Skip to main content

Getaran bumi, getaran cinta

Mengetahui berita tentang musibah yang terjadi di sekitar kita, selalu menyisipkan dua rasa: sedih dan haru.

Sedih, membayangkan banyak korban yang kehilangan keluarga dan rumah mereka. Kedinginan, kelaparan, ... di tempat pengusian yang serba terbatas.

Haru, mengetahui banyak keajaiban-keajaiban yang ditunjukkannya. UjianNya, bagi para korban ataupun yang sekedar tahu, semoga memberikan hikmah besar untuk makin beriman dan mendekatkan diri kepadaNya.

Belum lagi masih saja ada yang mengambil kesempatan dan kesempitan. Mencuri diantara puing-puing...teganya...

Potongan tentang penemuan yang menakjubkan dari beberapa korban tsunami waktu lalu ...Atau beberapa potongan kisah yang didapat dari Yogya...

Seperti cerita seorang kawan yang ibu mertuanya yang tak lagi bisa melihat, terselamatkan oleh dari reruntuhan kamarnya karena ada ia menggunakan ranjang besi berkelambu. Ranjang yang sebelumnya menanggur itu baru saja dipakai karena akhir-akhir ini ia merasa banyak nyamuk dan membutuhkan kelambu. Suaminya, usai sholat shubuh memberi makan ayam. Dan kandang ayam itu tidak rubuh...

Ada saja, cara Allah menolong...
Ada saja cara Ia mengajari kita untuk semakin mendekat kepadaNya...

-------
Di Jepang, ada banyak organisasi yang menerima penyaluran dana, seperti KMII, KAMMI, PIPPKS, PPI-Jepang, dan juga di kampus-kampus ataupun di lingkungan sekitar.

Semoga sedikit ataupun banyak yang bisa kita sisihkan untuk mereka, bisa berguna dan menjadi amal shalih

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R