Skip to main content

Usulan Kakek Nashih Ulwan [1]

Kesan paling kuat camp otsuka lalu buat saya, adalah tentang kebakaran di rumah kita. Uhm, bukan kebakaran sebenarnya, tapi upaya menyelamatkan diri dan keluarga dari api neraka, yang pengamanannya berinti pada pendidikan anak.


Saya jadi membuka-buka buku tebal tentang Pendidikan Anak dalam Islam yang ditulis Abdullah Nashih Ulwan setelah sebelumnya scanning buku Pendidikan Anaknya Irwan Prayitno (jazaakillah khair mba Nesia...buku bagus, subhanallah). Setelah itu jadi terpikir untuk menjadikan rumah multiply ini kumpulan koleksi catatan bacaan saya terkait anak-anak. Uhm...mengganti fungsi rumah satunya "Lintasan Bunda".  Untuk berbagi dan pengingat, apalagi buat ibu pemula yang masih terbata-bata mengurus anak.Yah, semoga saja bisa istiqomah.


Back to basic, inilah tulisan pertama. Salah satu ulama penulis idola bunda ini mencatatkan 10 usulan edukatif dalam pendidikan anak. Satu-satu akan diceritakan dalam tulisan berseri ini, insyaAllah.


Usulan Kakek Nashih Ulwan [1. Membangkitkan minat anak untuk mencari nafkah dengan cara yang paling baik]


Tanggung jawab penting pendidik kepada anak didiknya adalah memberi dorongan untuk mendapatkan pekerjaan bebas, baik pertukangan, pertanian, atau perdagangan.


Lihatlah para Nabi. Mereka memiliki pekerjaannya/keahliannya sendiri-sendiri.


a. Nabi Nuh a.s. membuat perahu (QS Huud 37-38)


b. Nabi Dawud a.s. adalah seorang pandai besi dan pembuat baju besi (QS Al Anbiya 80, Saba 10-11)


c. Nabi Musa a.s. menggembala domba selama 8 tahun sebagai mahar pernikahannya dengan seorang putri Nabi Syuaib a.s (QS Al Qashas 27-28)


d. Nabi Muhammad saw menggembala domba dan berniaga (HR Bukhari)


AQ dan Hadist sendiri memberikan beberapa catatan terkait perintah untuk bekerja dan mulianya orang-orang yang bekerja (QS Al Mulk 15, Jumuah 10).


Minat bekerja ini ditanamkan sejak muda, setelah selesai pendidikan dasar untuk mempelajari kaligrafi, bahasa arab, mempelajari AQ dan keharusan mempelajari ilmu syariah, sejarah dan pengetahuan alam, demi mempersiapkan anak untuk mencari nafkah dengan usaha sendiri.


Ibnu Sina berkata: "Jika anak selesai mempelajari AQ, menghapal kaidah-kaidah pokok bahasa, maka harus dilihat minatnya dalam hal keterampilan, diarahkan dan dibukakan jalannya. Jika ia berminat pada bidang tulis menulis, maka disamping diajarkan ilmu bahasa, juga ditambahkan pelajaran tentang risalah, khotbah, wawancara dengan orang penting, dsb. Juga dilatih ilmu hitung. dibawa masuk ke lembaga untuk mempelajari kaligrafinya. Jika ia menginginkan yang lain, hendaknya diarahkan."


Proporsi pengetahuan dan keterampilan, selain yang inti, harus diselaraskan dengan kemampuan dan kecenderungan mereka. Jika mereka unggul dalam belajar, maka mereka harus terus belajar sampai puncaknya, dan di sela-sela waktunya belajar keterampilan/pertukangan. Jika kurang belajarnya maka pengarahan untuk pengembangan keterampilan/pertukangan harus lebih kuat.


 


 


 


 


 

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar