Senang rasanya menulis disamping bubu yang tertidur lelap. Beberapa hari terakhir ini sulit sekali menemukan ketenangan itu. Yah, sesuatu yang pernah hilang akan sangat dicari, lalu disyukuri setelah kembali lagi.
Bunda juga ingin menulis pengalaman beberapa hari terakhir, untuk senantiasa disyukuri, karena bisa dilewati, dan diambil hikmahnya.
Selasa lalu, hujan turun rintik-rintik saat bunda menjemput bubu. Hari itu bubu dijemput bunda lebih telat karena bunda memerlukan perpanjangan waktu belajar di sekolah. Kamis ini tesis bunda harus sudah disetorkan.
Bunda tahu perpanjangan waktu itu, meski kurang dari dua jam, tak disukai bubu. Bila hari-hari biasa bubu tampak ceria saat dijemput bunda, maka perpanjangan waktu minimal akan menyisakan sebuah garis-garis air mata di pipi bubu. Seringnya tentu saja menangis. Kasihan sekali...
Betul saja, kali itu pun begitu. Bubu segera mimi lalu kami pulang. Tapi bubu menangis saat disimpan di keretanya. Menolak keras. Duh, padahal sedang hujan. Pagi itu bunda lupa menyisipkan jaket di tas bubu. Gendongan yang biasanya disimpan di bawah kereta pun kali ini luput. Akibatnya bubu hanya di selimuti alas yang ada di kereta, sambil digendong bunda. Bunda harus memegang payung, menggendong bubu, sekaligus mendorong kereta.
Di luar rumah dalam hujan dan gelap, bersama bayi mungil dalam gendongan adalah kombinasi yang tepat yang membuat mata bunda berkaca.
Bunda juga ingin menulis pengalaman beberapa hari terakhir, untuk senantiasa disyukuri, karena bisa dilewati, dan diambil hikmahnya.
Selasa lalu, hujan turun rintik-rintik saat bunda menjemput bubu. Hari itu bubu dijemput bunda lebih telat karena bunda memerlukan perpanjangan waktu belajar di sekolah. Kamis ini tesis bunda harus sudah disetorkan.
Bunda tahu perpanjangan waktu itu, meski kurang dari dua jam, tak disukai bubu. Bila hari-hari biasa bubu tampak ceria saat dijemput bunda, maka perpanjangan waktu minimal akan menyisakan sebuah garis-garis air mata di pipi bubu. Seringnya tentu saja menangis. Kasihan sekali...
Betul saja, kali itu pun begitu. Bubu segera mimi lalu kami pulang. Tapi bubu menangis saat disimpan di keretanya. Menolak keras. Duh, padahal sedang hujan. Pagi itu bunda lupa menyisipkan jaket di tas bubu. Gendongan yang biasanya disimpan di bawah kereta pun kali ini luput. Akibatnya bubu hanya di selimuti alas yang ada di kereta, sambil digendong bunda. Bunda harus memegang payung, menggendong bubu, sekaligus mendorong kereta.
Di luar rumah dalam hujan dan gelap, bersama bayi mungil dalam gendongan adalah kombinasi yang tepat yang membuat mata bunda berkaca.
Comments