Skip to main content

Korban

Iya cinta, sejak kecil belajar berkorban. Semoga bukan berarti dikorbanin, atau dipaksa berkorban.

Bunda tahu, mestinya sehari-hari, jam demi jam, bunda ada bersama bubu. Melihat kepandaian demi kepandaian, keajaiban demi keajaiban yang diperlihatkanNya melalui tubuh mungilmu.

Tapi untuk waktu ini, bunda harus terlebih dulu menyelesaikan amanah yang tertunda. Berada dalam ruang yang berbeda. Berusaha khusnul khatimah untuk master bunda. Mudah-mudahan bisa berguna ilmu bunda nantinya. Bantu bunda yaa...

Cinta, bukan kali ini saja. Dari dulu...bubu selalu membantu bunda

Pertama kali bubu keluar rumah, tepat di usia satu bulan. Hujan deras mengiringi. Bunda harus mengisi acara-dan sebenarnya jadi panitia yang harusnya datang lebih awal. Tapi karena kasihan bubu, bunda tunggu sampai agak reda. Alhamdulillah sedikit mereda, sambil membawa payung kita bertiga pergi. Mami masih geleng-geleng kepala, mana ada bayi merah begini dibawa ujan-ujanan...

Dan itu baru awalan, karena di hari-hari selanjutnya kita berkali kali, bersama-sama menerjang hujan, dingin, panas, menunaikan amanah demi amanah bunda.

Pernah suatu hari pada hujan deras, bunda baru saja sampai di salah satu stasiun tempat kita ganti kereta. Ketua kelas menelepon, mengabarkan beberapa orang ijin dan terlambat, dan kondisi hujan yang tak baik untuk anak-anak. Dia, seorang muslimah jepang-dengan anak satu tahun, berpikir untuk ijin libur. Tapi begitu dia tahu posisi bunda di tengah perjalanan ke masjid, dia pun berkata yakin. Ya, kalau begitu, saya pergi juga...

Dan kami berjumpa di taman syurga dunia itu, mendiskusikan banyak hal menarik bersama-sama. Alhamdulillah..

Bubu, bukannya bunda tak khawatir bubu sakit atau apa. Insya Allah semua diusahakan. Jaket, payung, selimut, pelukan bunda, dan tentu saja...doa.

Untuk sekolah juga demikian. Bubu masih bisa mimi ASI. Meski pakai botol. Sst...cepet belajar (lagi) pakai botol ya, habibaty... Bunda juga berusaha menerangkan apa saja yang bisa dimakan bubu disana. Sebelum pergi dan setelah pulang, kita masih bisa sama-sama bermain dan belajar.

Di sekolah bunda sering kangen bubu. Teringat ingat mata bulat dengan senyum manis. Semoga bubu baik-baik selalu.

Mudah-mudahan bubu selalu sehat. Lahir batin. Mudah-mudahan bubu bisa belajar mengerti tentang arti sabar dan berkorban. Sejak dini, lebih awal dari bunda dulu..

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah