Skip to main content

Menjadi sebelas (bulan)

Sebeleas bulan bubu, bersama hujan di daerah Tokyo dan sekitarnya. Sejak bunda keluar rumah di pagi hari, hingga pulang di senja hari, hujan tak henti-hentinya mengguyur bumi.

Alhamdullillah...

Betapa hujan harus senantiasa disyukuri karena bunda seringkali terkenang saat-saat kemarau di kampung dulu. Mengambil seember dua ember air di mata air yang masih mengalirkan air. Karena sumur di rumah sudah nyaris kering.

Hujan ini juga mengingatkan bunda pada sepatu yang hanya satu. Dari kain dan basah kuyup. Sepertinya harus minta restu baba tuk membeli sepasang lagi. Hehe...
Tapi sebelum bunda lapor baba sudah tahu dan sepertinya tanpa diminta ijin akan diberikan.

***
Bubu sebelas bulan...

Mulai kelihatan seperti anak-anak dan bukan bayi. Kadang-kadang bunda dan baba memanggilnya gadis. Hehe... si gadis sudah tidur? lihat si gadis lucu sekali, gadis demam, dsb.

Lego-lego yang dirakit bunda sudah bisa dia uraikan satu persatu. Artinya, tangan bubu sudah mulai kuat. Dia juga sudah mulai pandai menggunakan hp atau mengubah settingan. Bahkan settingan yang bunda pun belum tahu bagaimana cara mengembalikannya ke keadaan semula. Baru setelah berhari-hari, saat bunda sempat mengoprek, settingannya bisa diganti.

Bubu mulai senang berjalan sambil memegang pinggir tempat tidur. Duduknya di kursi tanpa senderan sudah mulai stabil. Awal-awal ia sulit tuk bangkit/berdiri. Sehingga tempat duduk itu menjadi 'kekangan' yang cocok saat bunda dan baba makan lesehan, atau sedang mengerjakan sesuatu.

Namun akhir-akhir ini sudah mulai bisa lepas. Meski sedikit takut-takut.

Mainana dengan tombol berbunyi (yang mengeluarkan nada atau suara biasa) sudah lebih dinikmatinya, karena ia mulai tahu bagaimana cara membunyikannya sendiri. Ohya bubu punya buku dari kain. Dulu bunda suka cerita lewat buku itu, sekarang ia semakin menyukai buku itu. Salah satu sebabnya adalah karena di buku kain itu ada tali dan kancing. Hehe...Benda favorit.

Bubu juga semakin ribut berceloteh dengan gaya beragam.

Ia juga mulai mengenali perintah/ajakan. Misalnya saja sayang-sayang (elus-elus). Buna memberi contoh "Sayang baba, sayang baba" sambil mengelus lengan baba. Lalu mengulangi perkataan itu sambil mengeluskan tangan bubu. Kemudian bubu juga mengeluskan tangannya sendiri ke lengan baba. Alhamdulillah.

Cium tangan sebagai ritual saat berjumpa dan berpisah juga sudah tidak masalah lagi. Sebelumnya ia menolak. Namun dengan melihat contoh dari bunda, iapun mulai terbiasa.

Hemm...apalagi yaa? Bulan ini rekor demam terbanyak. Hampir setiap pekan demam. Memang musimnya sakit, dan sebaiknya bayi memang tidak berada di tempat-tempat umum. Namun bunda memang beberapa kali harus pergi keluar. Mau tidak mau bubu ikut pergi. Bunda hanya ijin sekali saja tidak mengisi kelas saat paling kritis, dimana sehari sebelumnya muntah-muntah dan demam. Namun waktu lain memang tidak bermasalah, tapi setiap habis pergi, esok atau malamnya seringkali demam.

Semoga saja sakitnya tidak parah dan berefek buruk...

Demikian cerita gadis sholihat yang sebulan lagi satu tahun...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R