Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2005

Kepungan

Pernah merasa terkepung? Sendirian. Dan di sekelilingmu begitu banyak wajah yang tak ramah. Memangdangmu, menyesakkan dadamu. Aku sedang terkepung. Ada yang mengepungku, menjebakku, membuatku nyaris tak berkutik. Ya, kepungan oleh musuh kepunyaan nenek moyang yang merembet hingga anak cucunya. Menjerat kita dengan maya ataupun nyata, saat kita sadar atau tidak. Kadang diam-diam mereka bersembunyi, tapi selalu mengintai dengan mata yang sangat waspada. Jauh lebih waspada daripada elang terhadap mangsa yang diincarnya. Selalu mencari-cari waktu lengah kita, agar kita bergabung bersama mereka. Aku sedang terkepung. Ada yang mengepungku, menjebakku, membuatku nyaris tak berkutik. Lalu terseret. Menjadi manusia bertanduk. Tolong, selamatkan aku dari kepungan ini, sebelum aku menjadi kepingan. Hancur... Tak ada polisi, apalagi superman. Mereka musuh yang terlalu kuat. Hanya yang Paling Kuat dan Hebat yang bisa menolong. Hanya Ia sang penolong. *** 1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada T

Awalan

Selalu ada awalan bagi setiap proses. Belajar menapaki peran baru. Setelah tertatit-tatih menjadi istri kagetan, fase baru pun akan dimulai. Bukan berarti sudah jago untuk yang satu itu, tapi amanah baru-sekaligus nikmat baru, adalah bagian dari bimbinganNya. Semoga semakin tunduk menghambakan diri kepadaNya. Berat rasanya, membayangkan setiap suap makanan akan menjadi daging dan tulangnya. Setiap karakter diri mungkin menjadi bagian dari dirinya. Ya Allah, jika bukan Engkau Maha Penjaga, Pemilik segala, kepada siapa akan hamba titipkan jiwa dan diri kami semua... Semoga engkau melindungi kami dari keburukan, menumbuhkan pada diri kami kebaikan-kebaikan... Allahumma Anta Robbi, laailaha illa Anta, khalaqtanii, wa ana 'abduka, wa ana 'ala ahdika, wa wa'dika mastatho'tu, a'udzubika min syarri maa shona'tu, abu-u laka bini'matika 'alayya, wa abu-u bizanbii, faghfirlii, fainnahu, la yaghfirudzdzunuba illa Anta Aamiin... Bismillah...

Aliran dalam angka, angka dalam aliran

Selama beberapa waktu, aku sempat kehilangan kenikmatan dalam belajar (belajar materi sekolah, maksudnya). Psikologi menyebutnya flow. Tapi sejak pekan lalu, sejak kebekuan itu berhasil dicairkan, banyak hal berubah. Berangkat ke lab, tenggelam dalam paper dan aneka resume, sampai angka-angka. Dulu, saat di lab, seringkali rasa ingin tiba di rumah mendominasi. Tapi sekarang, kadanga rasanya sayang sekali. Sedang asyik, waktunya sudah habis. Meski lelaki baik hati itu mengijinkan untuk pulang lepas isya, tak tega rasanya membiarkan ia sendirian di rumah lebih lama. Apalagi biasanya makan malam harus dimasak-dimakan berdua. Sendiri dalam lapar? Kasihan sekali. Selain kejelasan itu, hal menarik adalah aku kembali bermain dengan angka, bermain dengan analisa, bermain dengan memecahkan misteri. Sesuatu yang sangat dinikmati sejak aku kanak-kanak dulu. Sampai-sampai kawan-kawan sering menggoda, kalau aku ngigau, ngigaunya pun matematika. Hihi... Hiyaa...memang menarik sekali angka. Seperti s

Berpacu

Konon, kewajiban lebih banyak dari waktu yang kita punya Setiap kita tak kan tahu persis berapa jatah waktu yang kita punya. Waktu yang juga adalah kehidupan itu sendiri, melaju tanpa pernah mau menunggu. Tiba-tiba saja, jam kita berhenti berdetak. Ah...seandainya dulu aku begini dan begitu. Mohon diberi waktu sekejap saja, untuk begini...begitu... Tapi semilipun jarum itu tak bisa digerakkan. Ada beberapa daftar di list, yang menjadi target tahun ini. Meski sudah dipotong-potong menjadi apa yang ingin didapat dalam jeda singkat, capaian-capaian itu masih ada di angan. Sulit diraih. Hiyaa...lagi-lagi perlu dibuat prioritas-prioritas, dan memaksa diri untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk. Membuat torehan prestasi baru. Bukan untuk siapa-siapa. Untuk kita. Agar kita mulia, di hadapanNya. Bismillah...

Percaya

Salah satu oleh-oleh golden week di SRIT kemaren (pengisi: ust musyaffa) adalah tentang iman. Ada beberapa dimensi keimanan yang beliau paparkan, yaitu: 1. akal :: kepuasan intelektual 2. emosional :: bergolak 3. kehendak :: gerakan (bergerak dan menggerakkan) 4. pikiran :: pengetahuan 5. ruhani :: cita rasa/shufi 6. prilaku :: beribadah dan pengabdian/fuqaha Implementasi yang real dan nyata. Dimengerti dan dirasakan. Apakah rasa percaya padaNya ini sudah sedemikian?

Puzzle 20 (Selera)

Eksperiman di dapur memang lebih menyenangkan bila dilakukan bersama-sama. Ada menu baru yang dikenal perempuan itu, beserta bumbu-bumbu yang dahulu hanya dikenal namanya, tanpa diketahui secara persis efek-efeknya pada makanan. Apalagi lelaki itu gemar meracik aneka bumbu. Kontras dengan dirinya yang sebelumnya hanya memasak bersenjatakan bawang putih, garam, gula, dan merica. Hiyaa...tomat, bawang daun, apalagi seledri menjadi sedikit mewah disini... Untung saja, apa yang disukainya, lelaki itu pun ternyata menyukainya juga. Entah memang karena suka, atau belajar mengamalkan hadits rasul untuk tidak mencela makanan. Atau karena tak tega. Hihi... Nyatanya pada banyak hal, yang disukai dan tidak disukai tetap menimbulkan ketakjuban bagi kedua pihak. Satu kali, lelaki itu memasukkan cinamon alias kayu manis serbuk dalam salah satu menu. Perempuan itu ingin mencegah, tapi berpikir mungkin sebaiknya membiarkan saja lelaki itu bereksperimen. Siapa tahu dia memang menyukainya. Apa yang dik

Menuju Tuhan [3]

Ada orang yang pertanyaan ini hadir saat ia mulai kesepian. Kala satu persatu sahabatnya 'pergi' menjemput kehidupannya masing-masing. Saat ia bertanya-tanya, siapa yang paling peduli akan kehidupannya. Saat ia berada pada keramaian, justru itu saat paling sepi baginya, karena ia merasa merekalah bukti ketidak pedulian. Lalu bila tak seorangpun peduli, untuk apa dia hidup? Untuk apa ia bekerja keras? Melakukan riset, berusaha menuntaskan kuliah? Untuk siapa? Ia menahan letih, bangun saat ia ingin tidur? Belajar saat ia ingin bermain? Kenapa harus bekerja keras? Pertanyaan yang menggetarkan. Membuatku kehabisan kata-kata untuk sejenak. Kujelaskan sebisaku, kuharap ia mengerti... Ada Tuhan, yang menciptakan segala sesuatu dengan tujuannya sendiri-sendiri. Satu-satunya, yang penuh cinta, penuh kasih dan sayang pada mahlukNya. Bagaimana ia bisa tak peduli pada kita-manusia- sementara sehelai daun jatuh saja Ia mengetahuinya. DiutusNya rasul dari kalangan manusia untuk mengajarkan b

Menuju Tuhan [2]

Kok bagian dua? Bagian satu ada dimana? Ngng...ada di arsip tahun lalu. Aku menulis disini Sejak akhir beberapa waktu ini, pikiran-pikiran tentang ini menghentakkan jiwa. Beberapa hal seperti menguat. Misalnya Pada dasarnya, ternyata memang, kepedulian tentang diri dan sekitar yang akan lebih memudahkan kita untuk menemukannya. Misalnya dari mana kita, untuk apa kita diciptakan, dsb. Hemm...ada yang pernah bertanya?

Hujan dan jemuran

Gerimis membasahi jilbabku saat kami keluar dari rumah salah sebuah keluarga muda, yang kami kunjungi sore ini. Seketika, kami teringat jemuran yang ditinggalkan di umah. Duuh...mungkin kehujanan. Semoga tak terlalu basah dan bau sehingga tak perlu dicuci ulang. Untung saja ada payung di tas, yang segera kubuka untuk sedikit melindungi kami berdua. Aroma debu yang terkena hujan segera tercium mengiringi langkah kami menuju rumah. Aroma yang tak begitu kusukai ternyata menjadi favoritnya. Sekitar dua puluh lima menit kemudian kompleks apato mungil ada di depan mata. Jemuran segera menjadi target utama. Tapi ternyata, tak sehelai baju pun tergantung disana. Bersih. Bukan pencuri, bisik hatiku. Baju-baju kami biasa saja dan bukan baju-baju baru, apalagi mahal. Tak akan ada yang tertarik untuk mengambilnya. Ada yang baik hati yang menyimpannya untuk kami. Tapi siapa? Tetangga depan rumah yang orang malaysia atau orang Indonesia kah? Atau tetangga samping rumah yang orang jepang? Sambil ber