Skip to main content

Ditinggal baba


Baba pergi ke Maroko sekitar delapan hari untuk sidang S2nya. Baba berpesan kepada bubu untuk bisa bekerja sama dengan bunda. Tidak rewel saja sudah sangat membantu bunda.

Bubu sepertinya mengerti. Tapi dia terlihat merindukan baba. Buktinya setiap malam tanpa baba ia menjadi susah tertidur dan berkali-kali terbangun, minta mimi. Untung hanya minta mimi, bukan rewel yang tidak jelas sehingga bunda bisa tetap tenang dan tidak sedih hanya berdua di rumah.

Mungkin bubu kangen, tapi ingat pesan baba untuk tidak menyusahkan bunda dan tolong menolong dengan bunda. Gampang terbangun, tapi tak rewel, boleh ya baba? Boleh ya bunda?

Saat bunda chatting dengan baba, bubu mengoceh aaaai uuua. Bubu dipangku di depan komputer, mic pun dipasang di depan bubu. Tapi ia malah menatap mic itu, lalu mengambil dan ingin mengemutnya (mulutnya monyong-monyong dengan lucu). Owh bubu, jangan cinta. Akhirnya bubu dibaringkan kembali dan diam-diam mic itu disimpan di dekat kepalanya.

Bunda kembali chatting dengan baba menggunakan tulisan sementara bubu mengoceh riang disamping bunda, tanpa menyadari ada penyadap di dekat kepalanya. Babapun senang bisa mendengar suara bubu. Tapi tak lama, ada bau menyebar...owh owh...interupsi dari bubu. Hubungan internasional Maroko-Jepang pun dihentikan untuk sementara.

Comments

Anonymous said…
Excellent, love it!
»

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah