Skip to main content

Nujuh bulan

Bunda seringkali merasa takjub melihat neng shogiroh itu duduk dengan muka serius memandangai layar TV atau komputer. Sesekali ia tersenyum sambil berkomentar. Terutama bila adegan favoritnya muncul: tokoh bubu. Iya, dia suka melihat dirinya di layar kaca.

Bubu suka sekali melihat CD Kartun Anak Muslim Syaamil. Ada lagu-lagu anak muslim berbahasa Indonesia dan Inggris dengan latar cerita kartun keluarga Syaamil dan Nadia. Misalnya saja lagu bismillah, alhamdulillah, dll. Sejak usia satu bulan dia suka menontonnya. Tentu saja caranya menonton pun terlihat berkembang dari waktu ke waktu. Bunda menunggu-nunggu saat ia akan menyanyikan lagu-lagu itu. Ah, semoga dia nanti akan selalu ingat untuk membaca bismillah saat memulai sesuatu dan bersyukur atas setiap karuniaNya.

Kalau dulu bubu menonton sambil berbaring, sekarang ia bisa menonton sambil duduk manis. Frekuensi olengnya sudah jauh berkurang. Di sekolah ia mulai duduk dengan bebas di lantai setelah sebelumnya hanya terlentang atau duduk di futon dengan dikelilingi bantal penyangga.

Apa saja yang sudah dimakannya selama satu bulan ini? Bunda mencatat ada bubur tepung, bubur nasi, kentang, labu kuning, wortel, bayam, pisang, alpukat, apel, buah nasi, momo, mangga, bawang bombay, tahu, dll (kali aja ada yang terlewat). Makanan favoritnya adalah pisang dan alpukat. Persis bunda.

Ekspresi bubu saat menginginkan sesuatu atau menolak sesuatu juga mulai jelas. Ia merentangkan tangan kala ingin digendong, berkata emm emmm kalau minta suapan lagi, atau mengatupkan mulut rapat-rapat saat tak mau makan makanan tertentu.

Acara mandi juga lebih seru karena dia mulai lebih sering memukul-mukul air, menjilat bola yang kadang bersabun. (Di air, bubu lebih suka bola dari pada beku/bebek kuning).

Bubu sudah tahu yang mana bunda. Sesekali tak mau ditinggal sendiri, bahkan kala ia bersama baba. Tapi bunda sering bilang, saat-saat bubu nempel sama bunda itu sangat sebentar. Tahun demi tahun berlalu, dan dia akan menapaki jalannya sendiri. Jadi dinikmati saja, meskipun kadang kerepotan juga kalau akan mengerjakan sesuatu.

Ohya, ada kemampuan yang katanya harus dimiliki bayi seusia bubu: menoleh saat dipanggil namanya. Bubu belum bisa begitu. Mungkin karena ia punya banyak nama panggilan. Bubu, ima, amaturrahman, nabila, neng nabila, neng shogirah, neng sholihat, anabira-chan, habibaty, jamilaty, dll. Semoga saja lama-lama ia juga bisa tahu bahwa nama-nama itu adalah miliknya.

Salam dari bubu. Mohon doanya semoga ia makin pintar makin sholihat ya ..

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R