Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2006

Erm...

Tak terbayangkan sebelumnya, menulis akhir thesis-menyiapkan presentasi, diantara rumah sakit-klinik-dan apotek. Tapi berkali-kali ini diri ini diingatkan untuk senantiasa bersyukur. Bersyukur karena meski uang di saku tak ada pun, masih bisa ke dokter, masih bisa mendapatkan obat. Karena bayi/anak-anak gratis berobat disini. Membayangkan anak-anak di tempat bencana, di tempat perang... Masih bersyukur, karena banyak hiburan-hiburan sederhana yang menentramkan hati. Dikelilingi banyak saudara, yang mengangkat tangan diam-diam atau terang-terangan untuk saudaranya ini. Semoga saja, himpitan kesulitan, beserta kemudahan yang menyertainya menjadi jalan menujuNya.

Setengah tahun

Barakallah bubu, barakallah Amaturrahman Annabila Makasih yaa, atas sentuhan sayang dan pandangan mata yang menyejukkan hati, kelucuan-kelucuan yang menjadi hiburan yang tiada habis-habisnya. Bubu sudah bisa duduk sendiri meski baru dalam beberapa detik saja, sebelum terjungkal. Sudah ada beberapa variasi dalam ocehan, bahkan saat menangis pun ada mantra-mantra yang diucapkan bubu. Sudah bisa manyun. Hehe, kayak siapa? Kalau menurut baba yaaa... kayak bunda. Mestinya bubu latihan makan, tapi akhirnya latihan minum obat, karena bubu batuk-batuk, muntah-muntah, dan diare. Awalnya susah sekali, tapi lama-lama pintar juga menelan dan minum dengan sendok. Bubu juga sempat diinfus dua kali. Satu kalinya 4 jam. Yaa..butuh waktu empat jam untuk bayi menghabiskan 200mL cairan infus. Saat diinfus, sempat ditinggal bunda di rumah sakit, karena bunda harus menyerehkan thesisnya paling lambat hari itu. Bubu menangis selama lebih dari dua jam. Dan suara bubu yang nyaring pun menghilang. Untunglah pe

Edisi tegang

Senang rasanya menulis disamping bubu yang tertidur lelap. Beberapa hari terakhir ini sulit sekali menemukan ketenangan itu. Yah, sesuatu yang pernah hilang akan sangat dicari, lalu disyukuri setelah kembali lagi. Bunda juga ingin menulis pengalaman beberapa hari terakhir, untuk senantiasa disyukuri, karena bisa dilewati, dan diambil hikmahnya. Selasa lalu, hujan turun rintik-rintik saat bunda menjemput bubu. Hari itu bubu dijemput bunda lebih telat karena bunda memerlukan perpanjangan waktu belajar di sekolah. Kamis ini tesis bunda harus sudah disetorkan. Bunda tahu perpanjangan waktu itu, meski kurang dari dua jam, tak disukai bubu. Bila hari-hari biasa bubu tampak ceria saat dijemput bunda, maka perpanjangan waktu minimal akan menyisakan sebuah garis-garis air mata di pipi bubu. Seringnya tentu saja menangis. Kasihan sekali... Betul saja, kali itu pun begitu. Bubu segera mimi lalu kami pulang. Tapi bubu menangis saat disimpan di keretanya. Menolak keras. Duh, padahal sedang hujan. P

Kawan-kawan bubu

Beberapa kawan bubu di rumah adalah: - Ms bee, lebah pintar - Jiraf, jerapah ramah - Syaamil, snoopy periang - Najma chan, bintang kecil penyabar Sebenarnya masih ada Lulu, Gaga, Hanhan, Kura, dll. Tapi untuk sementara mereka disimpan dulu. Bukannya pilih kasih, tapi sampai saat ini kawan-kawan yang bisa berbunyi lebih cocok untuk bubu dan bubu pun sangat menyukainya. Rukun-rukun semua yaa... Sabar dan maaf kalau bubu suka sekali menjilati atau meggigiti kalian semua

Momo yube

Semalam sekolah bubu mengadakan natsu matsuri (perayaan musim panas?). Selain untuk seluruh murid dan orang tua, perayaan ini juga dibuka untuk umum. Di sana diadakan aneka permainan dan juga dijual aneka makanan dan minuman. Ada ruangan kelas yang ditata seperti cafe dengan meja dan kursi anak. Onigiri, ocha, jus, yaki soba, dll. adalah makanan-makanan yang mereka sediakan di cafe dadakan itu. Memang halaman sekolahnya tak begitu luas sehingga selain di halaman, hampir setiap ruanganpun digunakan untuk acara. Permainan apa saja yang ada disana? Ada yoyo, wanegi, sakanatsuri, dll. Yoyo ini mirip dengan yoyo di Indonesia. Tapi alatnya menggunakan balon kecil warna-warni yang diisi sedikit air, dengan tali dari karet gelang. Sehingga bila diayun akan memantul elastis. Wanegi adalah sejenis permainan lempar gelang. Targetnya disini mainan anak-anak. Sedangkan sakanatsuri adalah kegiatan memancing ikan kertas. Dua pekan sebelumnya sudah dijual tiket untuk makanan dan minuman. Bunda memilih

Asemo

Asemo adalah nama baru penyakit yang sedang mengunjungi bubu. Dokter bilang sih tak perlu khawatir, karena ini khas anak-anak di musim panas. Katanya, asal disejukkan (dengan pengaturan udara, dilap-lap, mandi, dll) akan berkurang dengan sendirinya. Kalau parah sekali dan gatal, bisa diberi lotion. Bunda pikir terjemahan bebas asemo ini adalah keringat buntet. Ase=keringat mo=buntet(?) hehe. Tak ingat kanjinya "mo". Tapi mirip dengan gejala sakit waktu bunda kecil dulu. Kening bunda sering diolesi caladine supaya adem. Saatpergi ke sini pun tiga tahun lalu bunda bawa itu. Yang lucu adalah saat bubu diberi lotion yang mirip dengan caladine di indonesia. Tangannya tak bisa diam. Apalagi ada bakat alam menjilat dan mengemut apasaja. Sekarang malah ia sudah mulai menginisiasi daerah kaki. Heboh deh jadinya bunda. *** sakit pertama : diare sakit kedua : demam sakit ketiga : keringat buntet *** si bunbun ini apaaja ditulis disini. berhubung time limited, yang penting tercatat d

Kabar hari ini

Beberapa hari ini aku terjangkit penyakit yang dibawa lalat tsetse: ngantuk berat. Padahal puluhan halaman harus diperiksa dan dikoreksi berulang-ulang (itu kali yaa yang membuat ngantuk). Kalau ngeblog sih (mungkin) ga akan ngantuk :P Akhirnya kutaruh kepala di meja, selama bermenit menit, melayang ke pulau impian. Lalu setengah tersadar dan melihat icon adzan di komputer berkerlip-kerlip. Naik ke atas, mengambil wudhu kemudian sholat. Uhm...udara panas tanpa AC di lantai 8.5 membuat kepala dan tulang-tulang berdenyut-denyut. Lemas sekali. Ditambah kangen bubu, kangen kaka...duh duh... Dan datanglah e-mail yang ditunggu-tunggu itu. Assalamu alaikum sayang alhamdulillah sidangnya lancar, nilainya pun dapat yang paling tinggi, alhamdulillah berkat doa ade sayang. Hr ini kk ngurus ijazah sementara, sore ke rabat insya Allah ... Alhamdulillah, legaaa sekali. Satu perjuangan tuntas untuk sementara. Tinggal satu lagi: dua pekan ini giliranku. Minna san, mohon bantu doanya, ya. Ya Allah, kar

Ditinggal baba

Baba pergi ke Maroko sekitar delapan hari untuk sidang S2nya. Baba berpesan kepada bubu untuk bisa bekerja sama dengan bunda. Tidak rewel saja sudah sangat membantu bunda. Bubu sepertinya mengerti. Tapi dia terlihat merindukan baba. Buktinya setiap malam tanpa baba ia menjadi susah tertidur dan berkali-kali terbangun, minta mimi. Untung hanya minta mimi, bukan rewel yang tidak jelas sehingga bunda bisa tetap tenang dan tidak sedih hanya berdua di rumah. Mungkin bubu kangen, tapi ingat pesan baba untuk tidak menyusahkan bunda dan tolong menolong dengan bunda. Gampang terbangun, tapi tak rewel, boleh ya baba? Boleh ya bunda? Saat bunda chatting dengan baba, bubu mengoceh aaaai uuua. Bubu dipangku di depan komputer, mic pun dipasang di depan bubu. Tapi ia malah menatap mic itu, lalu mengambil dan ingin mengemutnya (mulutnya monyong-monyong dengan lucu). Owh bubu, jangan cinta. Akhirnya bubu dibaringkan kembali dan diam-diam mic itu disimpan di dekat kepalanya. Bunda kembali chatting denga

Hari ini bukan Sabtu

Hari ini bukan Sabtu. Tapi saya dan bayi mungil dalam gendongan bergegas menuju masjid mungil di sudut kota Tokyo. Awalnya sempat ragu, karena pagi-pagi Amaturrahman terlihat agak pilek. Badan saya juga sedikit tak enak. Perut, terutama. Tapi setelah tidur sebentar pasca menggulung bentangan jarak dengan suami yang sedang berada di negeri maghribi sana, saya merasa lebih segar. Lalu meyakinkan diri untuk segera berangkat seusai menunaikan sholat dhuhur. Hari ini bukan Sabtu. Dan saya memang tidak ada jadwal mengajar masjid itu. Saya sedang ingin belajar, mendengarkan kalimat-kalimat bijak tentang dakwah. Ya, ada training dakwah disana, dalam dua bahasa: Jepang dan Arab. Pesertanya adalah muslim/ah tiga bangsa: Indonesia, Jepang, dan Pakistan. Hari ini bukan Sabtu. Tapi saya tetap terharu. Iya, seperti biasa, saat memandangi saudari-saudari itu. Perlahan-lahan, benih-benih itu sudah mulai tumbuh. Bertahun-tahun mereka belajar dan belajar, memahami dien yang baru mereka kenal, memahami k

Mengawamkan diri

Seseorang dari masa lalu, menemukan saya di friendster. Dia, adik kelas masa smu, yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Apalagi berbincang dalam dan akrab. Meski saya bersyukur, sekali-kali, saat waktu kuliah di bandung, saya menemukannya dalam forum-forum yang relatif baik semisal kajian, itikaf ramadhan, sampai aksi untuk palestina di jalanan. Setidaknya saya tahu...ia-dan adik-adik yang lain-masih 'baik-baik' saja. Satu hal yang seringkali menjeduk hati saat berinteraksi (lagi) dengan mereka-setelah terputus sekian lama-adalah betapa sering mereka ungkapkan apa yang pernah saya sampaikan dan bagaimana pengaruhnya bagi kehidupan mereka. Sementara terkadang (bahkan seringnya) saya lupa tentang itu, baik itu lupa di kepala, maupun lupa karena sedang lalai mengamalkannya. Misalnya saja, ungkapan "saya masih ingat bagaimana saat teteh menyemangati kami tentang qiyamu lail..." saya terima di saat saya jatuh bangun untuk merutinkannya kembali. Terkadang saya meminta, t

5.2 (bulan)

Baru sepekan bubu meninggalkan angka kelima bulannya, ada lagi kemampuan baru yang dikuasainya. Berbeda dari bulan sebelumnya, saat kemampuan baru lebih dinilai sebagai peningkatan kualitatif (deuh, bahasanya...), bulan ini adalah seperti dua bulan sebelumnya yaitu pencapaian kemampuan yang beragam (kuantitatif). Duh si bunda teh kenapa ya, bahasanya pabaliut sekali? Intinya, dua bulan lalu, macem-macem, bulan kemaren ga banyak macam tapi makin pinter, bulan ini agak macem-macem lagi. Waduh...masih ga jelas gini. Sudahlah, kapan-kapan diedit sajalah, bun. Haik, begini maksudnya. Dalam sepekan ini bubu terlihat makin membuat bunda dan baba semakin cinta dan sayang. Duh duh setiap hari jatuh cinta, dan tiap jatuh makin dalam dan dalam. Ini pengecualian larangan jatuh di lubang yang sama. Karena jatuh yang ini memang sangat enak dan susah dikendalikan. Lihat saja gaya bubu tidur yang terkadang tidak seperti bayi. Bayi umumnya tidur bergaya takbir alias kedua tangan ke atas. Tapi akhir-akh