Skip to main content

Salapan Sasih

Neng kecil kami, hari ini sembilan bulan. Rasanya kemajuannya cukup banyak. MasyaAllah, makin lucu dan menggemaskan. Sudah mulai maju, dan mendekati arah bahaya: tepian tempat tidur yang tingginya sekitar lutut bunda.

Meski lucu dan bunda senang sekali bermain bersamanya, tetap saja ada masa-masa tegang kala Bubu tak bisa ditinggal karena ingin ikut bunda memasak, misalnya. Kalau masih urusan rebus-rebus sih masih "tak masalah". Tapi kalau episode menggoreng? Minyaknya itu loh... Terpaksa gorengan ditunda sampai Bubu bisa duduk manis di kursi makannya atau bermain di lantai.

Dua hari ini, setelah lebaran, Baba libur. Jadi bisa menikmati jam-jam lebih banyak bersama Bubu. Terlihat sekali ia nyaris tak bisa diam. Kata Baba sih lejoh-lejoh. Energinya tak habis-habis. Bahkan saat mengantuk yang biasanya hanya ditunjukkan dengan tangisan mengantuk, kini ditambah guling sana guling sini, putar sana putar sini, sampai akhirnya benar-benar lelah.

Bubu juga sudah bisa memanjat Bunda. Mungkin sebentar lagi bisa berdiri berpegangan sendiri.
Selain baba, mamam, dan mama, kata barunya adalah nen atau nenen yang dikeluarkan kalau dia ingin minum.
Ohya, bubu sekarang terlihat agak takut dengan syaamil. Bee dan Jiraf masih favoritnya karena mereka "bertanduk", oh sepertinya tanduk itu memang enak sekali...hehe
Bubu suka menghancurkan balok susun yang disusun bunda lalu tertawa.
Bubu lebih suka makanan yang cenderung manis (cemilan, buah, dll) ketimbang yang biasa (bubur nasi dan lauk pauknya)
Ada masa-masa dia diam dan hanya mengamati dengan tajam orang-orang yang ditemuinya. lalu setelah merasa nyaman, ocehan dan senyumannya akan keluar dengan bebas.
Bubu masih belum bisa mengambil sesuatu dengan tepat, masih kasar.
Bubu senang menjatuhkan barang-barang lalu mencari-carinya hehe

Dalam batas tertentu, saat haus/bete di kereta, bubu masih bisa dihibur dan dialihkan perhatiannya. Bunda terbantu sekali kalau di kereta ada orang yang mengajak bubu tersenyum. Bubu tertarik dengan senyum. Dan ia akan menjadi lebih sabar menghadapi perjalanan.

Bubu sudah mulai protes/marah kalau dilarang atau barang yang ia suka diambil. Harus diganti atau pelan-pelan dialihkan perhatiannya.
Bubu mulai suka sekali mencet- mencet keyboard komputer, sepertinya bunda sudah mulai tak boleh di depan komputer saat ia masih terbangun.

Saat menelepon ke Indonesia, Bubu suka ikut berbicara dengan heboh. Kata nenek/mamih itu sangat menghibur dan mengobati kekangenan. Semoga segera berjumpa yaa...

Apalagi yaa?

================
Subhanallah...Subhanallah...

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar