Skip to main content

BukanSaya

Terima kasih untuk menjaga gawang Cilukba*? Sungguh, bukan saya yang pantas diterimakasihi, ketika Jumat ini Cilukba tiba pada episode 31, dengan pendengar 32 komputer.

Memang, dulu saya yang mengacungkan tangan untuk mengambil tanggung jawab ini. Suara saya juga yang setiap pekan hadir sejak bulan September tahun lalu. Ditemani suara pembaca cerita, atau suara nyanyian, yang kadang diselingi hapalan adik.

Tapi jangan lihat saya. Lihatlah tangan-tangan di sekeliling saya.

Dulu, di bulan pertama, dua orang bapak, membawakan acara sambil bernyanyi dan memainkan harmonika. Mengharukan. Lalu bulan berikutnya dua kakak yang juga mengawal cerita, diselingi nyanyian bergitar. Saya hanya menggantikan, karena mereka semua, harus mengerjakan banyak hal yang lebih penting.

Ada lagi, kakak-kakak pembaca cerita, yang mencari cerita, mengedit sendiri, lalu membacakan sepenuh hati untuk adik-adik. Mereka bekerja bergantian, sekali dua kali dalam rentang waktu tiga bulan. Bekerja di antara berbagai himpitan agenda. Mereka adalah para bunda, anak sekolah yang masih remaja dan bukan-remaja, seorang guru, ataupun para bapak yang sudah bekerja namun sedang kembali bersekolah. Ada juga seorang anak berusia 11 tahun yang ikut menyumbangkan cerita, untuk adik dan teman sebaya.

Pertama kali siaran, Si bawang merah bawang putih, kakaknya rekaman sampai diulang berkali-kali (12 kalau tak salah) karena kakak belum mengerti, bagaimana mengedit suara. Ada lagi, yang harus mengulang cerita karena ada 'peri' dalam cerita. Dari pada menyebarkan racun, lebih baik berpeluh lagi, bekerja keras sepulang kuliah. Ada juga kakak yang menyempatkan diri membacakan cerita di sela persiapannya pulang ke tanah air.

Jangan ditanya, berapa banyak kakak yang dibuzz untuk dimintai cerita, karena jadwal yang ada tak terpenuhi. Bukan karena mereka tak mau, tapi deadline tugas lain yang menuntut lebih dulu.

Lalu siapa yang membuat cerita menjadi lebih manis didengar? Menghilangkan kedataran dan kemonotonan dengan efek suara dan musik? Mengedit suara yang salah ucap dan mengantuk? Ada kakak editor yang setia di depan komputer, beserta koleksi suara yang begitu beragam. Pekerjaan yang saya tak yakin bisa sanggup melakukannya, karena mengkombinasikan keterampilan teknis dan juga insting. Dia yang senantiasa disibukkan menjelang deadline siaran.

Sungguh-sungguh bukan saya...

Di belakang layar, ada para pencari cerita, penulis ulang cerita, yang mereka huruf demi huruf agar bisa dibacakan. Juga yang mencarikan lagu agar acara bisa dinikmati para balita, yang belum mampu mendengarkan cerita sepenuhnya.

Ada juga tim radio dan penyiaran, yang disibukkkan setiap pekan, membantu proses penyiaran. Masa sulit di saat awal, saat siaran terlambat karena ada profesor di seberang meja, atau winamp yang mogok bekerja karena sudah uzur. Meski kemudian ada mekanisme siaran otomatis, tetap ada masa-masa sulit, seperti acara baru siap beberapa menit sebelum jam siarnya. Kejutan-kejutan permohonan bantuan, saat file akan diputar atau saat kemacetan terjadi, disambut dengan uluran tangan terbuka.

Perhatikan juga para pendengar, yang menitipkan salam, menitipkan suara anak-anak mereka untuk diperdengarkan. Ada adik-adik yang begitu rajin mengirim jawaban kuis, juga puisi karya mereka. Mereka inilah yang menjadi suluh penyemangat bahwa lelah ini tidak sia-sia. Meski sederhana, apa yang dilakukan masih berguna.

Jadi benar, bukan saya...

Kepada merekalah saya ingin mengucapkan terimakasih, untuk segala dukungan yang saya tahu maupun tidak. Merekalah pemilik sesungguhnya cilukba...

Ada masa, saat saya merasa lelah dan ingin berhenti saja. Tapi mengenang kebersamaan ini, mengingat-ingat rasa kala kegiatan ini digulirkan, mengembalikan semangat yang memudar itu.

Sekali lagi bukan saya...
Jazaakumullah khairan katsiraa


Semoga semuanya tak bosan, untuk tetap bersama dan bekerja sama. Mungkin tak lama lagi, kita akan bertukar peran. Semoga tak ada yang berubah, selain kualitas amal dan keikhlasan yang semakin sempurna.

Komaba, Jumat 18 Februari 2005
rieska

*Cilukba adalah program Siaran Cerita Anak FLP-Jepang di Radio Tarbiyah. Mengudara setiap Jumat pukul 19.00 JST atau 17.00 WIB.
Beraneka cerita untuk anak dibacakan, dari mulai cerita rakyat, fabel, keseharian, juga sejarah dan para nabi. Ada selingan lagu, puisi, dan juga hapalan doa dan Quran adik-adik
.

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R