Skip to main content

Bunga [4]

"Jangan merasa bersalah..."

"Tapi Nda..."

"Sungguh Teh, Allah yang mendidik bunda melalui teteh dan fafa. Mengajarkan banyak hal, terkait dengan kesabaran dan kesungguhan. Tak semua keinginan kita adalah baik bagi hidup kita. Tapi apa yang ditetapkanNya senantiasa yang terbaik.

Teteh tahu, waktu teteh mulai bisa berjalan, saat bunda sedang sedih, teteh selalu menghampiri bunda dan memeluk bunda. Entah siapa yang mengajarkan. Tapi pelukan itu membuat sebagian beban rasanya jauh lebih ringan.

Coba, siapa dan apa yang telah menginspirasi teteh?"

"Aku tak tahu...kejadiannya saja aku tak ingat. Tiba-tiba saja, kita terbiasa dengan itu..."

"Begitulah...Banyak yang tidak kita fahami pada masa-masa kecil, baik ataupun buruk. Tanggung jawab teteh adalah setelah dewasa seperti sekarang. Sejak haid pertama, sejak bunda katakan bahwa teteh harus semakin bertanggung jawab atas setiap apa yang dilakukan. Ucapan, tindakan, bahkan lintasan hati.

Dan bunda cukup bersyukur anak-anak bunda cukup shalihat. Alhamdulillah..."

"Cukup saja nda?"

"Hehe..iya. Sedikit yang kurang ini loh teh, rambutnya masih kemana-mana begini..."

Aisya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Belum ada hidayah, Nda.."

Bunda menjentikkan hidung putrinya.

"Cari, sayang. Arahkan hatimu ke arah datangnya cahaya itu...Bila kau sangat yakin Ia maha pengasih, maka kau akan tahu, bahwa Ia tak kan mungkin zalim pada hambaNya. Apalagi urusan hidayah ini Bunda pamit dulu yaa...jangan sedih lagi."

Rangkulan bunda terlepas, meninggalkan Aisya yang termangu, mencerna ucapan terakhir bunda. Sedih di hatinya sedikit terkikis, terganti cinta yang bertambah untuk bunda terkasih.

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah