Skip to main content

Posts

Showing posts from 2006

Menjadi sebelas (bulan)

Sebeleas bulan bubu, bersama hujan di daerah Tokyo dan sekitarnya. Sejak bunda keluar rumah di pagi hari, hingga pulang di senja hari, hujan tak henti-hentinya mengguyur bumi. Alhamdullillah... Betapa hujan harus senantiasa disyukuri karena bunda seringkali terkenang saat-saat kemarau di kampung dulu. Mengambil seember dua ember air di mata air yang masih mengalirkan air. Karena sumur di rumah sudah nyaris kering. Hujan ini juga mengingatkan bunda pada sepatu yang hanya satu. Dari kain dan basah kuyup. Sepertinya harus minta restu baba tuk membeli sepasang lagi. Hehe... Tapi sebelum bunda lapor baba sudah tahu dan sepertinya tanpa diminta ijin akan diberikan. *** Bubu sebelas bulan... Mulai kelihatan seperti anak-anak dan bukan bayi. Kadang-kadang bunda dan baba memanggilnya gadis. Hehe... si gadis sudah tidur? lihat si gadis lucu sekali, gadis demam, dsb. Lego-lego yang dirakit bunda sudah bisa dia uraikan satu persatu. Artinya, tangan bubu sudah mulai kuat. Dia juga sudah mulai panda

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Koen

Koen berarti taman dalam bahasa Jepang. Di sini, di bumi sakura, koen bisa ditemukan di banyak tempat. Dari mulai yang kecil hingga luaaaaaaaaaaas sekali. Yang ukuran mini, di dekat rumah saya, hanya berukuran sekitar 20 meter persegi. Lengkap dengan ayunan, prosotan, dll. Anak-anak senang sekali bermain disana. Saya sering melihat banyak anak-anak yang datang bersama ibu atau ayah mereka. Kadang kakek-kakek, ataupun nenek-nenek, duduk bersantai disana. Sudah hampir tiga bulan ini pergi ke taman menjadi rutinitas saya. Mengantar anak-anak. Anak-anak? Bukannya baru satu? Hehe... iyah sih, mengantar anak-anak orang. Anak-anak TK Islam Otsuka, tempat saya mengajar. Mereka tak pernah bosan pergi ke taman setiap hari. Bersemangat tuk pergi, dan agak susah tuk pulang. Kalau diberitahu bahwa setelah sholat dhuhur dan makan ada kegiatan menarik yang lain, baru mereka ikut pulang. Apa saja yang dilakukan di taman? Bermain (tentu!), memberi makan merpati, memungut biji-bijian, mengamati pohon, d

Koen

Koen berarti taman dalam bahasa Jepang. Di sini, di bumi sakura, koen bisa ditemukan di banyak tempat. Dari mulai yang kecil hingga luaaaaaaaaaaas sekali. Yang ukuran mini, di dekat rumah saya, hanya berukuran sekitar 30 meter persegi. Lengkap dengan ayunan, prosotan, dll. Anak-anak senang sekali bermain disana. Saya sering sekali melihat banyak anak-anak yang datang bersama ibu atau ayah mereka. Kadang kakek-kakek, ataupun nenek-nenek, duduk bersantai disana. Sudah hampir tiga bulan ini pergi ke taman menjadi rutinitas saya. Mengantar anak-anak. Anak-anak? Bukannya baru satu? Hehe... iyah sih, mengantar anak-anak orang. Anak-anak TK Islam Otsuka, tempat saya mengajar. Mereka tak pernah bosan pergi ke taman setiap hari. Bersemangat tuk pergi, dan agak susah tuk pulang. Kalau diberitahu bahwa setelah sholat dhuhur dan makan ada kegiatan menarik yang lain, baru mereka ikut pulang. Apa saja yang dilakukan di taman? Bermain (tentu!), memberi makan merpati, memungut biji-bijian, mengamati p

Sepetir inpo

Bubu akhir-akhir ini.. Ia lagi senang-senangnya latihan berdiri. Bangun tidur latihan, siang-siang latihan, sampai mau tidur. MasyaAllah... Tak peduli kalau dua mahluk dewasa masih/sudah mengantuk, ia tancap terus... Kecepatan merangkaknya juga sudah mulai tinggi. Kalau bunda sedang membuat prakarya (baik itu terkait majalah ataupun membuat mainan sendiri), maka mata awasnya akan medorongnya tuk maju merebut gunting atau selotip yang ada pemotongnya. Dan Gool... Alhamdulillah bunda masih menang cepat. Wal hasil bunda kalau buat sesuatu peralatannya harus langsung disimpan di atas rak ataupun oshire yang terbuka. Ohya, dengan empat buah senjata baru, beberapa tempat sudah menjadi sasaran uji coba kekuatan gigi. Bahu, lengan, jari, kaki, dll. Dan meski berkali-kali diberitahu, Bubu sang eksplorer masih saja diam-diam tes rasa tuk kertas, plastik, tisu, butiran-bitiran-entah apa. Tapi bunda masih bisa jeli dengan gaya kunyah dan wajah polos-aku-memakan-sesuatu gadis mungilnya itu, sehingg

Puzzle 35 (...)

Saat penat, saat perempuan itu merasa khawatir, saat beban terasa bertumpuk-tumpuk di kepala, keningnya yang berkerut-kerut di depan layar komputer. Lelaki itu duduk memangku putri kecil mereka, bermain. Bercerita pada si mungil, kalau bunda mereka sedang sibuk. Sesekali lelaki itu menyentuh bahunya. Menepuk-nepuknya perlahan... Entah sugesti, entar mimpi, tapi sentuhan itu mengalirkan kenyamanan yang menelusp tulang sampai ke hati dan pikiran, menyingkapkan kabut pada akal dan jiwanya. Terima kasih cinta...

Sepuluh bulan cinta

Subhanallah... Cinta kecil kami sudah sepuluh bulan. Dengan tubuh mungil 6529 gram - 66 cm dia sudah terlihat mobile. Merangkak kesana kemari, meraih apa saja yang bisa dijangkau dengan tangan mungilnya. Bayi sibuk. Sepertinya banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukannya. Dulu ia sibuk menjilat apasaja, sekarang ditambah dengan mengunyah apasaja, membuka apasaja, memegang apasaja, ... Kabel, kancing, kertas, dan tisue adalah favoritnya. Laci meja pun sudah berhasil dibukanya... Bubu marah jika dilarang. Kadang marah dengan gaya menjedukkan kepala. Kuncinya mengalihkan perhatian dan mencari pengganti yang sepadan. Entah kenapa dia sudah lupa kata mama atau nenen. Kata ade lebih sering keluar tuk memanggil bunda ataupun mimi. Mungkin karena mendengar baba yang selalu memanggil bunda dengan panggilan ade. Bubu juga mulai menjadi echo. Kala bunda/baba berkata sesuatu ia akan mengulangnya. Bahkan bunda batuk pun ia akan ikut meniru: uhuk uhuk. Hehe... Dipakaikan popok sudah mulai protes

Cinta

Cinta dalam keluarga, antara suami-istri, ortu-anak, mertua-menantu, kakak-adik, sampai keluarga besar... Berbeda, bersama, bahagia, bagaimana bisa? Temukan sebagian jawabnya di SILATURAHIM WARGA MUSLIM JEPANG Sabtu, 2 Desember 2006 Sekolah Republik Indonesia di Tokyo/Balai Indonesia Ada Pak Adi, Kak Yetti, Arifin sensei. Mereka berbicara dipandu Pak Ubed. Dimeriahkan kesenian dan bazaar. Info lengkap dan pendaftaran ada di http://fahima.org/silaturahim Gratis makan siang tuk 150 pendaftar pertama loh

Ke dokter gigi

Awalnya baba yang ribut ingin diperiksa gigi. Setelah dua kali mengantar baba, bunda pun tergoda untuk ikut diperiksa, meski tak punya keluhan. Hal yang membuat bunda tergoda, selain baba jadi tambah cakep, ehem...tambah sangat rajin sikat gigi, bunda bertemu seorang ibu yang membawa balita seusia bubu. Bayi itu dibawa masuk saat ia diperiksa. Ternyata klinik gigi ini ramah ibu dengan balita. Pada pertemuan pertama, dokter menemukan beberapa bolong kecil di gigi bunda. Selain tentu saja karang gigi yang sudah dua tahun lebih tidak tersentuh dokter gigi. Langkah pertama adalah pembersihan gigi, lalu pengobatan baik itu gigi berlubang dll. Saat jam tidur bubu, semuanya lancar. Keretanya dibawa masuk ke atas oleh seorang suster (klinik itu di lantai 2). Bubu tertidur dijaga resepsionis sementara bunda di ruang periksa. Di hari tuk pertemuan berikutnya bubu demam. Dia muntah sampai empat kali pagi ini. Namun setelah diperiksa ke dokter anak, beliau bilang flu biasa, tetap pantau suhu dan m

Positif selalu

Hari Rabu, 1 November 2006 yang lalu, saya berjumpa seseorang yang istimewa. Ketua MPR-RI yang diam-diam saya kagumi: DR. Hidayat Nurwahid. Meski baru tahu siangnya-kalau beliau ada di Tokyo, dan petang itu ada pertemuan di Wisma KBRI, alhamdulillah ada rejeki tuk berjumpa. Bersama Bubu di pangkuan, saya menjadi satu-satunya hadirin yang membawa bayi. Selain saya, ada satu ibu lagi yang membawa putra bungsunya. Acara formal yang konon membuat kejang perut sang ibu, karena khawatir putranya yang lincah itu berbuat sesuatu yang membuat tuan rumah tak berkenan. Ada beberapa hal yang saya catat dalam benak. Pertama adalah tentang energi positif yang di bawa Ust. Dayat. Untuk selalu berpikir positif, dan berusaha membangun diri dan bangsa. Tidak putus asa, meski banyak kondisi negara sangat terpuruk. Toh kita bisa belajar pada banyak negara yang awalnya jauh lebih terpuruk, dengan kondisi yang jauh lebih buruk, dan tantangan yang jauh lebih besar. Tapi mereka bisa bangkit dan maju. Selain i

Salapan Sasih

Neng kecil kami, hari ini sembilan bulan. Rasanya kemajuannya cukup banyak. MasyaAllah, makin lucu dan menggemaskan. Sudah mulai maju, dan mendekati arah bahaya: tepian tempat tidur yang tingginya sekitar lutut bunda. Meski lucu dan bunda senang sekali bermain bersamanya, tetap saja ada masa-masa tegang kala Bubu tak bisa ditinggal karena ingin ikut bunda memasak, misalnya. Kalau masih urusan rebus-rebus sih masih "tak masalah". Tapi kalau episode menggoreng? Minyaknya itu loh... Terpaksa gorengan ditunda sampai Bubu bisa duduk manis di kursi makannya atau bermain di lantai. Dua hari ini, setelah lebaran, Baba libur. Jadi bisa menikmati jam-jam lebih banyak bersama Bubu. Terlihat sekali ia nyaris tak bisa diam. Kata Baba sih lejoh-lejoh. Energinya tak habis-habis. Bahkan saat mengantuk yang biasanya hanya ditunjukkan dengan tangisan mengantuk, kini ditambah guling sana guling sini, putar sana putar sini, sampai akhirnya benar-benar lelah. Bubu juga sudah bisa memanjat Bunda.

Raya

Selamat Idul Fitri 1427H Taqaballahu minna wa minkun kullu aamin wa antum bi khair Mohon maaf lahir batin Baba, Bunda, Bubu* ================== *) Jailani Abdul Salam Saso Rieska Oktavia Amaturrahaman Annabila

Delapan bulan dan setelahnya

Dua puluh enam september lalu, bunda ingat untuk menulis laporan disini. Tapi situasi saat itu tidak memungkinkan. Agak susah untuk berlama-lama depan komputer. Bubu sakit panas selama beberapa hari dalam sepekan, pengepakan dan pengiriman barang ke Indonesia, pengambilan barang dari rumah teman, dll. Alhamdulillah rumah jadi seperti gudang, menunggu barang diambil para empunya barang. Sekarang sih kondisi rumah sudah membaik. *uhm...jadi malu, kenapa bunda cari-cari banyak alasan?* Bulan ini Bubu ikut camp pertama kali, yaitu tanggal 17-18 September di Yamanashi-ken. Biarpun disebut camp, tidurnya di Bungalow-bukan tenda. Tapi kadang sampai jam 12 malam masih di luar karena bunda masih harus ikut rapat evaluasi harian plus perencanaan tuk esok harinya. Hari kedua dan ketiga diwarnai hujan. Untungnya Bubu manis sekali, ia tidak rewel. Di malam terakhir dia sering bilang Ba ba...Ba ba... diantara aneka ocehannya. Bunda berpikir mungkin ia kangen babanya. Sepertinya hal ini benar, karena

Tanggal satu

Hari ini tanggal satu Ramadhan. Mohon maaf lahir batin untuk semuanya. Jazaakillah khair mba Wahyu di kotak teriak yang sudah mengingatkan saya. Iya, salah belum memohon maaf disini. Meski bukan sunnah, apalagi wajib, tapi mumpung ada kesempatan saya mohon maaf atas semua khilaf dan salah... Selamat menunaikan ibadah shaum di bulan ramadhan ini. Semoga dikuatkan untuk mengoptimalkannya dengan penambahan iman, ilmu dan amal, dan semoga diterima amal-amal kita. *** Hari ini tanggal satu Ramadhan. Ramadhan keempat di negeri Sakura. Ada lapar yang lebih melilit, sementara bayi mungil yang sedang agak demam itu masih terus ingin menyusu dari bundanya. Susu tambahan, makanan sudah diberikan sebagai pengganti, tapi barangkali memang tak ada yang bisa menggantikan asinya bunda. Apalagi saat kurang enak badan seperti itu. Diam-diam, masih tetap bermimpi bahwa target-target bulan ini bisa sedikit lebih banyak dicapai dibanding waktu-waktu yang lalu. Ramadhan ketiga, adalah ramadhan dengan perut

Usulan Kakek Nashih Ulwan [1]

Kesan paling kuat camp otsuka lalu buat saya, adalah tentang kebakaran di rumah kita. Uhm, bukan kebakaran sebenarnya, tapi upaya menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka, yang pengamanannya berinti pada pendidikan anak. Saya jadi membuka-buka buku tebal tentang Pendidikan Anak dalam Islam yang ditulis Abdullah Nashih Ulwan setelah sebelumnya scanning buku Pendidikan Anaknya Irwan Prayitno (jazaakillah khair mba Nesia...buku bagus, subhanallah). Setelah itu jadi terpikir untuk menjadikan rumah multiply ini kumpulan koleksi catatan bacaan saya terkait anak-anak. Uhm...mengganti fungsi rumah satunya "Lintasan Bunda" .  Untuk berbagi dan pengingat, apalagi buat ibu pemula yang masih terbata-bata mengurus anak.Yah, semoga saja bisa istiqomah. Back to basic, inilah tulisan pertama. Salah satu ulama penulis idola bunda ini mencatatkan 10 usulan edukatif dalam pendidikan anak. Satu-satu akan diceritakan dalam tulisan berseri ini, insyaAllah. Usulan Kakek Nashih Ulwan [1. Memb

Kebakaran di rumah kita* [2]

Menyelamatkan diri dan keluarga dari api yang super dahsyat itu adalah dengan membangun akhlak islam pada diri dengan keluarga kita. Warisan terbaik bagi anak-anak kita bukan hanya harta berlimpah, tapi akhlak mulia. Itulah sebaik-baiknya warisan. Bercermin kepada Nabi Allah Yakub alaihissalam, saat beliau bertanya pada putra-putranya: "Wahai anakku, sepeninggalku nanti siapakah yang akan kalian sembah?" Siapa yang tak kenal Yakub a.s.? Ia adalah seorang nabi. Ayahnya, Ishaq a.s juga seorang nabi. Kakeknya, Ibrahim a.s. juga seorang nabi. Putranya, Yusuf a.s juga seorang nabi. Mereka keluarga nabi. Tapi rasa khawatir, penyiapan sangat beliau perhatikan, terutama terkait akidah putra-putranya. Bisa dilirik juga tatkala Luqman menasihati anaknya, yang diabadikan pula dalam alQuran.

Kebakaran di rumah kita...*

Suatu hari anda berjalan pulang. Di perjalanan, anda melihat ada asap, keramaian, dan api yang membubung ke langit. Manusia berkerumun, panik. Anda terus berjalan sambil berpikir: sepertinya ada kebakaran. Mereka-reka di daerah mana, apa sebabnya, dsb. Tanpa sedikitpun berpikir bahwa kebakaran itu terjadi di rumah anda sendiri. Semakin mendekat ke rumah, semakin jantung berdebar, karena sepertinya asap itu berasal dari rumah anda. Dan ternyata benar, rumah anda sedang terbakar. Seketika anda mencari istri/suami dan juga anak-anak. Oh, di garis kuning polisi, tampak mereka sedang menangis. Anda segera menghampiri mereka dan berpelukan. Tapi, dimana si Tengah? Anda bertanya-tanya, mencari-cari. Lalu diantara percikan api, anda melihat si Tengah terkurung di dalam rumah. Menangis ketakutan, menjerit, meminta tolong. Tanpa berpikir panjang, anda ingin berlari. Menerobos masuk ke dalam rumah, menyelamatkannya. Apa saja, termasuk nyawa, berani anda korbankan untuk keselamatannya. Agar ia ter

Melewati persimpangan

Hampir tak dapat dipercaya, satu tahap sekolah saya selesai. Konfirmasi kehadiran untuk acara kelulusan saya terima kamis lalu. Ada haru menyelusup hati, beserta rasa sedih akan meninggalkan lab tercinta. Saya bukan pelajar yang baik. Apalagi periset yang baik. Lebih banyak keajaiban yang membuat saya bisa sampai pada hari ini. Korbannya juga banyak. Ralat: ini didukung oleh pengorbanan banyak orang. Orang-orang tercinta. Beserta doa-doa yang dilantunkan diam-diam dan terang-terangan untuk saya. Terutama mengusir malas dan enggan yang kerap mengotori jiwa. Tiba juga masa di persimpangan. Lanjut-tidak-lanjut-tidak-lanjut-tidak... Mumpung disini. Tapi anak saya masih bayi. Kan bisa dititip. Tapi saya ibunya. Mestinya saya yang menjaganya-meski saya belum menjadi ibu yang cekatan, apalagi teladan. Penitipan akan menjamin pendidikannya. Mereka sudah terlatih. Saya juga sudah membuktikannya sendiri. Tapi tetap ada ruang kosong disana. Keyakinan yang fundamental sebagai seorang muslim. Bukan

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Awal penjelajahan

Kemarin, jelang pukul lima sore bunda sudah tiba di sekolah bubu. Telinga bunda samar-samar menangkap suara tangisan yang sangat dikenalnya, diantara aneka tangisan dan jeritan bayi/anak-anak di ruangan itu. Mata bunda berusaha mencari dimana bubu. Melihat ke beberapa area ruang besar yang dibagi menjadi 6 bagian itu. Para sensei bubu tersenyum dan menunjukkan ke arah bawah. Hati bunda bergetar. Ada apa di bawah? Apakah ada bubu? Bunda segera melewati palang setinggi lutut, lalu melongok ke kolong, salah satu tempat bermain anak-anak. Masya Allah...ada bubu disana. Ternyata ia merangkak sendiri hingga masuk ke dalam kolong. Mata bunda berkaca, menahan haru. Sayang bunda tak membawa kamera. Bunda memanggil putri kecilnya, ia menoleh. Pipinya basah. Mungkin karena kepentok papan. Bubu diminta merangkak menghampiri bunda tapi ia sudah tak mau. Mungkin terlalu kalut. Akhirnya seorang sensei masuk ke dalam kolong, lalu membantu bubu keluar. Bunda langsung memeluk bubu, berusaha menenangkann

Nujuh bulan

Bunda seringkali merasa takjub melihat neng shogiroh itu duduk dengan muka serius memandangai layar TV atau komputer. Sesekali ia tersenyum sambil berkomentar. Terutama bila adegan favoritnya muncul: tokoh bubu. Iya, dia suka melihat dirinya di layar kaca. Bubu suka sekali melihat CD Kartun Anak Muslim Syaamil. Ada lagu-lagu anak muslim berbahasa Indonesia dan Inggris dengan latar cerita kartun keluarga Syaamil dan Nadia. Misalnya saja lagu bismillah, alhamdulillah, dll. Sejak usia satu bulan dia suka menontonnya. Tentu saja caranya menonton pun terlihat berkembang dari waktu ke waktu. Bunda menunggu-nunggu saat ia akan menyanyikan lagu-lagu itu. Ah, semoga dia nanti akan selalu ingat untuk membaca bismillah saat memulai sesuatu dan bersyukur atas setiap karuniaNya. Kalau dulu bubu menonton sambil berbaring, sekarang ia bisa menonton sambil duduk manis. Frekuensi olengnya sudah jauh berkurang. Di sekolah ia mulai duduk dengan bebas di lantai setelah sebelumnya hanya terlentang atau dud

Bersamanya

Kalau kita rindu kepadanya-manusia terbaik sepanjang jaman- dan ingin bersamanya di akhir hidup kita yang panjaaaaaaaaaaaaaaang, nasihatnya pada Rabiah ini bisa dijadikan salah satu resep. Dari Rabi'ah bin Ka'b al-Aslami, pelayan Rasulullah saw, berkata, "Aku pernah menginap bersama Rasulullah saw, kemudian aku membawakan air wudu untuk beliau serta kebutuhannya yang lain. Beliau bersabda, 'Mintalah kepadaku', maka aku katakan kepada beliau, 'Aku minta agar bisa bersamamu di Surga', beliau bersabda, 'Ataukah permintaan yang lain?' Aku katakan, 'Itu saja'. Beliau bersabda, 'Kalau begitu, bantulah aku atas dirimu dengan banyak bersujud (Shalat)' ." (HR Muslim). *memaknai lagi sholat-sholat sunnah...*

Kembali (nge-blog)

Ada yang mengingatkan saya tentang blog ini. Alhamdulillah. Walaupun menulis itu lebih banyak sebagai terapi pribadi, mengetahui bahwa ada kemanfaatannya untuk lebih banyak orang tentu saja sangat menyenangkan dan menyemangati. Meski efek sampinya adalah jadi kepikiran harus lebih berhati-hati dalam menulis. Uhm...kenapa ketika sadar banyak mata memandang, kita jadi berpikir tuk berhati-hati? Padahal, dilihat orang atau tidak, dibaca sendiri atau orang banyak, hisab akan tetap berjalan pada setiap huruf, setiap kata yang digoreskan. Bila baik, maka catatan kebaikan akan menjadi lebih berat. Bila buruk, sebaliknya yang terjadi. Mungkin karena saat membaca suatu tulisan akan hadir banyak interpretasi, kesalahan persepsi sebaiknya diminimalkan. Manfaatnya justru harus dimaksimalkan, menyulut serta menyalurkan energi positif bagi pembacanya. Ya, seperti yang saya dapatkan saat menelusuri catatan-catatan banyak rekan, menyerap energi kebaikan, lalu berharap bisa memantulkannya kembali. Semo

Erm...

Tak terbayangkan sebelumnya, menulis akhir thesis-menyiapkan presentasi, diantara rumah sakit-klinik-dan apotek. Tapi berkali-kali ini diri ini diingatkan untuk senantiasa bersyukur. Bersyukur karena meski uang di saku tak ada pun, masih bisa ke dokter, masih bisa mendapatkan obat. Karena bayi/anak-anak gratis berobat disini. Membayangkan anak-anak di tempat bencana, di tempat perang... Masih bersyukur, karena banyak hiburan-hiburan sederhana yang menentramkan hati. Dikelilingi banyak saudara, yang mengangkat tangan diam-diam atau terang-terangan untuk saudaranya ini. Semoga saja, himpitan kesulitan, beserta kemudahan yang menyertainya menjadi jalan menujuNya.

Setengah tahun

Barakallah bubu, barakallah Amaturrahman Annabila Makasih yaa, atas sentuhan sayang dan pandangan mata yang menyejukkan hati, kelucuan-kelucuan yang menjadi hiburan yang tiada habis-habisnya. Bubu sudah bisa duduk sendiri meski baru dalam beberapa detik saja, sebelum terjungkal. Sudah ada beberapa variasi dalam ocehan, bahkan saat menangis pun ada mantra-mantra yang diucapkan bubu. Sudah bisa manyun. Hehe, kayak siapa? Kalau menurut baba yaaa... kayak bunda. Mestinya bubu latihan makan, tapi akhirnya latihan minum obat, karena bubu batuk-batuk, muntah-muntah, dan diare. Awalnya susah sekali, tapi lama-lama pintar juga menelan dan minum dengan sendok. Bubu juga sempat diinfus dua kali. Satu kalinya 4 jam. Yaa..butuh waktu empat jam untuk bayi menghabiskan 200mL cairan infus. Saat diinfus, sempat ditinggal bunda di rumah sakit, karena bunda harus menyerehkan thesisnya paling lambat hari itu. Bubu menangis selama lebih dari dua jam. Dan suara bubu yang nyaring pun menghilang. Untunglah pe

Edisi tegang

Senang rasanya menulis disamping bubu yang tertidur lelap. Beberapa hari terakhir ini sulit sekali menemukan ketenangan itu. Yah, sesuatu yang pernah hilang akan sangat dicari, lalu disyukuri setelah kembali lagi. Bunda juga ingin menulis pengalaman beberapa hari terakhir, untuk senantiasa disyukuri, karena bisa dilewati, dan diambil hikmahnya. Selasa lalu, hujan turun rintik-rintik saat bunda menjemput bubu. Hari itu bubu dijemput bunda lebih telat karena bunda memerlukan perpanjangan waktu belajar di sekolah. Kamis ini tesis bunda harus sudah disetorkan. Bunda tahu perpanjangan waktu itu, meski kurang dari dua jam, tak disukai bubu. Bila hari-hari biasa bubu tampak ceria saat dijemput bunda, maka perpanjangan waktu minimal akan menyisakan sebuah garis-garis air mata di pipi bubu. Seringnya tentu saja menangis. Kasihan sekali... Betul saja, kali itu pun begitu. Bubu segera mimi lalu kami pulang. Tapi bubu menangis saat disimpan di keretanya. Menolak keras. Duh, padahal sedang hujan. P

Kawan-kawan bubu

Beberapa kawan bubu di rumah adalah: - Ms bee, lebah pintar - Jiraf, jerapah ramah - Syaamil, snoopy periang - Najma chan, bintang kecil penyabar Sebenarnya masih ada Lulu, Gaga, Hanhan, Kura, dll. Tapi untuk sementara mereka disimpan dulu. Bukannya pilih kasih, tapi sampai saat ini kawan-kawan yang bisa berbunyi lebih cocok untuk bubu dan bubu pun sangat menyukainya. Rukun-rukun semua yaa... Sabar dan maaf kalau bubu suka sekali menjilati atau meggigiti kalian semua

Momo yube

Semalam sekolah bubu mengadakan natsu matsuri (perayaan musim panas?). Selain untuk seluruh murid dan orang tua, perayaan ini juga dibuka untuk umum. Di sana diadakan aneka permainan dan juga dijual aneka makanan dan minuman. Ada ruangan kelas yang ditata seperti cafe dengan meja dan kursi anak. Onigiri, ocha, jus, yaki soba, dll. adalah makanan-makanan yang mereka sediakan di cafe dadakan itu. Memang halaman sekolahnya tak begitu luas sehingga selain di halaman, hampir setiap ruanganpun digunakan untuk acara. Permainan apa saja yang ada disana? Ada yoyo, wanegi, sakanatsuri, dll. Yoyo ini mirip dengan yoyo di Indonesia. Tapi alatnya menggunakan balon kecil warna-warni yang diisi sedikit air, dengan tali dari karet gelang. Sehingga bila diayun akan memantul elastis. Wanegi adalah sejenis permainan lempar gelang. Targetnya disini mainan anak-anak. Sedangkan sakanatsuri adalah kegiatan memancing ikan kertas. Dua pekan sebelumnya sudah dijual tiket untuk makanan dan minuman. Bunda memilih

Asemo

Asemo adalah nama baru penyakit yang sedang mengunjungi bubu. Dokter bilang sih tak perlu khawatir, karena ini khas anak-anak di musim panas. Katanya, asal disejukkan (dengan pengaturan udara, dilap-lap, mandi, dll) akan berkurang dengan sendirinya. Kalau parah sekali dan gatal, bisa diberi lotion. Bunda pikir terjemahan bebas asemo ini adalah keringat buntet. Ase=keringat mo=buntet(?) hehe. Tak ingat kanjinya "mo". Tapi mirip dengan gejala sakit waktu bunda kecil dulu. Kening bunda sering diolesi caladine supaya adem. Saatpergi ke sini pun tiga tahun lalu bunda bawa itu. Yang lucu adalah saat bubu diberi lotion yang mirip dengan caladine di indonesia. Tangannya tak bisa diam. Apalagi ada bakat alam menjilat dan mengemut apasaja. Sekarang malah ia sudah mulai menginisiasi daerah kaki. Heboh deh jadinya bunda. *** sakit pertama : diare sakit kedua : demam sakit ketiga : keringat buntet *** si bunbun ini apaaja ditulis disini. berhubung time limited, yang penting tercatat d

Kabar hari ini

Beberapa hari ini aku terjangkit penyakit yang dibawa lalat tsetse: ngantuk berat. Padahal puluhan halaman harus diperiksa dan dikoreksi berulang-ulang (itu kali yaa yang membuat ngantuk). Kalau ngeblog sih (mungkin) ga akan ngantuk :P Akhirnya kutaruh kepala di meja, selama bermenit menit, melayang ke pulau impian. Lalu setengah tersadar dan melihat icon adzan di komputer berkerlip-kerlip. Naik ke atas, mengambil wudhu kemudian sholat. Uhm...udara panas tanpa AC di lantai 8.5 membuat kepala dan tulang-tulang berdenyut-denyut. Lemas sekali. Ditambah kangen bubu, kangen kaka...duh duh... Dan datanglah e-mail yang ditunggu-tunggu itu. Assalamu alaikum sayang alhamdulillah sidangnya lancar, nilainya pun dapat yang paling tinggi, alhamdulillah berkat doa ade sayang. Hr ini kk ngurus ijazah sementara, sore ke rabat insya Allah ... Alhamdulillah, legaaa sekali. Satu perjuangan tuntas untuk sementara. Tinggal satu lagi: dua pekan ini giliranku. Minna san, mohon bantu doanya, ya. Ya Allah, kar

Ditinggal baba

Baba pergi ke Maroko sekitar delapan hari untuk sidang S2nya. Baba berpesan kepada bubu untuk bisa bekerja sama dengan bunda. Tidak rewel saja sudah sangat membantu bunda. Bubu sepertinya mengerti. Tapi dia terlihat merindukan baba. Buktinya setiap malam tanpa baba ia menjadi susah tertidur dan berkali-kali terbangun, minta mimi. Untung hanya minta mimi, bukan rewel yang tidak jelas sehingga bunda bisa tetap tenang dan tidak sedih hanya berdua di rumah. Mungkin bubu kangen, tapi ingat pesan baba untuk tidak menyusahkan bunda dan tolong menolong dengan bunda. Gampang terbangun, tapi tak rewel, boleh ya baba? Boleh ya bunda? Saat bunda chatting dengan baba, bubu mengoceh aaaai uuua. Bubu dipangku di depan komputer, mic pun dipasang di depan bubu. Tapi ia malah menatap mic itu, lalu mengambil dan ingin mengemutnya (mulutnya monyong-monyong dengan lucu). Owh bubu, jangan cinta. Akhirnya bubu dibaringkan kembali dan diam-diam mic itu disimpan di dekat kepalanya. Bunda kembali chatting denga

Hari ini bukan Sabtu

Hari ini bukan Sabtu. Tapi saya dan bayi mungil dalam gendongan bergegas menuju masjid mungil di sudut kota Tokyo. Awalnya sempat ragu, karena pagi-pagi Amaturrahman terlihat agak pilek. Badan saya juga sedikit tak enak. Perut, terutama. Tapi setelah tidur sebentar pasca menggulung bentangan jarak dengan suami yang sedang berada di negeri maghribi sana, saya merasa lebih segar. Lalu meyakinkan diri untuk segera berangkat seusai menunaikan sholat dhuhur. Hari ini bukan Sabtu. Dan saya memang tidak ada jadwal mengajar masjid itu. Saya sedang ingin belajar, mendengarkan kalimat-kalimat bijak tentang dakwah. Ya, ada training dakwah disana, dalam dua bahasa: Jepang dan Arab. Pesertanya adalah muslim/ah tiga bangsa: Indonesia, Jepang, dan Pakistan. Hari ini bukan Sabtu. Tapi saya tetap terharu. Iya, seperti biasa, saat memandangi saudari-saudari itu. Perlahan-lahan, benih-benih itu sudah mulai tumbuh. Bertahun-tahun mereka belajar dan belajar, memahami dien yang baru mereka kenal, memahami k

Mengawamkan diri

Seseorang dari masa lalu, menemukan saya di friendster. Dia, adik kelas masa smu, yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Apalagi berbincang dalam dan akrab. Meski saya bersyukur, sekali-kali, saat waktu kuliah di bandung, saya menemukannya dalam forum-forum yang relatif baik semisal kajian, itikaf ramadhan, sampai aksi untuk palestina di jalanan. Setidaknya saya tahu...ia-dan adik-adik yang lain-masih 'baik-baik' saja. Satu hal yang seringkali menjeduk hati saat berinteraksi (lagi) dengan mereka-setelah terputus sekian lama-adalah betapa sering mereka ungkapkan apa yang pernah saya sampaikan dan bagaimana pengaruhnya bagi kehidupan mereka. Sementara terkadang (bahkan seringnya) saya lupa tentang itu, baik itu lupa di kepala, maupun lupa karena sedang lalai mengamalkannya. Misalnya saja, ungkapan "saya masih ingat bagaimana saat teteh menyemangati kami tentang qiyamu lail..." saya terima di saat saya jatuh bangun untuk merutinkannya kembali. Terkadang saya meminta, t

5.2 (bulan)

Baru sepekan bubu meninggalkan angka kelima bulannya, ada lagi kemampuan baru yang dikuasainya. Berbeda dari bulan sebelumnya, saat kemampuan baru lebih dinilai sebagai peningkatan kualitatif (deuh, bahasanya...), bulan ini adalah seperti dua bulan sebelumnya yaitu pencapaian kemampuan yang beragam (kuantitatif). Duh si bunda teh kenapa ya, bahasanya pabaliut sekali? Intinya, dua bulan lalu, macem-macem, bulan kemaren ga banyak macam tapi makin pinter, bulan ini agak macem-macem lagi. Waduh...masih ga jelas gini. Sudahlah, kapan-kapan diedit sajalah, bun. Haik, begini maksudnya. Dalam sepekan ini bubu terlihat makin membuat bunda dan baba semakin cinta dan sayang. Duh duh setiap hari jatuh cinta, dan tiap jatuh makin dalam dan dalam. Ini pengecualian larangan jatuh di lubang yang sama. Karena jatuh yang ini memang sangat enak dan susah dikendalikan. Lihat saja gaya bubu tidur yang terkadang tidak seperti bayi. Bayi umumnya tidur bergaya takbir alias kedua tangan ke atas. Tapi akhir-akh

Bungkusan doa

Oase iman di Eramuslim, seringkali menghangatkan hati saya. Dan khusus untuk yang hari ini, saya ingin mengenangnya disini. Rasanya sangat pas dengan suasana hati. Doa dan Bungkusan yang Ruwet Oleh Bahtiar HS Malam Jum’at di Masjid Rungkut Jaya. Suatu kali. Beberapa ayat telah dikupas dari berbagai tafsir: Jalalain, Al-Mishbah, Al-Azhar, Adz-Dzikra, Fii Dzilalil Qur’an, dan beberapa tafsir berbahasa Jawa dan Inggris. “Saya pernah berdoa yang tak biasa, Pak,” kata Bu Kus membuka sesi pertanyaan. “Apa itu, Bu Kus?” tanya Pak Suherman Rosyidi, Sang Ustadz. “Suatu kali saya berdoa: Ya Allah, jadikan saya isteri yang selalu terlihat cantik di mata suami.” “Doa yang bagus, dong,” sergah Pak Ustadz, “lalu apa yang terjadi?” “Ya, memang bagus, Pak Herman. Tetapi, esok harinya wajah saya mulai ditumbuhi jerawat yang saya tidak tahu darimana datangnya. Banyak. Beberapa hari kemudian malah memenuhi seluruh wajah. Saya jadi kebingungan. Akhirnya mau tidak mau saya harus menjalani perawatan kecanti

Go go go (gokagetsu)

Lima bulan, Amaturrahman hari ini. Kepalanya terkulai di lengan bunda. Setelah dua hari mereda panasnya, dua hari keluar dan pulang malam, hari ini bubu tumbang lagi. Semalam memang cukup parah, kami sampai rumah sekitar pukul 11 malam. Ada kecelakaan, tabrakan kereta dan mobil yang membuat kami berdua harus menunggu di salah stasiun. Untung dia sabar sekali, tidak rewel. Iya, bubu memang istimewa. Dia cukup manis dalam perjalanan. Bahkan saat bosan menunggu pun, cukup mudah mengalihkan perhatian. Ohya, jadi lupa, terjadi apasajakah satu bulan ini? Bubu sekolah, di "Kodomo no ie momo hoikuen" yang disingkat momo hoikuen (momo=peach). Jadi murid terimut di momo gumi atau kelas peach. Kalau teman-temannya sudah berjalan-jalan, duduk-duduk, atau merangkak, bubu masih berbaring menjadi pengamat. Matanya yang besar menatap kawan-kawannya, sambil sesekali tersenyum dan ramai menggerakkan kaki dan tangannya. Ada teman dekatnya yang beda satu bulan, dan kadang mereka main berdua berb

Puzzle 34 (Sayang semangka)

Apakah semua istri selalu mengaitkan hal-hal kecil dengan bukti rasa cinta/sayang suaminya? Suatu hari, perempuan itu duduk di lantai, membungkusi satu-satu majalah-majalah pesanan langganannya. Sudah dua tahun lebih dia menjadi distributor majalah di negeri sakura ini. Lelaki itu lalu muncul di depannya, membungkuk, mengangsurkan potongan semangka. Perempuan itu meraihnya, tapi tak jadi. "Kegedean" ujarnya. Lelaki itu memotong kembali semangka itu menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Bonusnya, potongan itu disuapkannya ke mulut perempuan itu. Dan ia memandang dengan haru. *** Bukan sekali dua kali keharuan itu tercipta. Ada kalanya lelaki itu mengambil ikan goreng, membersihkan durinya, sebelum meletakkan daing ikan yang sudah bersih itu di piring istrinya. Kali lain adalah memijiti kaki/tangannya yang pegal. Ah, perempuan itu jadi ingat. Pijitan itu yang membuat hatinya ditumbuhi bibit-bibit cinta, dihari awal-awal menikah. Ketika ia kembung selepas sholat malam ber

Pertama ke dokter

Uhm...sebenarnya bukan asli yang pertama juga sih ya. Usia satu bulan dan tiga-empat bulan juga ada jadwal periksa dokter, plus imunisasi BCG. Tapi kali ini memang pertama ke dokter dalam rangka sakit. Sakit pertama dong ya? Diare campur demam. Dimulai sejak kemarin pagi, BABnya (maaf) kurang bagus (cair). Tanaka sensei sudah bilang, siap-siap ditelpon kalau ada apa-apa. Lalu di buku catatan bubu tertulis sedikit minum, dan demam di sore hari, tapi masih range 37 sekian. Tobari sensei (suster disana) menulis sebaiknya bunda menycoba memberi bubu electrolyte water alias ion sui. Oralit kali ya kalau di Ina. Bunda lalu mencarinya di toko obat. Oralitnya ternyata dalam botol seperti botol aqua yang sering bunda lihat di deretan makanan/munuman bayi/balita. Bubu bisa minum oralit itu beberapa sendok saja. Gayanya menelan masih sangat lucu. Malamnya, ditidurkan seperti biasa. Tapi lepas tengah malam bubu sering terbangun dan menangis. Dipeluk, dipangku, masih juga menangis. Mimi pun tak mem

Puzzle 33 (bunder bulat) #2

Setelah satu dua hari agak cuek, perempuan itu mulai berpikir untuk membuat cemilan kecil. Tapi sebelum hal itu dieksekusi, suaminya sudah merequest kacang hijau kegemarannya, yang bisa dibeli di dekat rumah. Selanjutnya, beberapa menit di malam hari itu dihabiskannya untuk duduk manis disamping suaminya. Untung tidak semua pertandingan, apalagi begadang-begadang. Yang kebetulan saja bisa yang dilihat. Uhm, ternyata banyak sekali pengetahuan lelaki itu. Dia tahu hampir setiap profil pemain. Kemampuan, klub, sampai tinggi-berat badan. Huwaa... ia geleng-geleng kepala... Nyatanya ada binar di mata lelaki itu ketika mereka duduk bersama, mengomentari pertandingan, berdebar-debar bersama, dll. Perempuan itu menyadari sesuatu. Daripada pertandingan itu sendiri *sebagaimana lelaki itu teramat menikmatinta* ia sendiri lebih menikmati membaca tentang ulasan-ulasan dibalik pertandingan. Misalnya bagaimana pelatih Hiddinks (bener ga ya nulisnya) mengubah budaya senior-yunior di tim korsel, sehin

Puzzle 33 (Bundar bulat)

Seumur hidupnya, ada 6 kali piala dunia yang diketahui perempuan itu. Enam? Iyah, dimulai dari PD 1986 saat ia kelas satu SD (jelang naik ke kelas dua). Dia tak terlalu terpengaruh, meskipun di rumahnya ada tiga lelaki. Saat tinggal di asrama mahasiswa pun, ketika sebagian kawan-kawannya begadang dan berteriak-teriak di sekitar gol, dia lelap tertidur. Tapi ternyata tahun 2006 ini ada episode baru yang dialaminya Ada menit-menit yang dihabiskannya memandangi si bundar bulat di layar kaca. Hal yang hampir bertahun-tahun nyaris tak pernah dilakukannya. Iya, dia tahu lelaki itu sangat menyukai bola. Nyaris setiap membuka internet, dia selalu melirik situs-situs bola. Perempuan itu kadang mengomentarinya: kok suka sih (perempuan itu pikir kalau ustadz ga begitu suka bola, *selain buat olahraga* hehe..:P). Tapi virus PD? Dimulai sejak pekan-pekan lalu, menghitung hari. Ia membetulkan kabel antene TV (TV di rumah hampir tak pernah dinyalakan, jadi antenenya pun tak pernah sampai terurus semp

Tangan tangan

Baba dan bubu (1 bulan) Bunda dan bubu (5 bulan), plus najma-chan Baba, bunda, dan bubu (2 bulan)

Untuk Bubu

di gedung abu bunda tergugu, kangen bubu buku dan bubu bertukar jadi satu (apakah ada pahala bagi anak yang ditinggalkan ibunya belajar? mencari ilmu itu katanya meretas jalan ke syurga, semoga-insya Allah-ada catatan juga untuk yang memudahkan jalan ada kebaikan yang banyak untuk bubu...) semoga bubu jadi muslimah cerdas berilmu yang cinta buku menghormati para ulama dan guru *bunda sayang bubu*

Korban

Iya cinta, sejak kecil belajar berkorban. Semoga bukan berarti dikorbanin, atau dipaksa berkorban. Bunda tahu, mestinya sehari-hari, jam demi jam, bunda ada bersama bubu. Melihat kepandaian demi kepandaian, keajaiban demi keajaiban yang diperlihatkanNya melalui tubuh mungilmu. Tapi untuk waktu ini, bunda harus terlebih dulu menyelesaikan amanah yang tertunda. Berada dalam ruang yang berbeda. Berusaha khusnul khatimah untuk master bunda. Mudah-mudahan bisa berguna ilmu bunda nantinya. Bantu bunda yaa... Cinta, bukan kali ini saja. Dari dulu...bubu selalu membantu bunda Pertama kali bubu keluar rumah, tepat di usia satu bulan. Hujan deras mengiringi. Bunda harus mengisi acara-dan sebenarnya jadi panitia yang harusnya datang lebih awal. Tapi karena kasihan bubu, bunda tunggu sampai agak reda. Alhamdulillah sedikit mereda, sambil membawa payung kita bertiga pergi. Mami masih geleng-geleng kepala, mana ada bayi merah begini dibawa ujan-ujanan... Dan itu baru awalan, karena di hari-hari sela

Sekolah dini (2)

Catatan seputar hari-hari pertama sekolah bubu 24 Mei Berbekal peta, bunda dan bubu pergi. Jalannya mendaki lalu menurun Uhm... kenapa ada bukit di antara kita (rumah-hoikuen, red)? Bunda kebingungan di batas turunan, salah membaca peta rupanya. Naik kembali, sambil mendorong kereta bubu. Aha, sepertinya bangunan itu. Warna warni. Bisik hati bunda melihat bangunan sekian lantai. Tapiiii... dimana pintu masuknya ya? Masa meski gerbangnya bagus, jalannya kayak tangga di kampung. Seperti jalan tikus. Ya masuk saja dulu. Bunda mengambil bubu dari kereta, lalu memangkunya. Kereta dilipat dan dibiarkan saja disitu. Sekolah terlihat sepi. Bunda meluaskan pandangan, dan akhirnya menemukan seorang kakak yang sedang mengasuh adik bayi. Wah, calon teman bubu sepertinya... Bunda melihat pagar digembok. Dengan bahasa isyarat bunda bertanya, apakah masuknya dari situ? Kakak itu kebingungan lalu memanggil temannya. Ternyata-seperti sudah diduga-itu pintu belakang. Pintu depan ada di depan (lah iya) l

Getaran bumi, getaran cinta

Mengetahui berita tentang musibah yang terjadi di sekitar kita, selalu menyisipkan dua rasa: sedih dan haru. Sedih, membayangkan banyak korban yang kehilangan keluarga dan rumah mereka. Kedinginan, kelaparan, ... di tempat pengusian yang serba terbatas. Haru, mengetahui banyak keajaiban-keajaiban yang ditunjukkannya. UjianNya, bagi para korban ataupun yang sekedar tahu, semoga memberikan hikmah besar untuk makin beriman dan mendekatkan diri kepadaNya. Belum lagi masih saja ada yang mengambil kesempatan dan kesempitan. Mencuri diantara puing-puing...teganya... Potongan tentang penemuan yang menakjubkan dari beberapa korban tsunami waktu lalu ...Atau beberapa potongan kisah yang didapat dari Yogya... Seperti cerita seorang kawan yang ibu mertuanya yang tak lagi bisa melihat, terselamatkan oleh dari reruntuhan kamarnya karena ada ia menggunakan ranjang besi berkelambu. Ranjang yang sebelumnya menanggur itu baru saja dipakai karena akhir-akhir ini ia merasa banyak nyamuk dan membutuhkan ke

Napak tilas (49th)

ternyata benar adanya mensyukurimu lebih dalam adalah menapaktilasi langkah-langkahmu di masa lalu mengandung, melahirkan, menimang, menyusui menyayangi, membimbing ... dengan selaksa cinta yang selalu berpendar (uhm, apakah aku menggenggam cinta suci itu?) bersiap untuk kerewelan, keegoisan, bantahan, ... dengan sabar yang harus dipupuk tanpa batas sabar yang tak pernah menghabiskan cinta (ah, apakah aku memiliki sabar itu?) mamah, semakin hari saya saya semakin menyayangimu... smoga Allah menyayangi engkau karena kecintaanmu pada anak-anakmu *untuk mama yang menjadi 49 tahun hari ini... ------------------ Saya teringat diskusi2 panjang waktu mama disini menengok cucu pertamanya. Tentang segala hal, terutama masalah pengasuhan anak. Pada suatu waktu, sambil menangis, mama pernah berkata banyak hal baru tentang pola pengasuhan yang baru diketahuinya dari saya (hasil banyak bacaan dan obrolan berdasarkan teori-teori agama, psikologi, dll). Pengen dari bayi lagi dan mendidik lebih baik,

Happy Ending Story

Siapa yang tak suka cerita/dongeng/kisah/...? Lirik kiri kanan, tak ada yang ngacung. Ya, semua suka cerita (meski berbeda kadar kesukaan, jenis cerita, dll). Bubu- Amaturrahman yang baru empat bulan pun suka diceritakan apa saja. Saya juga. Khususnya cerita yang happy ending. Apalagi kalau kisah nyata berakhir bahagia...sukaaaaaaa sekali. Banyak anak-setidaknya jaman saya- yang akrab dengan cerita cinderella, atau putri salju. Hidup melewati berbagai macam cobaan, lalu datang pangeran, hidup bahagia, dan munculah kata sakti: dan akhirnya mereka hidup bahagia selamanya... Uhm, selamanya...rasanya ingin sekali seperti itu... Beranjak dewasa-ehem- muncul pikiran, bagaimana kalau cinderella tak betah di istana? Bagaimana kalau dia bertengkar dengan sang pangeran? Bagaimana kalau dia malah jadi tinggi hati setelah lama bergelimpangan dengan harta dan mendapat kedudukan tinggi? Terus di demo rakyat? Hihi... Kenyataannya, kecuali bila telah tiba pada kematian-dan kehidupan setelah itu, manus

Caturwulan

Tak terasa, 26 Mei 2006 ini Amaturrahman Annabila berusia empat bulan. Makin ramai berceloteh, berteriak dengan suara nyaring. Ia mengambil 'nada' yang berbeda-beda sebagai bentuk pernyataan lapar/haus, mengantuk, kesepian, diaper yang basah, dll. Dari sekedar gumanan ataupun lengkingan keras. Bunyinya terdengar seperti aaaa..., eeeeeuuu, ngggaaaaaaa, neeennnnngggg, ... (interpretasi bebas bunda, red). Konsentrasinya mimi ASI sering terpecah bila mendengar suara babanya ataupun komputer. Dia juga senang sekali menyimak dengan serius bila dibacakan sesuatu, entah itu cerita, al quran, ataupun doa pagi. Kakinya mulai menapak dengan kuat bila diberdirikan. Ia senang bercermin dan diayun dengan irama tertentu. Ohya, beratnya sekarang 5420 gram dengan panjang 58.5 cm.