Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2005

Yang Tak Habis-habis

"Rasanya semangat hidupku sudah habis, Bunda. Aku tak tahan, dan aku tak tahu bagaimana menghadapi masa depan. Kakiku...hidupku..." Ujar Aisya menahan isakan. Bunda memandangnya dalam diam. Menahan cabikan-cabikan hati. "Aku tak tahan..." Katanya lagi. Kali ini terdengar lebih pilu. Mengiris. Bunda memeluk bahu putri sulungnya itu. Kemudian berkata pelan. "Semestinya kesabaran dan harapan itu tak kan pernah habis, bila kita selalu mengambilnya dari sumber yang tak pernah kering. Sumur yang tak mengenal musim, mengalirkannya ke dalam jiwa tanpa henti." "Tapi ini terlalu sulit untuk dihadapi." "Bunda tahu ini sangat berat untuk kita. Apalagi untukmu. Tapi apa yang terjadi pada setiap kita, sudah diukurNya. Jauh lebih cermat dari guru yang memberikan ulangan bagi murid-muridnya. Materi untuk bekal diberikan, dan anak kelas 5 tak kan mendapat beban soal seperti kelas 6." Bunda menghela nafas. Berusaha mengumpulkan kata-kata, meski ia sendir

Masalah[2]

Tapi toh ia tak putus asa. Apakah karena ia masih kanak-kanak, yang secara mental cukup kuat? Saat gempa di Nigata beberapa waktu yang lalu, sebuah mobil terkubur dalam reruntuhan selama beberapa hari. Penumpangnya adalah seorang ibu dan dua orang anaknya. Satu anak saja yang bertahan hidup. Subhanallah... Saat Tsunami pun, banyak anak-anak yang selamat dalam peristiwa yang dahsyat itu. Banyak cara yang mereka tempuh, seperti terapung di laut, memanjat gedung tinggi, dsb. ( hemm...smoga mereka pun diberikanNya kekuatan untuk bertahan hingga mereka dewasa dan menjadi pembangun negeri dan umat) Kembali kepada anak lelaki yang bertahan di dalam sumur. Kemudian sekelompok orang menemukannya, lalu membawanya dan memperdagangkannya. Ia dijual dengan harga yang sangat murah. Alhamdulillah, pembelinya adalah seorang tuan di mesir, yang baik hati. Ia tak memperlakukan anak itu seperti budak, tapi lebih mirip anak sendiri.

Masalah

"Kura kok mendung?" Sapa seorang teteh yang akan menerbitkan buku pinkunya saat siaran cilukba di radio berlangsung. Aku sedikit terkejut dengan sapa itu. Tak dinyana, kegalauan hati terpancar pada karakter si kura (dan mungkin juga kak rieska) yang membawakan acara. Atau mungkin teteh ini memang terlalu sensitif? ^_^ Tapi ini sama sekali tak terkait dengan itu. Aku tak hendak membahas tentang kegalauan hati, tapi aku ingin menceritakan apa yang kemudian mengembalikan kesadaranku pada malam itu. Saat dibuka kembali sebuah file tentang kisah manusia yang sangat terkenal sepanjang sejarah manusia. Kisah yang sedang menebarkan pesonanya kembali pada benak ini. Perjalanan hidup yang mencengankan dari seorang lelaki. Sebuah cermin yang bisa kita lihat kala kita menghadapi sesuatu masalah. Kerana apa yang terjadi padanya-sejak ia kanak-kanak, hingga dewasa-begitu pelik, dan cara ia menghadapi pun begitu menakjubkan. Ibu kandungnya meninggal kala ia masih sangat kecil. Saudara-sa

KompetensiEmosi

Ini sebenarnya isu yang cukup lama ada, tapi tiba-tiba saja saya ingin kembali menge-cek list yang ada, terkait kompetensi emosi. Karena tidak tahu persis kata-kata pengganti dalam bahasa Indonesia, saya kutip sono mama (apa adanya) dari buku fenomenal tentang EQ. Kompetensi Personal (menentukan bagaimana kita memenej diri kita) 1. Self-Awareness (mengetahui kondisi internal, preferens, resources, dan intuisi) a. emotional awareness b. accurate self assessment (mengetahui kekuatan dan keterbatasan) c. self confidence 2. Self-Regulation (memenej kondisi internal, impulses, dan resources) a. sefl control b. trustworthiness (maintaining standar kejujuran dan integritas) c. conscientiousness (mengambil tanggung jawab performansi pribadi) d. adaptability e. innovation 3. Motivation (tendensi emosi yang mengarahkan atau memfasilitasi tercapainya tujuan) a. achievment drive b. commitment c. initiative d. optimism Kompetensi sosial (kompetensi yang menentukan bagaimana kita menangani aneka

Punggung

Saya tahu betul, bahwa manusia-manusia bertemu saya hanya untuk menggoreskan kenangan. Tapi kenapa setiap kali perpisahan tiba, hati ini selalu saja teriris lalu menangis... ::menatap punggung gadis-manis-negeri kangguru-yang-selalu-tersenyum::

Kreatif [6]

Ini bagian terakhir yang saya janjikan. Meski sama sekali tak mewakili menariknya isi buku, smoga saja menggugah kita untuk mengeksplor lebih banyak... Aplikasi energi kreatif #Menemukan masalah# Orang kreatif umumnya sensitif terhadap masalah, terutama apa yang ia saksikan di sekitarnya. Barangkali sebagian akan terlihat cerewet, yaa... Tapi lihatlah apa yang dibuat oleh para pembaharu zaman. Mereka senantiasa gelisah dan merasa ada yang tidak beres dengan sekitarnya, sehingga mereka pun merintis sebuah perubahan yang efeknya luar biasa... 1. Temukan jalan untuk mempercepat apa yang menggerakkan kita Ngng...terjemahan yang aneh. Tapi saya mengartikannya itu seperti mengetahui apa yang membuat mood baik kita timbul. 2. Lihat masalah dari sebanyak mungkin sisi 3. Temukan implikasi masalah 4. Implementasikan solusi #Berpikir divergen# 1. Buat ide sebanyak mungkin 2. Buat ide seberbeda mungkin 3. Coba buat ide yang tak biasa Coba perhatikan, kesannya biasa banget kan? Tapi kalau buat saya

About Me & Tokyo [6]

Rumah Meski jatah tinggal di Komaba (Komaba International Students House) itu bisa diperpanjang hingga dua tahun, pada akhirnya, di bulan ke 18 saya harus pergi juga. Sebabnya sederhana saja, karena saya tak sendiri lagi. Di sini hanya ada single-room. Bila ingin mendapat jatah untuk couple-room atau family-room, kita harus mengungsi ke Odaiba. Odaiba merupakan area wisata di Tokyo yang menarik untuk dikunjungi. Pemandangannya cantik dan kaya akan obyek menarik. Tapi saya-dan mungkin sebagian orang-merasa tempat itu kurang sesuai untuk tempat tinggal. Kehidupan sosial, biaya hidup yang cukup mahal, dan juga akses ke kampus. Waktu tempuhnya hanya sekitar setengah jam, tapi harus sering ganti kereta. Terkadang urusan ganti kereta ini agak melelahkan. Jadi sejak akhir Januari ini dimulailah petualangan mencari rumah kontrakan. Saya membuat sekitar tiga belas catatan penting sebagai patokan mencari rumah. Tentu saja ada tarik ulur yang harus diprioritaskan, antara kenyamanan dan kedekatan

Buntu

Deadline report terakhir hari ini. Jalan-jalan otak seperti buntu. Menyerah? Iyaa...toh sks sudah lebih dari cukup. Topiknya pun sama sekali bukan bidangmu. Tapi katanya mau belajar... Dan selama ini memang kurang belajar. Sudah tahu susah, alokasi perhatian dan waktu seadanya. Hemm...masih ada waktu yang bergulir. Isi saja sel-sel otakmu dengan huruf-huruf dan angka-angka dari paper-paper itu. Berharap keajaiban, pada jam-jam terakhir, mampu menggerakkan jarimu di atas keyboard... menyelesaikan urusan... sesungguhnya setiap kesulitan itu disertai kemudahan Bismillah...

PertamaKuBerjumpa

Anda percaya, bahwa pengalaman pertama tak pernah terlupakan? Aku percaya. Karena pengalaman selama ini, membuktikan hal itu. Bayangkan, seorang remaja yang baru tiga tahun sebelumnya lulus SD, dengan penampilannya berantakan karena kecuekannya selain baju baru yang hanya dibeli setahun sekali (saat lebaran, red). Satu-satunya yang boleh sedikit dibanggakan-atas karunia Allah SWT- dia bisa meraih peringkat ke-3 NEM se-sekolahnya. Sehingga ia berani untuk kembali bergabung dengan sekolah (negeri) nomor satu di kotanya. Berharap bahwa atribut yang tak dimilikinya tak akan menghalanginya untuk mencari ilmu. Selain terkenal, di sekeliling sekolah itu ada banyak pohon rindang yang meneduhkan. Berbaris rapi di sisi jalan, dan pada musim tertentu akan menghasilkan biji-bijian, yang kadang dipungut dan dimainkannya beserta kawan-kawannya. Ternyata saat ia masuk, ada keteduhan lebih yang ditawarkan sekolah itu. Sebarisan muslimah dengan jilbab lebar yang senantiasa tersennyum. Menyapa, mengajak

BukanSaya

Terima kasih untuk menjaga gawang Cilukba *? Sungguh, bukan saya yang pantas diterimakasihi, ketika Jumat ini Cilukba tiba pada episode 31, dengan pendengar 32 komputer. Memang, dulu saya yang mengacungkan tangan untuk mengambil tanggung jawab ini. Suara saya juga yang setiap pekan hadir sejak bulan September tahun lalu. Ditemani suara pembaca cerita, atau suara nyanyian, yang kadang diselingi hapalan adik. Tapi jangan lihat saya. Lihatlah tangan-tangan di sekeliling saya. Dulu, di bulan pertama, dua orang bapak, membawakan acara sambil bernyanyi dan memainkan harmonika. Mengharukan. Lalu bulan berikutnya dua kakak yang juga mengawal cerita, diselingi nyanyian bergitar. Saya hanya menggantikan, karena mereka semua, harus mengerjakan banyak hal yang lebih penting. Ada lagi, kakak-kakak pembaca cerita , yang mencari cerita, mengedit sendiri, lalu membacakan sepenuh hati untuk adik-adik. Mereka bekerja bergantian, sekali dua kali dalam rentang waktu tiga bulan. Bekerja di antara berbagai

Kreatif [5]

Masih berminat untuk semakin meningkatkan diri menjadi pribadi yang kreatif, kan? Kalau saya masih banget ^_^ Dan inilah langkah berikutnya yang dianjurkan si penulis buku yang mengeksplorasi banyak orang kreatif kemudian menyampaikan apa saja kebiasaan-kebiasaan mereka. Katanya, kita dapat berpikir bahwa kepribadian adalah kebiasaan dalam berpikir, merasa, dan berbuat, sesuai dengan keunikan pola dimana kita menggunakan energi dan perhatian yang kita miliki. Lalu apa mungkin mengubah kepribadian, semetara sebagian besar orang lebih percaya diri dengan dirinya, dan bangga mengatakan: inilah saya. Sulit, memang. Tapi tak mustahil. Seperti halnya pembinaan yang kita jalani, langsung ataupun tidak langsung sedikit banyak telah mengubah diri kita semua. Pengalaman hidup, lingkungan, telah banyak mengubah kita. Meski sebagian orang tetap terlihat 'sama saja' dari waktu ke waktu. Saya ingat, ketika terakhir menelepon seorang kawan lama, yang berbulan-bulan tak bertemu, dia berkata: k

Tahun baru

Ada puasa di awal tahun baru... Hari Sabtu lusa tgl 10 muharram sangat dianjurkan untuk shaum di hari itu. Lebih afdhal tgl 9, 10 atau 10,11, dan paling afdhal adalah tgl 9, 10, dan 11, untuk membedakannya dgn puasa orang Yahudi. Keutamaan Shaum 10 Muharram "Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Muharam, sedang salat yang paling afdal sesudah salat fardu adalah salat malam." (HR Muslim) Ibnu Rajab al-Hambali mengatakan, Muharam disebut dengan syahrullah (bulan Allah) memiliki dua hikmah. Pertama, untuk menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Muharam. Kedua, untuk menunjukkan otoritas Allah dalam mengharamkan bulan Muharam. Pengharaman bulan ini untuk perang adalah mutlak hak Allah saja, tidak seorang pun selain-Nya berhak mengubah keharaman dan kemuliaan bulan Muharam. Di samping itu, bulan Muharam juga memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah sebagaimana sabda Rasulullah saw. di atas, "Puasa yang paling utama setelah puasa Ramada

Puzzle 16 [Getaran]

Kringggg... Assalamu alaikum... Waalaikumussalam wrwb Apa kabar, De? Alhamdulillah baik. Kaka? Alhamdulillah... ...[sepotong dua potong percakapan] Dah dulu yaa [diam] Masih kangen yaa? Iya [malu, mata yang berkaca, hati bergetar] Sama... Gpp, udahan juga. Biar hemat pulsa... Iya... [salam dan telp pun ditutup] Getaran dan deburan jantung masih dirasakan perempuan beberapa saat setelah gagang telepon diletakkan kembali. Memang, di saat berjauhan, sekian detik pertemuan menjadi luar biasa artinya. Imel, surat pos, YM, dan tentu saja: telepon, menjadi sarana melepas rindu. Lalu rabu sore ini, lelaki itu mengirim e-mail, mengabarkan ia tengah transit di Cangi, Singapura, dan segera tiba di Jakarta. Sehari sebelumnya ia telah bertolak dari Jeddah. Menghitung hari, dalam bilangan delapan, bentangan jarak bisa digulung lagi. Insya Allah Seperti apa rasa menghabiskan separuh waktu dengannya? Saat ia tak hanya ada dalam mimpi, sepotong wajah di layar komputer, alunan suara di telepon, atau ba

Kreatif [4]

Bila bingung, boleh diintip kreatif 1 kreatif 2 kreatif 3 Setelah energi kreativitas itu terbangkitkan, maka energi itu pun harus dijaga. Bagaimana menjaganya? Dengan membangun kebiasaan-kebiasaan positif, seperti: 1. Mengontrol jadwal sehari-hari Kita sebaiknya mengontrol jadwal, dan tidak dikontrol oleh jadwal. Ada saat dimana kita sedang penuh energi untuk mengerjakan sesuatu, tapi waktu makan telah tiba. Jam makan tak harus sama dengan yang lain, tapi bisa disesuaikan dengan ritme tubuh. Misalnya tak perlu mematuhi jam makan yang umum, bila lapar itu adanya menjelang dhuhur, dan setelah ashar. 2. Buat waktu untuk refleksi dan relaksasi Secara pribadi, saya merasa terbantu sekali dengan waktu-waktu sholat yang ada. Saat di kampus yang lumayan menegangkan syaraf, dengan sholat kita bisa beristirahat. Belum lagi saat pulang ke rumah. Ada masa, dimana kelelahan itu bisa hilang bukan dengan tidur, tapi dengan mengambil wudhu, lalu ruku dan sujud. Muhasabah diujung hari juga sangat dianj

Dimana? [2]

Disini aku tak hendak membahas tentang peran muslimah, hak dan kewajiban muslimah, dsb, karena banyak buku telah membahasnya. Meskipun ada sebagian kalangan yang merasa tak puas, karena banyak sekali buku/tulisan tentang muslimah, ditulis oleh para bapak dan dirasakan masih kurang seimbang. Semoga para penulis senantiasa dituntun oleh Allah SWT untuk mencatatkan dan menyebarkan kebaikan dan kebenaran yang berlandaskan kitab suci. Ada dua hal yang ingin aku soroti disini. Pertama, apa yang membedakan aktivitas seorang muslimah dengan yang lain. Kedua, bagaimana menyeimbangkan setiap peran. Apa yang membedakan aktivitas muslimah dengan yang lain? Dari luar bentuknya sama. Muslimah menjadi anak, istri, ibu, saudara, kawan. Muslimah belajar, sekolah, bekerja, bersosialisasi. Bentuknya sama, karena semua perempuan melakukannya . Tapi yang membedakan mereka adalah niat . Ada yang mencari uang, ketenaran, kepuasan pribadi semata, dsb. Tapi muslimah melaksanakan semua itu untuk mendapatkan eks

Dimana?

"Dimanakah para ummahat?" Status YM seorang adik, mengusikku yang 'invisible' sejak pekan lalu, untu bertanya: mencari saya? ;)Ternyata ada kegelisahan yang menggelitik si adik itu dan menginspirasiku untuk menuliskannya disini. Kenapa di wilayah kerja sulit sekali ditemukan ummahat? Salahkah berkontribusi di bidang sesuai ilmu yang kita kuasai? Kenapa, kesannya yang 'terlihat' berdakwah di masyarakat luas itu hanya bapak-bapak saja? Pertanyaan-pertanyaan semisal itu bukan hanya pertanyaan yang berkembang di kalangan seusianya, dan aku juga pernah memikirkannya. Tapi juga di milis muslimah 'dewasa' yang kuikuti pernah jadi topik diskusi yang cukup seru. [Bersambung]

Kreatif [3]

Bagaimana menjadi membangun diri menjadi lebih kreatif? (hehe...ketauan, kopipaste dari tulisan sebelumnya) Selagi ingat, saya rangkumkan inti dari bab 14 buku CREATIVITY, yaitu ENHANCING PERSONAL CREATIVITY. Btw, kok saya ga kreatif banget yaa...nyuplik-nyuplik dari buku...^_^ Langkah pertama adalah merangsang tumbuhnya keingintahuan dan ketertarikan ( cultivating of curiousity and interest ). Untuk itu kita bisa melakukannya dengan: 1. cobalah untuk merasa 'surprise' oleh sesuatu setiap hari 2. beri suprise minimal satu orang setiap hari (yang ini dibahas sedikit di tulisan kedua) 3. setiap hari tuliskan apa yang mengejutkan dan bagaimana kita mengejutkan orang lain 4. ikuti lintasan pikiran saat ia tertarik akan sesuatu, meskipun itu diluar bidang kita, atau keahlian kita selama ini. jangan terlalu merasa sok sibuk untuk mengeksplore lebih jauh. Setelah rasa ingin tahu dan ketertarikan itu hadir, biasanya ia relatif tak bertahan lama. (Entropi di hukum kedua termodinamik

Bunga [4]

"Jangan merasa bersalah..." "Tapi Nda..." "Sungguh Teh, Allah yang mendidik bunda melalui teteh dan fafa. Mengajarkan banyak hal, terkait dengan kesabaran dan kesungguhan. Tak semua keinginan kita adalah baik bagi hidup kita. Tapi apa yang ditetapkanNya senantiasa yang terbaik. Teteh tahu, waktu teteh mulai bisa berjalan, saat bunda sedang sedih, teteh selalu menghampiri bunda dan memeluk bunda. Entah siapa yang mengajarkan. Tapi pelukan itu membuat sebagian beban rasanya jauh lebih ringan. Coba, siapa dan apa yang telah menginspirasi teteh?" "Aku tak tahu...kejadiannya saja aku tak ingat. Tiba-tiba saja, kita terbiasa dengan itu..." "Begitulah...Banyak yang tidak kita fahami pada masa-masa kecil, baik ataupun buruk. Tanggung jawab teteh adalah setelah dewasa seperti sekarang. Sejak haid pertama, sejak bunda katakan bahwa teteh harus semakin bertanggung jawab atas setiap apa yang dilakukan. Ucapan, tindakan, bahkan lintasan hati. Dan bunda c

Bunga [3]

Beberapa hari berlalu. Tapi pembicaraan saat sarapan itu tak beranjak dari benak Aisya. Ada rasa bersalah yang menekannya diam-diam. Raut muka sedih itu tak luput dari perhatian bunda. Hingga pada suatu hari, ia bertanya hati-hati pada Aisya. "Teteh akhir-akhir ini sibuk dan capek?" Aisya menggeleng. "Standar aja kok, Nda...Emang kenapa?" "Siapa tau saja. Sini bunda peluk..." Aisya terkejut. Tangan bunda segera melingkar dibahunya. Membelai rambutnya perlahan. Khas bunda, kala ingin meringankan perasaan mereka, anak-anaknya. Pelukan itu...entah ribuan moment, mengembalikan kesadarannya. Saat berebut mainan, saat nilai ujiannya merah, hingga saat ayah pergi meninggalkan mereka, dimana terjadi rekor terbanyak mereka bertiga bergantian berpelukan. Tak lama, pertahanannya bobol. Ia terisak... "Maaf ya bunda..." "Maaf kenapa?" "Karena aku dulu bayi yang sangat menyusahkan. Kakek dulu sering mengeluhkan tentang bu

Bunga [2]

"Ayo cerita bunda...Fa juga ikutan pengen tahu." Ujar Fatimah yang dengan cekatan mengisi gelas-gelas kosong bunda dan Aisya, kakak perempuan semata wayangnya. Bunda tertawa kecil. Lalu mulai bercerita... "Teteh hadir di rahim bunda, hanya selang sebulan setelah bunda menikah dengan ayah. Masih ingat, kan? Kalau bunda nikah sama ayah selagi kuliah. Usia bunda tak lebih dari 20 tahun." "Bagaimana aku waktu itu, Nda?" "Alhamdulillah...segalanya normal. Yang aga berat di masa-masa awal, mual-mual yang sangat berat. Sulit sekali makanan masuk, sampai bunda sempat diinfus." "Pasti bunda repot sekali yaa..." "Iyah, inginnya tidur...malas sekali pergi, termasuk belajar atau pun kuliah. Apalagi setelah lahirpun agak teteh sempat sakit. Sampai pergi ke rumah sakit tiap hari untuk perawatan." Ada yang berubah pada air muka Aisya. "Karena itukah bunda tak sampai menyelesaikan kuliahnya?" Katanya pelan. B

Selamat

Selamat Tahun Baru 1426H Semoga kita semua semakin bertaqwa kepadaNya... Mengenang jejak, saat kaki ditapakkan di bumi Allah Madinah catatan sejarah yang senantiasa menawan hati, disertai harapan, bahwa jalan mereka itu pun adalah jalan yang ingin kutiti bersama orang-orang terkasih

Bunga

Suatu hari di jalan mutiara... Bunda mengoleskan selai kacang di atas roti, lalu menaburkan coklat, sebelum kemudian menambahkan susu kental manis. Roti coklat-kacang kegemaran Aisya. Lalu membuka botol selai lain, untuk roti Fatimah. "Aih bunda...fafa saja yang buat..." si bungsu Fatimah terlihat melangkah turun menuruni tangga. Tangannya sigap mengambil alih pekerjaan bunda yang sudah separuh jalan. Bunda hanya tersenyum, lalu beralih menyiapkan susu sambil memanggil si sulung yang masih terdengar gedebak-gedebuk di atas. Tak lama, sambil masih merapikan rambut dengan jari, yang dipanggilpun muncul, duduk manis, siap sarapan. Ritual pagi mereka bertiga pun segera dimulai. Bedanya, kali ini mereka boleh mengobrol lebih lama, karena hari ini libur. "Fa, baca postingan baru di blognya mba wia ga? Bagus banget loh..." "Ohya? Tentang apa?" "Tentang anaknya yang baru belajar makan. Lucu banget deh" "Waa...belum. Ntaran d

Di tepi zam-zam [2]

Makasih ya zubia, alhamdulillah tante sehat, dilanjutkan ceritanya yaa... Kekritisannya pemuda belia itu pantas untuk dikagumi. Tak seorangpun mengajarinya-kecuali Allah swt-saat ia ingin mencari tahu tentang keberadaan sang Maha Pencipta. Bahkan ayahnya sendiri adalah seorang pembuat berhala! Banyak orang pandai, yang tahu segala macam hal, tapi tak sadar akan adanya keberadaan sang Pencipta. Agama hanya dijadikan ritual dan budaya, tapi bukan dalam pemaknaan yang dalam sebagai seorang hamba. Aku sendiri lupa sejak kapan dan bagaimana, konsep tentangNya mengendap di kepala ini. Saat aku mulai tahu, bahwa ada yang mencipta, ada yang mendengarkan pinta. Kupikir konstruksi akidah yang dibangun orang tua dan lingkungan perlahan-lahan mereka puzzle itu menjadi satu. Tumbuh dan menemukan sendiri? Mereka puzzle sendiri? Kemudian ia bergerak, mencoba berbuat sesuatu pada lingkungan sekitarnya. Mengingatkan sang ayah dan bahkan sang raja. Mengenalkan logika tentang 'Tuhan'

Di tepi zam-zam [1]

Baru saja main-main ke muslim blog, dan menemukan lomba entry bulan januari. Sayang, hari ini sudah tanggal 1 Feb jadi sudah tak boleh lagi ikutan lomba. Tapi aku teringatkan dan jadi ingin menulis tentang Ibrahim itu. Merekam apa yang ada pada ingatan tentang manusia yang disandingkan dengan Rasulullah saw dalam shalawat-shalawat. Sejak lama, ruang di hati ini terdominasi oleh sang idola . Baru kemudian saat 'rekan-rekan' seperjuangannya pun mulai dilirik, dan banyak ditemukan sisi menarik dari setiap jiwa mereka. Misalnya figur Ayub as yang begitu sabar dengan sakitnya, Musa as dengan kegagahan dan kekuatannya, dll. Salah satu nama yang mencuat dengan tajam, dan menjadi pendamping sang idola di hati adalah beliau ini. Ya, Ibrahim as dengan segala sisi pada beliau yang begitu menawan, beserta orang-orang terkasih di sekelilingnya. Kubayangkan ia saat muda, mencari Tuhan. Melihat sekitar, mencari kekuatan yang paling besar. ...(bersambung)

Menulis

Akhir-akhir ini aku merasa seperti ada yang korslet di kepala. Kasus terakhir, kemarin pagi: gosok gigi bukan pakai odol alias pasta gigi, tapi pake krim pembersih muka. Huwaa...untung saja tidak tertelan, karena aku segera menyadari rasa mint yang hilang kala gigi depan disikat. Aku sedang berpikir-pikir ada apa gerangan? Ada banyak sekali persoalan yang memenuhi kepala ini. Masing-masing berebut meminta segera diselesaikan. Ada kebijaksanaan yang hilang kala semestinya diri ini mampu membuat prioritas dan pilihan-pilihan, terkait dengan alokasi perhatian, waktu, dan juga energi. Salah satu persoalan yang diduga menjadi sebab serta akibat adalah karena malas menulis. Lihat saja, betapa sepinya blog ini, tak lagi muncul posting setiap hari seperti dahulu. Pun tulisan-tulisan di media-media lain juga tak ada Baiklah, sepertinya kebutuhan untuk menulis setiap hari sudah harus diwajibkan lagi pada diri ini. Bismillah...