Skip to main content

Kreatif [5]

Masih berminat untuk semakin meningkatkan diri menjadi pribadi yang kreatif, kan?

Kalau saya masih banget ^_^ Dan inilah langkah berikutnya yang dianjurkan si penulis buku yang mengeksplorasi banyak orang kreatif kemudian menyampaikan apa saja kebiasaan-kebiasaan mereka.

Katanya, kita dapat berpikir bahwa kepribadian adalah kebiasaan dalam berpikir, merasa, dan berbuat, sesuai dengan keunikan pola dimana kita menggunakan energi dan perhatian yang kita miliki. Lalu apa mungkin mengubah kepribadian, semetara sebagian besar orang lebih percaya diri dengan dirinya, dan bangga mengatakan: inilah saya.

Sulit, memang. Tapi tak mustahil. Seperti halnya pembinaan yang kita jalani, langsung ataupun tidak langsung sedikit banyak telah mengubah diri kita semua. Pengalaman hidup, lingkungan, telah banyak mengubah kita. Meski sebagian orang tetap terlihat 'sama saja' dari waktu ke waktu.

Saya ingat, ketika terakhir menelepon seorang kawan lama, yang berbulan-bulan tak bertemu, dia berkata: kamu kok jadi kayak jadi dewasa dan keibuan banget seeh... Gubrak... Ternyata, yang sebelumnya masih agak preman, bisa berubah juga. Padahal kehidupan nyata sebagai istri, baru saja akan dimulai (lagi).

Eh back to the topic...

Mengubah kepribadian artinya mengubah atensi/perhatian. Melihat segalanya dengan sisi yang berbeda. Ada seseorang yang sangat introvert, pemalu, dsb., yang dalam pekerjaannya membuat sebagian kliennya tidak betah bekerja sama dengan dia. Mereka sulit mendapatkan reaksi, baik itu emosi maupun pikiran darinya. Pada titik ini dia berpikir ia harus berubah, lalu membuat lebih banyak senyum, menambah sedikit obrolan, dsb. Sangat tidak mudah, tapi sedikit demi sedikit kesuksesannya membuatnya menjadi pemimpin yang efektif dan komunikatif. Kehangatan pribadi ini sebenarnya adalah potensi pribadinya yang selama ini tak mampu ia tampilkan.

Jadi, masih bertahan dengan pikiran inilah gue...tanpa kita mau mengeksplor lebih dalam tentang apa dan siapa kita? ;)

1. Bangung sisi kelemahan kita
Mungkin ada yang merasa tak mampu di bidang olahraga? Atau tak bisa menulis? Tak bisa menghapal (wah...ini sih saya :P). Tak bisa bekerja teknis, atau tak bisa membuat konsep.

Cobalah luangkan waktu untuk mempelajari hal yang menjadi kelemahan kita. Jangan berhenti di titik saat kita merasa tak berbakat.

2. Sekali-kali mengubah dari keterbukaan menjadi ketertutupan
(ini terjemahan yang agak aneh) Tapi maksudnya terkait dengan pola kerja, kapan serba serius dan teknis, kapan sifatnya relaks tapi bereksplorasi.

3. Raih kekompleks-an
Ini terkait tantangan kerja

Di seri selanjutnya akan dibahas tentang aplikasi energi kreatif. Stop dulu, back to the school task...

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar