Skip to main content

Masalah

"Kura kok mendung?" Sapa seorang teteh yang akan menerbitkan buku pinkunya saat siaran cilukba di radio berlangsung.

Aku sedikit terkejut dengan sapa itu. Tak dinyana, kegalauan hati terpancar pada karakter si kura (dan mungkin juga kak rieska) yang membawakan acara. Atau mungkin teteh ini memang terlalu sensitif? ^_^

Tapi ini sama sekali tak terkait dengan itu.

Aku tak hendak membahas tentang kegalauan hati, tapi aku ingin menceritakan apa yang kemudian mengembalikan kesadaranku pada malam itu. Saat dibuka kembali sebuah file tentang kisah manusia yang sangat terkenal sepanjang sejarah manusia. Kisah yang sedang menebarkan pesonanya kembali pada benak ini.

Perjalanan hidup yang mencengankan dari seorang lelaki. Sebuah cermin yang bisa kita lihat kala kita menghadapi sesuatu masalah. Kerana apa yang terjadi padanya-sejak ia kanak-kanak, hingga dewasa-begitu pelik, dan cara ia menghadapi pun begitu menakjubkan.

Ibu kandungnya meninggal kala ia masih sangat kecil. Saudara-saudaranya sangat membencinya, hingga berkonspirasi membuangnya ke hutan. Bukan hanya dibuang, ia dimasukkan ke dalam sumur yang dalam.

Gelap, dalam lubang, sendirian. Di sumur, dalam hutan.

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah