Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah?
Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati.
Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan?
Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu.
Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan hati. Dimulai saat ia memintaku memperdengarkan bacaan Quranku, lalu mengimamiku sholat malam setiap hari, sejak hari kami dipersatukan. Ya Rabb, kecintaanya padaMulah, yang membuatku jatuh cinta padanya.
Asing tapi seperti sudah kenal lama. Banyak kemiripan yang kami punya, baik itu dari sisi karakter maupun kesukaan. Dan ternyata dia juga memiliki banyak hal yang kuinginkan di alam bawah sadarku. Sesuatu yang seringkali aku tepiskan, karena aku hanya menginginkan faktor agama dan dakwah saja yang menjadi satu-satunya kriteria bagiku saat memilih pendamping.
Hal-hal itu misalnya, kutemukan ia senang dan pintar memasak (biarpun aku sempat membuatnya ikut nyasar di pasar mencari ikan), hapalan AQnya banyak (aku senang sekali sering diminta membantunya murajaah), jago memijit (sakit kepala dan pegal-pegal ortu hilang dengan pijitannya), suka sekali OR (walau aku kelelahan mengejarnya kala lari, dan harus tahan menjadi bulan-bulanan saat bermain pingpong ataupun badminton), dll. Saat taaruf dulu kami memang tak sempat membahas masalah2 pribadi seperti ini lebih detil, karena beberapa masalah prinsipil harus didahulukan.
Jadi sekarang aku sangat percaya tentang itu. Cinta yang dikaruniakaNya pada pasangan yang sudah menikah. Meski untuk kasusuku ini lebih cepat dari dugaanku semula, mengingat beberapa orang ada baru mendapatkannya beberapa bulan setelah mereka menikah.
Semoga Allah karuniakan cinta yang berkah dan berkekalan pada kita semua.
Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati.
Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan?
Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu.
Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan hati. Dimulai saat ia memintaku memperdengarkan bacaan Quranku, lalu mengimamiku sholat malam setiap hari, sejak hari kami dipersatukan. Ya Rabb, kecintaanya padaMulah, yang membuatku jatuh cinta padanya.
Asing tapi seperti sudah kenal lama. Banyak kemiripan yang kami punya, baik itu dari sisi karakter maupun kesukaan. Dan ternyata dia juga memiliki banyak hal yang kuinginkan di alam bawah sadarku. Sesuatu yang seringkali aku tepiskan, karena aku hanya menginginkan faktor agama dan dakwah saja yang menjadi satu-satunya kriteria bagiku saat memilih pendamping.
Hal-hal itu misalnya, kutemukan ia senang dan pintar memasak (biarpun aku sempat membuatnya ikut nyasar di pasar mencari ikan), hapalan AQnya banyak (aku senang sekali sering diminta membantunya murajaah), jago memijit (sakit kepala dan pegal-pegal ortu hilang dengan pijitannya), suka sekali OR (walau aku kelelahan mengejarnya kala lari, dan harus tahan menjadi bulan-bulanan saat bermain pingpong ataupun badminton), dll. Saat taaruf dulu kami memang tak sempat membahas masalah2 pribadi seperti ini lebih detil, karena beberapa masalah prinsipil harus didahulukan.
Jadi sekarang aku sangat percaya tentang itu. Cinta yang dikaruniakaNya pada pasangan yang sudah menikah. Meski untuk kasusuku ini lebih cepat dari dugaanku semula, mengingat beberapa orang ada baru mendapatkannya beberapa bulan setelah mereka menikah.
Semoga Allah karuniakan cinta yang berkah dan berkekalan pada kita semua.
Comments
Aduh Eceu,
Tulisannya bikin saya terbaru, dan turut merasakan kebahagiaannya :)..
Selain saya ikut mesem-meseem juga. senyum2 sendiri di kantor sampe pipi saya merah, hehe..
Bayangin ceu pipi saya bisa merah :D.. ajaib kan..
Doakan kebahagiaan yang sama juga dapat saya rasakan ya ceu, dalam sebuah keluarga yang menazarkan perjalanan kisahnya untuk perjuangan Dakwah .. :)
tumpang gembira sama kamu..
-kelu saya, tak mampu diluahkan dengan kata2.. Moga ALlah limpahkan lagi kasih dan sayang di antara kamu berdua.. ameen-
Alhamdulillaah, ikut bahagia mendengarnya. astri juga bacanya sambil senyum - senyum. Semoga berkekalan sampai akhir...Amin.
turut berbahagia, dan mendoakan supaya jadi rumahtangga yang sakinah.. amiiiinn..
Kalo inget itu, suka malu sendiri, deh! Ternyata cuma Allah, ya, yang punya hak istimewa untuk ngasih tes awal buat abang-mu tersayang... doain aku juga ya, supaya bisa dapetin pendamping yang bisa lulus dari semua tes istimewa-Nya... (jadi pengen nangis, whuaaa....!!!)