Skip to main content

Puzzle 34 (Sayang semangka)

Apakah semua istri selalu mengaitkan hal-hal kecil dengan bukti rasa cinta/sayang suaminya?

Suatu hari, perempuan itu duduk di lantai, membungkusi satu-satu majalah-majalah pesanan langganannya. Sudah dua tahun lebih dia menjadi distributor majalah di negeri sakura ini. Lelaki itu lalu muncul di depannya, membungkuk, mengangsurkan potongan semangka.

Perempuan itu meraihnya, tapi tak jadi.

"Kegedean" ujarnya.

Lelaki itu memotong kembali semangka itu menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Bonusnya, potongan itu disuapkannya ke mulut perempuan itu. Dan ia memandang dengan haru.

***

Bukan sekali dua kali keharuan itu tercipta. Ada kalanya lelaki itu mengambil ikan goreng, membersihkan durinya, sebelum meletakkan daing ikan yang sudah bersih itu di piring istrinya. Kali lain adalah memijiti kaki/tangannya yang pegal. Ah, perempuan itu jadi ingat. Pijitan itu yang membuat hatinya ditumbuhi bibit-bibit cinta, dihari awal-awal menikah. Ketika ia kembung selepas sholat malam berjamaah, dan lelaki itu memijiti kakinya untuk refleksi.

Kali lain adalah dering telepon yang hanya sekedar menyatakan: kangen suara ade. hehe...

Apakah lelaki itu romantis?
Dia mengaku tak demikian. Apalagi sebelumnya hampir tak pernah bergaul dengan perempuan. Tapi lelaki itu senang belajar menjadi romantis untuk membahagiakan istrinya. Meski kadang mungkin bosan juga sering ditanya-tanya: kaka sayang ga sih sama ade? Hehe. Hampir tiap hari.

Perempuan itu pun seringkali berbisik memberitahukan kepadanya, apa-apa yang membuatnya senang. "Kaka, ade seneng kaka *begini begitu*, jadi merasa disayang..."

Sebenarnya yang kecil-kecil itu seperti bumbu yang mewarnai hari-hari.

Pada dasarnya menu utamanya bukan hanya itu. Misalnya, perempuan itu tahu bahwa cinta(dan tanggung jawab)lah yang membuat lelaki itu bekerja untuk mencukupi kebutuhan mereka. Ia merasa harus bertanggungjawab meski istrinya mendapatkan beasiswa yang lumayan besar dan lebih dari cukup untuk mereka sekeluarga. Cinta juga yang membuat lelaki itu berusaha mengabulkan beberapa keinginan istrinya, lebih memilih untuk banyak mengalah.

Tapi memang manusia ingin lebih, ingin banyak cemilan dan bumbu...jadi saja...^^

*ya rahman, smoga setiap istri bisa menjadi saksi bagi suaminya yang berusaha menyayangi istrinya sepenuh cinta dan hati. menjadi golongan sebaik-baik manusia yang paling baik pada keluarganya, aamiin*

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R...

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha...