Skip to main content

Masalah[2]

Tapi toh ia tak putus asa. Apakah karena ia masih kanak-kanak, yang secara mental cukup kuat?

Saat gempa di Nigata beberapa waktu yang lalu, sebuah mobil terkubur dalam reruntuhan selama beberapa hari. Penumpangnya adalah seorang ibu dan dua orang anaknya. Satu anak saja yang bertahan hidup. Subhanallah...

Saat Tsunami pun, banyak anak-anak yang selamat dalam peristiwa yang dahsyat itu. Banyak cara yang mereka tempuh, seperti terapung di laut, memanjat gedung tinggi, dsb. (hemm...smoga mereka pun diberikanNya kekuatan untuk bertahan hingga mereka dewasa dan menjadi pembangun negeri dan umat)

Kembali kepada anak lelaki yang bertahan di dalam sumur. Kemudian sekelompok orang menemukannya, lalu membawanya dan memperdagangkannya. Ia dijual dengan harga yang sangat murah.

Alhamdulillah, pembelinya adalah seorang tuan di mesir, yang baik hati. Ia tak memperlakukan anak itu seperti budak, tapi lebih mirip anak sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R