Skip to main content

Teladan

Hari ini, sejak dini hari aku membaca banyak artikel yang menginspirasiku, terutama tentang anak-anak.

Yang kufahami, anak-anak disini sebagian diantara mereka mengalami kemajuan yang tidak sepesat anak-anak di tanah air dalam melaksanakan ajaran al islam. Lingkungan yang teramat asing dengan nilai-nilai islam sedikit banyak telah mempengaruhi hal itu. Tarik dorong antara lingkungan dan pendidikan di keluarga seringkali hasilnya mengecewakan.

Tapi diantara mereka ada anak-anak yang istimewa. Ada seorang anak usia hampir 11 yang sejak dalam buaian sampai sekarang tetap menggunakan jilbab. Kisahnya dicatatkan umminya disini.

Aku mengenal anak itu hanya dari eemailnya yang kuterima hampir setiap pekan, untuk menjawab kuis cerita anak yang disiarkan radio tarbiyah setiap jumat malam pukul 20.00 JST atau 18.00 WIB. Link untuk mendengarkannya ada disini. Kekonsistenannya membuatku tersentuh, apalagi kemudian dia pun mengirimkan karya-karyanya berupa puisi.

Anak-anak yang lain, yang juga putra-putri kawan disini, adalah anak-anak yang bertahan berpuasa. Saat kawan-kawan istirahat siang, mereka berdiam di perpustakaan. Ketahanan mereka untuk menjalankan perintah Allah mendorong wali kelasnya untuk kemudian mempelajari al Islam selama delapan bulan terakhir.

Saat otak ini merasa begitu buntu, mencari cara membuka jalan untuk dakwah pada orang-orang disini, Allah menunjukan pelajarannya melalui anak-anak itu. Subhanallah...

---

Memang tak ada manusia yang sempurna diciptakanNya, sehingga sulit sekali bagi kita untuk menemukan sebuah figur sebagai teladan. Apalagi menemukannya diantara manusia-manusia nyata di sekitar kita, karena sebagian besar teladan hanya ada pada sejarah atau pada belahan dunia lain yang jauh dari jangkauan.

Tapi pada beberapa sisi manusia kita bisa menemukan teladan itu. Bahwa ada titipan pelajaran dariNya di setiap perjumpaan dengan sesama manusia. Tidak, bukan hanya manusia, tapi dengan setiap mahluknya. Sungguh tak ada ciptaanNya yang sia-sia dan tak ada satu pertemuan pun yang terjadi melainkan sudah direncanakannya untuk memberikan kita pelajaran yang tersendiri.

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R...

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha...