Skip to main content

Napak tilas (49th)

ternyata benar adanya
mensyukurimu lebih dalam
adalah menapaktilasi langkah-langkahmu
di masa lalu

mengandung, melahirkan,
menimang, menyusui
menyayangi, membimbing
...

dengan selaksa cinta yang selalu berpendar
(uhm, apakah aku menggenggam cinta suci itu?)

bersiap untuk kerewelan,
keegoisan, bantahan,
...

dengan sabar yang harus dipupuk tanpa batas
sabar yang tak pernah menghabiskan cinta
(ah, apakah aku memiliki sabar itu?)

mamah, semakin hari saya saya semakin menyayangimu...
smoga Allah menyayangi engkau karena kecintaanmu pada anak-anakmu

*untuk mama yang menjadi 49 tahun hari ini...


------------------
Saya teringat diskusi2 panjang waktu mama disini menengok cucu pertamanya. Tentang segala hal, terutama masalah pengasuhan anak.

Pada suatu waktu, sambil menangis, mama pernah berkata banyak hal baru tentang pola pengasuhan yang baru diketahuinya dari saya (hasil banyak bacaan dan obrolan berdasarkan teori-teori agama, psikologi, dll). Pengen dari bayi lagi dan mendidik lebih baik, katanya...

Tapi mamah, saya sama sekali belum apa-apa. Saya baru memulai. Lihatlah, mamah sudah punya saya dan adik-adik. Kebaikan-kebaikan yang ada pada kami, sebagian adalah warisan darimu. Meski sebagian lagi tak diajarkan langsung olehmu, doa-doa, segala pengorbanan untuk selalu membahagiakan anak-anaknya diketahui Allah. Dan Dia membantu saya dengan taufikNya. Membukakan banyak jalan kebaikan buat saya.

Semoga Allah pun senantiasa melimpahkan taufik dan hidayahnya untukmu...

--------------

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah