Skip to main content

Sepuluh bulan cinta


Subhanallah...
Cinta kecil kami sudah sepuluh bulan. Dengan tubuh mungil 6529 gram - 66 cm dia sudah terlihat mobile. Merangkak kesana kemari, meraih apa saja yang bisa dijangkau dengan tangan mungilnya.

Bayi sibuk. Sepertinya banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukannya. Dulu ia sibuk menjilat apasaja, sekarang ditambah dengan mengunyah apasaja, membuka apasaja, memegang apasaja, ... Kabel, kancing, kertas, dan tisue adalah favoritnya.

Laci meja pun sudah berhasil dibukanya...

Bubu marah jika dilarang. Kadang marah dengan gaya menjedukkan kepala. Kuncinya mengalihkan perhatian dan mencari pengganti yang sepadan.

Entah kenapa dia sudah lupa kata mama atau nenen. Kata ade lebih sering keluar tuk memanggil bunda ataupun mimi. Mungkin karena mendengar baba yang selalu memanggil bunda dengan panggilan ade.

Bubu juga mulai menjadi echo. Kala bunda/baba berkata sesuatu ia akan mengulangnya. Bahkan bunda batuk pun ia akan ikut meniru: uhuk uhuk. Hehe... Dipakaikan popok sudah mulai protes, wal hasil persediaan popok pantsnya mulai cepat habis.

Mandi sudah mulai susah di bak mandi. Sering ingin berdiri meraih botol sabun/shampoo yang bunda letakkan dilantai. Berdiri sambil berpegangan pada pinggir ember bisa membuat ember terjungkal. Setelah mandi, karena musim dingin, dia juga mulai kedinginan. Gaya kedinginannya pun meniru bunda hhhhhh.... Lucu.

Bubu tertawa kala berhasil menghancurkan balok yang bunda susun. Selain bisa menghancurkan, ia juga mulai pandai memasukkan kembali barang2/mainan ke dalam kotaknya. Bubu senang bermain lego dan kotak-kotak. Boneka-boneka, kecuali miss be yang bertanduk, kurang disentuhnya lagi.


Yang paling membuat bunda terharu adalah bubu anteng dan sabar. Seringkali ia memberikan bunda kesempatan untuk melakukan aneka pekerjaan sementara ia bermain sendiri. Baru saat bosan ia menghampiri bunda tuk mengajak bermain. Semenit dua menit bermain, sudah bisa ditinggal lagi. Hanya saat mengantuk, lapar atau sakit, dia akan terus minta dipeluk...

Makasih ya cinta...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R