Skip to main content

Kamp [1]

Ada yang bertanya-tanya tidak, kenapa tiga hari ini tak ada postingan baru disini? Dua puluh tiga hari menghilang di bulan Agustus saja tak ada yang tanya, apalagi hanya tiga hari libur ya? Hehe...

Saya baru pulang dari Islamic Camp Otsuka, yang diadakan di Kawaguchi selama tiga hari. Kamp yang diikuti oleh puluhan keluarga (seratus lebih peserta). Peserta wanitanya saja, hampir 50 orang. Belum yang laki laki dan juga anak-anak.

Ini adalah camp pertama saya disini, ia mengingatkan saya pada banyak kegiatan serupa yang pernah saya ikuti di Indonesia. Yang istimewa adalah karena pesertanya adalah keluarga muslim berbagai bangsa. Bahasa yang digunakan adalah inggris, urdu, jepang, dan tentu indonesia.

Tapi saat ini saya sudah mengantuk. Ada lelah yang tersisa, karena hari ini pun saya tetap ke lab. Padahal, baru senin maghrib baru tiba di Tokyo, dan langsung mengejar pemilu di TPS. Selain nyoblos, saya juga membawa titipan surat suara dari orang-orang yang tak bisa memilih langsung. alhamdulillah...rejeki dari Allah, perjalanan lancar dan tak ketinggalan mencoblos.

Hari senin itu adalah hari yang penuh haru dan kesyukuran. Tentang jalinan hati yang baru saja tertata. Kalaupun ada yang membuat saya agak sedih, adalah karena sepulang dari TPS Tokyo, saya salah menunggu bis. Saya menunggu bis yang baru saja lewat dan baru ada 20 menit kemudian. Mestinya saya pilih bus lain ke stasiun terdekat, lalu sambung kereta (keretanya ganti dua kali). Lebih mahal memang tapi setidaknya bisa lebih cepat tiba di rumah. Bisa hemat 25 menit. Bayangkan!

Bukannya apa-apa...ada yang menunggu saya. Di suatu daratan, yang jaraknya hampir setengah keliling bumi ini. Di sebuah warnet-pintu pada ujung dunia maya, yang berharap suara pelepas rindu. Dia hanya bisa menunggu 30 menit saja, karena ada ujian esoknya.

Akhirnya, di bis saya hanya membaca e-mail pamitnya melalui HP dengan mata berkaca-kaca.

Maafkan kecerobohan ini...
Smoga Allah gantikan kehilangannya dengan yang lebih baik...
Pertemuan yang lebih indah dan berkah, di lain hari...

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar