa memikat hatiku. Kemegahan, kekompleksan memang menakjubkan, tapi kesannya tak bertahan lama. Mungkin karena kesederhanaan, banyak menyisakan ketundukan hati. Dimana kekuatan diri banyak tersedot untuk hal-hal yang lebih asasi.

Ilmu

Prolog: tulisan ini dibuat khusus untuk menjawab sebuah komentar pada tulisan sebelumnya yang berjudul 'absen'. At 7:14 PM, iugee said... Eceu, kumaha kitu bacaan Qur'an na?.. BismiRRahirrahmanirrahim? Gak Ada 'L' yah disana mah? Hihi.. lucu yah.. Sekaligus menakjubkan, Tapi bagaimana orang2 seperti itu berkomitmen yah? Bukan kah salah satu pupuk dari iman itu adalah ilmu? Hemm.. Mungkin mereka begitu dekat dengan 4JJI ya.. Selalu di bimbing.. Kekuatannya mendekat kepada 4JJI membuat 4JJI juga lebih bersemangat mendekati mereka.. Semoga bisa dijadikan teladan.. --- My Comment: Amin... Dia bisa melafalkan huruf l dengan cukup baik, subhanallah yaa...^_^ Selain bisa mengaji (membaca Al Quran), dia juga mengajarkan saudara-saudaranya yang lain mengaji. OOT, salah satu yang membuat mudah proses belajar melafalkan huruf hijaiyyah adalah pengetahuan mengenai makharijul huruf. Bagaimana karakter huruf-huruf dan juga cara 'menimbul

Absen

Makin kesini, makin banyak bolos/absen di blog. Dan aku tak boleh bilang tak sempat menulis. Meski banyak cerita di pekan ini yang cukup menghangatkan hati yang belum mampu kutulis. Di sela-sela kesepian yang berpadu dengan aneka himpitan pekerjaan, selalu ada saja hiburan dariNya. Rabu lalu, ada pertemuan pembahasan mengenai summercamp yang akan diadakan pekan depan. Camp yang melibatkan keluarga berbagai bangsa. Pertemuan ini agak berbeda karena biasanya, rapat yang kuhadiri adalah rapat besar. Selama ini aku memang seringkali absen dari rapat-rapat kecil karena jadwal yang tidak sesuai dengan aktivitas yang lain. Rapat kecil itu dihadiri tiga muslimah indonesia, dan seorang muslimah Jepang. Karena bahasa jepang dua di antara kami masih di bawah standar, rapatpun dilakukan dengan tiga bahasa. Subhanallah... Aku jadi mikir-mikir...nanti camp nya bagaimana yaa... Bukan rapat dan bahasa yang ingin aku ceritakan. Tapi aku ingin bercerita tentang muslimah jepang itu. Pertama

Inovasi

Salah satu yang terekam dalam benak saat perhelatan Temu Ilmiah PPI-Jepang di kampusku-Titech, adalah presentasi beberapa inovator di hari kedua. Mereka adalah: pak Josaphat (orang indonesia yang menjadi associate professor di Jepang) dengan aneka satelitnya (beberapa perusahaan mobil menggunakannya), pak Prihardi Kahar dengan bio-plastiknya, pak Trio Adiono dengan ICnya (duh, aku tak tahu persis apa itu, tapi semacam alat untuk melihat wajah lawan bicara dengan menggunakan handphone). Mereka bertiga memperoleh paten untuk karya-karyanya. Subhanallah... padahal usianya belum begitu tua, kupikir. Apalagi pak prihadi yang hanya selisih beberapa tahun denganku. Untuk aku, orang yang masih mencari jatidiri di bidang akademik, mereka sangat menakjubkan. Mereka tahu apa yang mereka inginkan, dan itu dipadukan dengan ketekunan, kegigihan, kesabaran serta optimisme. Pak Trio juga menjabarkan bagaimana inovasi itu bisa dibangun dengan bahasa yang menarik, beliau bilang inovasi itu t

Puzzle 3 (Pada ruang dan waktu yang berbeda)

"Ka..bagaimana perasaanmu berada berjauhan dengan suami?" Tiba-tiba saja seorang kawan di jakarta mengajukan pertanyaan itu. "Hemm...ga enak yaa. Kepikiran mulu. Kebayang dimata" Yup betul. Hal itu adalah hal yang cukup berat. Pikiran kita dipenuhi oleh hal-hal di luar apa yang kita kerjakan. Dikejar-kejar oleh bayangannya, dalam mimpi ataupun di luar mimpi, hati dipenuhi keinginan untuk bertemu atau sekedar mengontak, dsb. Kerinduan itu senantiasa menghentak-hentak jiwa. Rasa sesal kenapa harus berpisah juga kerap menghampiri. Mungkin ini salah satu konsekuensi cinta... Aku jadi berpikir tentang para mujahid itu. Mujahid di medan perang, maupun para mujahid di medan dakwah. Berkali-kali dan dalam selang waktu yang tidak sebentar mereka harus berpisah dengan keluarga. Keluarga konon adalah salah satu ujian bagi mereka untuk tetap tegar di jalan yang mereka pilih. Ujian perasaan dan pikiran. Aku sendiri sempat nge-hang dengan beberapa amanah yang haru

Sepurnama

Sebulan lebih sembilas belas menit dari hari saat perjanjian itu diikrarkan. Namun kantuk teramat kuat untuk sekedar menerima sapaan yang mengingatkan. Putaran detik berlalu tanpa suara, tak banyak yang terucapkan. Hanya ingin mendengarkan. Mendengarkan --- :kerinduan yang serupa gangguan:

Dua dua

dua telinga dan satu mulut : lebih banyak mendengar dari berbicara dua tangan dan satu mulut : lebih banyak bekerja dari berbicara dua mata dan dua tangan : membaca harus sama banyaknya dengan menulis dua telinga, dua mata, sebuah hidung, sebuah lidah, selapisan kulit : lima indera menjadi pintu untuk memahami, memaknai pada hati juga akal lalu terwujud dalam gerakan amal, pada dua tangan, dua kaki, sekujur tubuh seperti kerja berulang yang saling mempengaruhi dipelihara, dimanfaatkan disabari dan disyukuri

Iman

Katanya, iman itu tidak tetap. Bisa naik bisa turun. Amal shalih akan membuatnya naik, dan maksiyat akan membuatnya turun. Aku harus meneropong kembali hati ini. Jujur berkaca pada nurani. Mencari maksiyat yang membuat hati ini berkarat, hingga tercerabut kekhusyuan darinya. Maksiyat kepada Allah, baik itu yang langsung padaNya ataupun yang terjadi kala ada manusia-manusia ciptaanNya yang terzalimi dengan lisan atau tangan. Ya Ghaffar...ampunilah hamba Allahumma Anta Rabbi, laa ilaaha illaa Anta khalaqtanii wa ana 'abduka wa ana 'ala ahdika wa wa'dika mastatho'tu a'uudzubika min syarri ma shona'tu abuu u laka bini'matika 'alayya wa abuu bidzanbi faghfirlii fa innahu laa yaghfirudzdzunuuba illaa Anta amin ps. yang tercinta, jazaakumullah khair atas tausiyahnya walau tanpa salam perpisahan, karena diputuskan menit gratis yang terbatas

Terseret

Dua hari berlalu, tanpa tulisan di blog ini. Sedikit amnesia pada waktu dan pekerjaan serta karena masa pribadi di depan kompi yang terbatas melengkapi alasan. Mungkin bukan itu alasan yang tepat, tapi karena dua hari ini aku sedang terseret sesuatu yang aku tak tahu persis apa itu sebenarnya. --- Terseret sujudku kaku, hati ini tak berada pada tempatnya. tubuhku diseret-seret untuk berwudhu lalu menunaikan ruku tanpa rasa lidahpun kelu bahkan hanya untuk melafalkan dzikir apalagi untuk tilawah tanpa kenikmatan, hanya keharusan sepotong hati yang kupunya membusukkah? tolong ya Rahman, kembalikan khusyu padaku... amanah-amanah ini sulit kutunaikan, karena jiwa ini melumpuh pikiran beku, amal yang tak teratur, niat yang tak lagi lurus astaghfirullah ampuni hambaMu...

Puzzle 2 (parameter)

Prolog Dia membaca tulisan 'Lelaki Itu' yang kubuat untuk ayahku menjelang ulang tahunnya yang ke 49. Lalu ia memintaku untuk membuat tulisan tentangnya. Belum genap sebulan aku mengenalnya, dan benar-benar bersamanya pun baru hanya 19 hari saja. Tak bisa dibandingkan dengan ayahku yang telah kukenal selama lebih dari seperempat abad. Puzzle tentangnya di kepalaku masih belum mencukupi untuk menghasilkan sebuah tulisan. Jadi mungkin setelah berkali-kali menulis tentang hal-hal terkait pernikahan, aku akan bisa menulis tulisan itu. Tulisan ini langsung menjadi puzzle 2 karena 'Rahasia Hati' aku anggap puzzle 1. Mungkin tulisan 'Lelaki Ini' yang kelak kubuat, nantinya akan mengalami banyak revisi, kala aku menemukan sisi-sisi lain, baik ataupun buruk pada hari-hari kami bersama kelak. Dan aku senantiasa berharap bahwa kami akan mampu melewatinya sebagai masa-masa pembelajaran menjadi hambaNya yang bertakwa. Kebaikan dan keburukan yang ada semoga senant

Huwaa

Huwaa... Malam ini aku dikunjungi adik. Ada makan malam yang terlambat, windows YM yang ramai serta imel2 menarik, membuatku lupa, 20 menit telah menjadi jeda antara hari ini dan kemarin. Satu hari berlalu tanpa sebuah tulisan di blog ini. Betapa mudahnya manusia dibuat lupa... Ya Rabb, aku berlindung kepada Engkau..dari lemah dan lalai Smoga hamba tak menjadi orang yang lupa diri apalagi lupa kepadaMu