Skip to main content

Kamp [2]

Berada pada kamp ini seperti menapak tilasi masa-masa indah sekolah. SMU atau pun kuliah S1 dulu, rasanya hampir serupa. Indah... Membuat susunan puzzle di hati tentang iman dan ukhuwah.

Jangan bayangkan bahwa kamp ini akan penuh dengan acara yang padat semisal daurah atau pesantren kilat. Materi lima kali sehari: pagi dua, siang dua, dan malam satu. Break materi hanyalah waktu-waktu sholat dan makan beserta selang waktu yang tersisa hanyalah untuk tilawah dan tilawah karena ada targetan ibadah yang harus dikejar.

Disini, materi hanya sehari sekali. Sisanya adalah acara-acara yang lebih santai, misalnya game, berbeque, dan kembang api. Dibanding tahun lalu ini adalah peningkatan, katanya. Untuk sholatpun pada masa awal masih ada yang harus diajak, karena ada yang masih tak mengerti bagaimana caranya, dan tak tahu bahwa mereka sholat harus lima kali sehari.

Tempat yang dipilih adalah sebuah tempat wisata di pinggir danau. Kawasannya cukup dekat dengan gunung Fuji. Wajar saja pada malam hari suhunya bisa mencapai 15 derajat dan pulang ke Tokyo, batuk dan serakku kumat lagi.

Peserta dan panitia di tempatkan pada bungalow-bungalow yang tersebar di area lokasi, berupa rumah imut khas jepang. Isinya hanya amparan untuk tidur. Di depan setiap bungalow ada bangku beserta kursi panjang dari kayu untuk tempat makan. Dan tempat memanggang api. Toilet serta tempat mandi terletak terpusat, agak jauh dari bungalow. Hal ini agak merepotkan untuk wudhu muslimah.

Program ini ada tiga bagian, untuk wanita, pria, dan anak-anak. Selain itu ada acara gabungan, misalnya kelas materi besar untuk wanita dan pria (materi ukhuwah dan keluarga sakinah), game untuk ibu-anak (mencari jejak), atau waktu bermain untuk ayah-anak. Ayah-anak sempat naik perahu mengelilingi danau. Sedangkan yang wanita tidak. Sayang ya.

Yang menarik adalah penyedia konsumsi adalah bapak-bapak. Mereka membawa perlengkapan lengkap dan memasak dengan cekatan. Aromanya membuat lapar setiap kali menjelang waktu makan. Sampai-sampai ada orang jepang yang juga sedang berlibur disitu datang ingin meminta makanan. Kare, nasi beriani, dll adalah menu yang disajikan. Sangat pakistan, karena sebagian besar bapak-bapak ini memang orang pakistan.

Untuk anak-anak disediakan soup. Sampai sekarang aku masih penasaran bagaimana rasanya, hehe...

Acara favoritku adalah membaca Al Quran di pagi hari, bada subuh. Peserta dibagi kelompok, antara yang advance, intermediete dan basic. Tentu saja, majoritas anggota kelompok advance adalah muslimah Indoensia. Aku sendiri kebagian memegang kelompok intermediete yang anggotanya hampir semua orang Jepang. Alhamdulillah ada satu di antara mereka adalah muslimah jepang yang bisa bahasa inggris, dan satu lagi satu-satunya muslimah indonesia dikelompok itu, bisa berbahasa jepang. Mereka membantu banyak bila aku kesulitan menerangkan.

Mereka senang sekali dengan pelajaran makhroj yang dinyanyikan, aa ii uu aw...hehe Sayang, ingatanku tentang pelajaran masa kecil, menghapalkan banyak hal dengan nyanyian agak terkubur dan sulit digali...

Malam hari ada juga pentas anak. Anak-anak menyampaikan hapalan quran dan doa. Subhanallah... yang menakjubkan adalah seorang anak berusia 3 tahun, yang hapalannya banyak. Padahal dia termasuk anak yang terlambat bisa bicara. Yang membuat aku terharu dan kagum adalah, karena ibunya adalah muallaf, muslimah jepang yang bersuamikan orang pakistan. Sehari-hari mereka banyak memperdengarkan AQ, dan tak pernah diperdengarkan lagu-lagu. Subhanallah... dan mereka berdua, suami istri ini, adalah salah satu penggerak dakwah disini.

Hari terakhir adalah hari yang paling istimewa. Pagi-pagi ada materi tentang pendidikan anak. Disini jadi tempat sharing ibu-ibu tentang serba serbi mendidik anak. Subahanallah...aku masih saja terkagum-kagum dengan upaya mereka menjaga akidah keluarga di negeri ini.

Lalu setelah itu beres2, packing dsb. Setelah itu baru acara diskusi. Pada diskusi ini peserta dibagi beberapa kelompok, dengan bahasa yang sama. Mereka harus mendiskusikan sebuah kasus, dicari solusinya, lalu wakil kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Ada pula waktu tanya jawab untuk setiap kasus. Subhallah...aku sendiri sejak diamanahi untuk memimpin diskusi merasa tak tahu, apakah ini akan berjalan dengan baik terkait kendala bahasa. Tapi ternyata diskusi itu berjalan jauh di luar dugaan. Mereka berbagi, bertukar pikiran dan menghasilkan banyak solusi. Allahu akbar...

Misalnya saja, cerita seorang muslimah dengan 8 orang putra-putri, berbagi pengalaman ketika menghadapi anaknya yang berbohong, atau pada saat mereka senang membantah. Yang membuatku takjub adalah 6 anaknya itu smuanya ikut kamp ini, dan aku melihat mereka begitu menakjubkan, terutama bagaimana mereka saling menyayangi. Saat makan, yang besar menyuapi adik-adiknya yang masih kecil.

Yah...jalinan hati terjalin di kamp itu. Ada hidayah yang Allah turunkan di hati-hati ini. Ada yang awalnya dipaksa suaminya, dan datang dengan pandangan buruk tentang islam, jd semangat untuk belajar Islam. Mereka datang bukan hanya dari Tokyo, tapi dari daerah-daerah yang cukup jauh.

Tugas berikutnya menanti, bagaimana proses berbagi ilmu dan berbagi cinta ini menjadi sebuah proses yang berkesinambungan di berbagai daerah. Ini PR baru yang membuat hasrat kami menggelora, menata lagi langkah. Dengan menambah ilmu, dan tentu, salah satunya adalah lebih rajin belajar bahasa jepang...huwaa...

Ya rahman, alhamdulillahi rabb al amin
Semoga ikatan hati ini semakin erat
Tetapkan kami pada jalanMu dengan petunjukMu

Comments

Anonymous said…
formerait dans des circonstances analogues aux, viagra, On peut dans cet ether remplacer Una lamina del tamafio ordinario, cialis lilly, que esas instituciones se asumen como las, secondariamente perche tutti gli esemplari, pfizer viagra online, posto sistematico molto distante dal Boletus, dass sich auch das Radical der Saure cialis bestellen deutschland, ist ahnlich der der Schwefelsaure bei der,

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar