Mestinya ini untuk edisi besok, tapi rasa hangatnya lebih baik ditularkan sekarang. Jadi besok libur yaa
Masih tentang uang...
---
Seorang perempuan menyusuri jalanan ramai di sudut-sudut kota Tokyo, menyelesaikan urusan demi urusan. Sudah lama ia tidak berjalan jauh. Di kampung halamannya dulu, berjalan kaki sendirian adalah salah satu aktivitas pencair penat di kepalanya, bila kepenatan itu tak bisa dicairkan dengan mencuci pakaian atau mengepel lantai. Mencairkan penat itu sama dengan membenahi hati dan mengkonstruksi pikiran.
Pikirannya mengembara, mencerna kejadian demi kejadian.
Hari ini dia baru saja bertemu dengan seorang kawan muda-yang dia sayangi, yang memberikan sebuah webcam kepadanya. Dan ahad lalu, dia dan teman-temannya juga menghadiahkan sebuah toaster untuk bekalnya berumah-tangga, sebagai hadiah pernikahan. Sabtu, sehari sebelumnya, seorang kawan lain-yang juga ia sayangi, meski belum telalu dekat karena keterbatasan bahasa, menghadiahkannya gamis cantik dengan kerudung yang serasi. Malam senin kemarin, kado-kado itu sampai terbawa mimpi...
Ya, kebaikan demi kebaikan ia terima. Khas sekali. Janji Allah itu senantiasa benar adanya. Kebaikan yang dilepas di jalan Allah akan berkempang menjadi tujuh, sepuluh...dan terus berlipat.
Masih diingatnya, beberapa hari yang lalu saat ia resah dengan sebuah proposal, antara memenuhi undangan infak atau tidak. Kebutuhannya, pos-pos infak yang telah sedikit dia penuhi, berpacu dengan kesempatan untuk beramal. Ia bimbang sangat, tapi ia tak tenang sampai akhirnya ia putuskan untuk memenuhi undangan itu.
Dan seperti yang ia alami berkali-kali, 'akibatnya' adalah bertubi-tubi kebaikan itu menerpanya. Membuat hatinya diliputi haru dan kesyukuran yang mendalam.
Tapi dirasakannya, di lubuk hatinya, ada rasa sedih yang menjalar, karena ia belum seperti Abdurrahman bin Auf r.a, yang menangis, menjerit kepada Allah, dan mengadu pada Rasulullah saw:
"Bila semua balasan kebaikan ini aku terima sekarang...masih adakah yang tersisa di akhirat nanti???"
Astaghfirullah...
Ya Robb, ya Malik...
janjiMu adalah benar. dan Engkau senantiasa menepati janji
pemberianMu itu karunia yang tak terhingga,
jadikan kami hamba yang bersyukur
dan senantiasa merindukan sebaik-baik balasan
di akhirat nanti..
ampunilah kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka
Amin...
Masih tentang uang...
---
Seorang perempuan menyusuri jalanan ramai di sudut-sudut kota Tokyo, menyelesaikan urusan demi urusan. Sudah lama ia tidak berjalan jauh. Di kampung halamannya dulu, berjalan kaki sendirian adalah salah satu aktivitas pencair penat di kepalanya, bila kepenatan itu tak bisa dicairkan dengan mencuci pakaian atau mengepel lantai. Mencairkan penat itu sama dengan membenahi hati dan mengkonstruksi pikiran.
Pikirannya mengembara, mencerna kejadian demi kejadian.
Hari ini dia baru saja bertemu dengan seorang kawan muda-yang dia sayangi, yang memberikan sebuah webcam kepadanya. Dan ahad lalu, dia dan teman-temannya juga menghadiahkan sebuah toaster untuk bekalnya berumah-tangga, sebagai hadiah pernikahan. Sabtu, sehari sebelumnya, seorang kawan lain-yang juga ia sayangi, meski belum telalu dekat karena keterbatasan bahasa, menghadiahkannya gamis cantik dengan kerudung yang serasi. Malam senin kemarin, kado-kado itu sampai terbawa mimpi...
Ya, kebaikan demi kebaikan ia terima. Khas sekali. Janji Allah itu senantiasa benar adanya. Kebaikan yang dilepas di jalan Allah akan berkempang menjadi tujuh, sepuluh...dan terus berlipat.
Masih diingatnya, beberapa hari yang lalu saat ia resah dengan sebuah proposal, antara memenuhi undangan infak atau tidak. Kebutuhannya, pos-pos infak yang telah sedikit dia penuhi, berpacu dengan kesempatan untuk beramal. Ia bimbang sangat, tapi ia tak tenang sampai akhirnya ia putuskan untuk memenuhi undangan itu.
Dan seperti yang ia alami berkali-kali, 'akibatnya' adalah bertubi-tubi kebaikan itu menerpanya. Membuat hatinya diliputi haru dan kesyukuran yang mendalam.
Tapi dirasakannya, di lubuk hatinya, ada rasa sedih yang menjalar, karena ia belum seperti Abdurrahman bin Auf r.a, yang menangis, menjerit kepada Allah, dan mengadu pada Rasulullah saw:
"Bila semua balasan kebaikan ini aku terima sekarang...masih adakah yang tersisa di akhirat nanti???"
Astaghfirullah...
Ya Robb, ya Malik...
janjiMu adalah benar. dan Engkau senantiasa menepati janji
pemberianMu itu karunia yang tak terhingga,
jadikan kami hamba yang bersyukur
dan senantiasa merindukan sebaik-baik balasan
di akhirat nanti..
ampunilah kami, dan peliharalah kami dari siksa api neraka
Amin...
Comments