Skip to main content

Puzzle 33 (bunder bulat) #2

Setelah satu dua hari agak cuek, perempuan itu mulai berpikir untuk membuat cemilan kecil. Tapi sebelum hal itu dieksekusi, suaminya sudah merequest kacang hijau kegemarannya, yang bisa dibeli di dekat rumah. Selanjutnya, beberapa menit di malam hari itu dihabiskannya untuk duduk manis disamping suaminya. Untung tidak semua pertandingan, apalagi begadang-begadang. Yang kebetulan saja bisa yang dilihat.

Uhm, ternyata banyak sekali pengetahuan lelaki itu. Dia tahu hampir setiap profil pemain. Kemampuan, klub, sampai tinggi-berat badan. Huwaa... ia geleng-geleng kepala...

Nyatanya ada binar di mata lelaki itu ketika mereka duduk bersama, mengomentari pertandingan, berdebar-debar bersama, dll.

Perempuan itu menyadari sesuatu. Daripada pertandingan itu sendiri *sebagaimana lelaki itu teramat menikmatinta* ia sendiri lebih menikmati membaca tentang ulasan-ulasan dibalik pertandingan. Misalnya bagaimana pelatih Hiddinks (bener ga ya nulisnya) mengubah budaya senior-yunior di tim korsel, sehingga teamwork mereka tercipta dan lebih kuat.

Atau menyimak jatuhnya Jepang di menit-menit terakhir melawan Australia (kebobolan 3 gol!) Betapa kebaikan yang lama bisa hancur dalam saat-saat terakhir.

Betapa banyak orang yang beramal-amalan ahli syurga tapi pada saat-saat akhir beramal
ahli neraka, sehingga masuk neraka. Dan sebaliknya...

Akhir itu yang kemudian menentukan. Pertandingan itu membuat perempuan itu berbisik lirih, Ya Allah, karunikana kami istiqamah, kekuatan memegang teguh dien ini
dan karuniakan akhir yang baik. Khusnul khatimah...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R