Kesan paling kuat camp otsuka lalu buat saya, adalah tentang kebakaran di rumah kita. Uhm, bukan kebakaran sebenarnya, tapi upaya menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka, yang pengamanannya berinti pada pendidikan anak.
Saya jadi membuka-buka buku tebal tentang Pendidikan Anak dalam Islam yang ditulis Abdullah Nashih Ulwan setelah sebelumnya scanning buku Pendidikan Anaknya Irwan Prayitno (jazaakillah khair mba Nesia...buku bagus, subhanallah). Setelah itu jadi terpikir untuk menjadikan rumah multiply ini kumpulan koleksi catatan bacaan saya terkait anak-anak. Uhm...mengganti fungsi rumah satunya "Lintasan Bunda". Untuk berbagi dan pengingat, apalagi buat ibu pemula yang masih terbata-bata mengurus anak.Yah, semoga saja bisa istiqomah.
Back to basic, inilah tulisan pertama. Salah satu ulama penulis idola bunda ini mencatatkan 10 usulan edukatif dalam pendidikan anak. Satu-satu akan diceritakan dalam tulisan berseri ini, insyaAllah.
Usulan Kakek Nashih Ulwan [1. Membangkitkan minat anak untuk mencari nafkah dengan cara yang paling baik]
Tanggung jawab penting pendidik kepada anak didiknya adalah memberi dorongan untuk mendapatkan pekerjaan bebas, baik pertukangan, pertanian, atau perdagangan.
Lihatlah para Nabi. Mereka memiliki pekerjaannya/keahliannya sendiri-sendiri.
a. Nabi Nuh a.s. membuat perahu (QS Huud 37-38)
b. Nabi Dawud a.s. adalah seorang pandai besi dan pembuat baju besi (QS Al Anbiya 80, Saba 10-11)
c. Nabi Musa a.s. menggembala domba selama 8 tahun sebagai mahar pernikahannya dengan seorang putri Nabi Syuaib a.s (QS Al Qashas 27-28)
d. Nabi Muhammad saw menggembala domba dan berniaga (HR Bukhari)
AQ dan Hadist sendiri memberikan beberapa catatan terkait perintah untuk bekerja dan mulianya orang-orang yang bekerja (QS Al Mulk 15, Jumuah 10).
Minat bekerja ini ditanamkan sejak muda, setelah selesai pendidikan dasar untuk mempelajari kaligrafi, bahasa arab, mempelajari AQ dan keharusan mempelajari ilmu syariah, sejarah dan pengetahuan alam, demi mempersiapkan anak untuk mencari nafkah dengan usaha sendiri.
Ibnu Sina berkata: "Jika anak selesai mempelajari AQ, menghapal kaidah-kaidah pokok bahasa, maka harus dilihat minatnya dalam hal keterampilan, diarahkan dan dibukakan jalannya. Jika ia berminat pada bidang tulis menulis, maka disamping diajarkan ilmu bahasa, juga ditambahkan pelajaran tentang risalah, khotbah, wawancara dengan orang penting, dsb. Juga dilatih ilmu hitung. dibawa masuk ke lembaga untuk mempelajari kaligrafinya. Jika ia menginginkan yang lain, hendaknya diarahkan."
Proporsi pengetahuan dan keterampilan, selain yang inti, harus diselaraskan dengan kemampuan dan kecenderungan mereka. Jika mereka unggul dalam belajar, maka mereka harus terus belajar sampai puncaknya, dan di sela-sela waktunya belajar keterampilan/pertukangan. Jika kurang belajarnya maka pengarahan untuk pengembangan keterampilan/pertukangan harus lebih kuat.
Comments