Skip to main content

Masalah

"Kura kok mendung?" Sapa seorang teteh yang akan menerbitkan buku pinkunya saat siaran cilukba di radio berlangsung.

Aku sedikit terkejut dengan sapa itu. Tak dinyana, kegalauan hati terpancar pada karakter si kura (dan mungkin juga kak rieska) yang membawakan acara. Atau mungkin teteh ini memang terlalu sensitif? ^_^

Tapi ini sama sekali tak terkait dengan itu.

Aku tak hendak membahas tentang kegalauan hati, tapi aku ingin menceritakan apa yang kemudian mengembalikan kesadaranku pada malam itu. Saat dibuka kembali sebuah file tentang kisah manusia yang sangat terkenal sepanjang sejarah manusia. Kisah yang sedang menebarkan pesonanya kembali pada benak ini.

Perjalanan hidup yang mencengankan dari seorang lelaki. Sebuah cermin yang bisa kita lihat kala kita menghadapi sesuatu masalah. Kerana apa yang terjadi padanya-sejak ia kanak-kanak, hingga dewasa-begitu pelik, dan cara ia menghadapi pun begitu menakjubkan.

Ibu kandungnya meninggal kala ia masih sangat kecil. Saudara-saudaranya sangat membencinya, hingga berkonspirasi membuangnya ke hutan. Bukan hanya dibuang, ia dimasukkan ke dalam sumur yang dalam.

Gelap, dalam lubang, sendirian. Di sumur, dalam hutan.

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R