Berada pada kamp ini seperti menapak tilasi masa-masa indah sekolah. SMU atau pun kuliah S1 dulu, rasanya hampir serupa. Indah... Membuat susunan puzzle di hati tentang iman dan ukhuwah.
Jangan bayangkan bahwa kamp ini akan penuh dengan acara yang padat semisal daurah atau pesantren kilat. Materi lima kali sehari: pagi dua, siang dua, dan malam satu. Break materi hanyalah waktu-waktu sholat dan makan beserta selang waktu yang tersisa hanyalah untuk tilawah dan tilawah karena ada targetan ibadah yang harus dikejar.
Disini, materi hanya sehari sekali. Sisanya adalah acara-acara yang lebih santai, misalnya game, berbeque, dan kembang api. Dibanding tahun lalu ini adalah peningkatan, katanya. Untuk sholatpun pada masa awal masih ada yang harus diajak, karena ada yang masih tak mengerti bagaimana caranya, dan tak tahu bahwa mereka sholat harus lima kali sehari.
Tempat yang dipilih adalah sebuah tempat wisata di pinggir danau. Kawasannya cukup dekat dengan gunung Fuji. Wajar saja pada malam hari suhunya bisa mencapai 15 derajat dan pulang ke Tokyo, batuk dan serakku kumat lagi.
Peserta dan panitia di tempatkan pada bungalow-bungalow yang tersebar di area lokasi, berupa rumah imut khas jepang. Isinya hanya amparan untuk tidur. Di depan setiap bungalow ada bangku beserta kursi panjang dari kayu untuk tempat makan. Dan tempat memanggang api. Toilet serta tempat mandi terletak terpusat, agak jauh dari bungalow. Hal ini agak merepotkan untuk wudhu muslimah.
Program ini ada tiga bagian, untuk wanita, pria, dan anak-anak. Selain itu ada acara gabungan, misalnya kelas materi besar untuk wanita dan pria (materi ukhuwah dan keluarga sakinah), game untuk ibu-anak (mencari jejak), atau waktu bermain untuk ayah-anak. Ayah-anak sempat naik perahu mengelilingi danau. Sedangkan yang wanita tidak. Sayang ya.
Yang menarik adalah penyedia konsumsi adalah bapak-bapak. Mereka membawa perlengkapan lengkap dan memasak dengan cekatan. Aromanya membuat lapar setiap kali menjelang waktu makan. Sampai-sampai ada orang jepang yang juga sedang berlibur disitu datang ingin meminta makanan. Kare, nasi beriani, dll adalah menu yang disajikan. Sangat pakistan, karena sebagian besar bapak-bapak ini memang orang pakistan.
Untuk anak-anak disediakan soup. Sampai sekarang aku masih penasaran bagaimana rasanya, hehe...
Acara favoritku adalah membaca Al Quran di pagi hari, bada subuh. Peserta dibagi kelompok, antara yang advance, intermediete dan basic. Tentu saja, majoritas anggota kelompok advance adalah muslimah Indoensia. Aku sendiri kebagian memegang kelompok intermediete yang anggotanya hampir semua orang Jepang. Alhamdulillah ada satu di antara mereka adalah muslimah jepang yang bisa bahasa inggris, dan satu lagi satu-satunya muslimah indonesia dikelompok itu, bisa berbahasa jepang. Mereka membantu banyak bila aku kesulitan menerangkan.
Mereka senang sekali dengan pelajaran makhroj yang dinyanyikan, aa ii uu aw...hehe Sayang, ingatanku tentang pelajaran masa kecil, menghapalkan banyak hal dengan nyanyian agak terkubur dan sulit digali...
Malam hari ada juga pentas anak. Anak-anak menyampaikan hapalan quran dan doa. Subhanallah... yang menakjubkan adalah seorang anak berusia 3 tahun, yang hapalannya banyak. Padahal dia termasuk anak yang terlambat bisa bicara. Yang membuat aku terharu dan kagum adalah, karena ibunya adalah muallaf, muslimah jepang yang bersuamikan orang pakistan. Sehari-hari mereka banyak memperdengarkan AQ, dan tak pernah diperdengarkan lagu-lagu. Subhanallah... dan mereka berdua, suami istri ini, adalah salah satu penggerak dakwah disini.
Hari terakhir adalah hari yang paling istimewa. Pagi-pagi ada materi tentang pendidikan anak. Disini jadi tempat sharing ibu-ibu tentang serba serbi mendidik anak. Subahanallah...aku masih saja terkagum-kagum dengan upaya mereka menjaga akidah keluarga di negeri ini.
Lalu setelah itu beres2, packing dsb. Setelah itu baru acara diskusi. Pada diskusi ini peserta dibagi beberapa kelompok, dengan bahasa yang sama. Mereka harus mendiskusikan sebuah kasus, dicari solusinya, lalu wakil kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Ada pula waktu tanya jawab untuk setiap kasus. Subhallah...aku sendiri sejak diamanahi untuk memimpin diskusi merasa tak tahu, apakah ini akan berjalan dengan baik terkait kendala bahasa. Tapi ternyata diskusi itu berjalan jauh di luar dugaan. Mereka berbagi, bertukar pikiran dan menghasilkan banyak solusi. Allahu akbar...
Misalnya saja, cerita seorang muslimah dengan 8 orang putra-putri, berbagi pengalaman ketika menghadapi anaknya yang berbohong, atau pada saat mereka senang membantah. Yang membuatku takjub adalah 6 anaknya itu smuanya ikut kamp ini, dan aku melihat mereka begitu menakjubkan, terutama bagaimana mereka saling menyayangi. Saat makan, yang besar menyuapi adik-adiknya yang masih kecil.
Yah...jalinan hati terjalin di kamp itu. Ada hidayah yang Allah turunkan di hati-hati ini. Ada yang awalnya dipaksa suaminya, dan datang dengan pandangan buruk tentang islam, jd semangat untuk belajar Islam. Mereka datang bukan hanya dari Tokyo, tapi dari daerah-daerah yang cukup jauh.
Tugas berikutnya menanti, bagaimana proses berbagi ilmu dan berbagi cinta ini menjadi sebuah proses yang berkesinambungan di berbagai daerah. Ini PR baru yang membuat hasrat kami menggelora, menata lagi langkah. Dengan menambah ilmu, dan tentu, salah satunya adalah lebih rajin belajar bahasa jepang...huwaa...
Ya rahman, alhamdulillahi rabb al amin
Semoga ikatan hati ini semakin erat
Tetapkan kami pada jalanMu dengan petunjukMu
Jangan bayangkan bahwa kamp ini akan penuh dengan acara yang padat semisal daurah atau pesantren kilat. Materi lima kali sehari: pagi dua, siang dua, dan malam satu. Break materi hanyalah waktu-waktu sholat dan makan beserta selang waktu yang tersisa hanyalah untuk tilawah dan tilawah karena ada targetan ibadah yang harus dikejar.
Disini, materi hanya sehari sekali. Sisanya adalah acara-acara yang lebih santai, misalnya game, berbeque, dan kembang api. Dibanding tahun lalu ini adalah peningkatan, katanya. Untuk sholatpun pada masa awal masih ada yang harus diajak, karena ada yang masih tak mengerti bagaimana caranya, dan tak tahu bahwa mereka sholat harus lima kali sehari.
Tempat yang dipilih adalah sebuah tempat wisata di pinggir danau. Kawasannya cukup dekat dengan gunung Fuji. Wajar saja pada malam hari suhunya bisa mencapai 15 derajat dan pulang ke Tokyo, batuk dan serakku kumat lagi.
Peserta dan panitia di tempatkan pada bungalow-bungalow yang tersebar di area lokasi, berupa rumah imut khas jepang. Isinya hanya amparan untuk tidur. Di depan setiap bungalow ada bangku beserta kursi panjang dari kayu untuk tempat makan. Dan tempat memanggang api. Toilet serta tempat mandi terletak terpusat, agak jauh dari bungalow. Hal ini agak merepotkan untuk wudhu muslimah.
Program ini ada tiga bagian, untuk wanita, pria, dan anak-anak. Selain itu ada acara gabungan, misalnya kelas materi besar untuk wanita dan pria (materi ukhuwah dan keluarga sakinah), game untuk ibu-anak (mencari jejak), atau waktu bermain untuk ayah-anak. Ayah-anak sempat naik perahu mengelilingi danau. Sedangkan yang wanita tidak. Sayang ya.
Yang menarik adalah penyedia konsumsi adalah bapak-bapak. Mereka membawa perlengkapan lengkap dan memasak dengan cekatan. Aromanya membuat lapar setiap kali menjelang waktu makan. Sampai-sampai ada orang jepang yang juga sedang berlibur disitu datang ingin meminta makanan. Kare, nasi beriani, dll adalah menu yang disajikan. Sangat pakistan, karena sebagian besar bapak-bapak ini memang orang pakistan.
Untuk anak-anak disediakan soup. Sampai sekarang aku masih penasaran bagaimana rasanya, hehe...
Acara favoritku adalah membaca Al Quran di pagi hari, bada subuh. Peserta dibagi kelompok, antara yang advance, intermediete dan basic. Tentu saja, majoritas anggota kelompok advance adalah muslimah Indoensia. Aku sendiri kebagian memegang kelompok intermediete yang anggotanya hampir semua orang Jepang. Alhamdulillah ada satu di antara mereka adalah muslimah jepang yang bisa bahasa inggris, dan satu lagi satu-satunya muslimah indonesia dikelompok itu, bisa berbahasa jepang. Mereka membantu banyak bila aku kesulitan menerangkan.
Mereka senang sekali dengan pelajaran makhroj yang dinyanyikan, aa ii uu aw...hehe Sayang, ingatanku tentang pelajaran masa kecil, menghapalkan banyak hal dengan nyanyian agak terkubur dan sulit digali...
Malam hari ada juga pentas anak. Anak-anak menyampaikan hapalan quran dan doa. Subhanallah... yang menakjubkan adalah seorang anak berusia 3 tahun, yang hapalannya banyak. Padahal dia termasuk anak yang terlambat bisa bicara. Yang membuat aku terharu dan kagum adalah, karena ibunya adalah muallaf, muslimah jepang yang bersuamikan orang pakistan. Sehari-hari mereka banyak memperdengarkan AQ, dan tak pernah diperdengarkan lagu-lagu. Subhanallah... dan mereka berdua, suami istri ini, adalah salah satu penggerak dakwah disini.
Hari terakhir adalah hari yang paling istimewa. Pagi-pagi ada materi tentang pendidikan anak. Disini jadi tempat sharing ibu-ibu tentang serba serbi mendidik anak. Subahanallah...aku masih saja terkagum-kagum dengan upaya mereka menjaga akidah keluarga di negeri ini.
Lalu setelah itu beres2, packing dsb. Setelah itu baru acara diskusi. Pada diskusi ini peserta dibagi beberapa kelompok, dengan bahasa yang sama. Mereka harus mendiskusikan sebuah kasus, dicari solusinya, lalu wakil kelompok akan mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Ada pula waktu tanya jawab untuk setiap kasus. Subhallah...aku sendiri sejak diamanahi untuk memimpin diskusi merasa tak tahu, apakah ini akan berjalan dengan baik terkait kendala bahasa. Tapi ternyata diskusi itu berjalan jauh di luar dugaan. Mereka berbagi, bertukar pikiran dan menghasilkan banyak solusi. Allahu akbar...
Misalnya saja, cerita seorang muslimah dengan 8 orang putra-putri, berbagi pengalaman ketika menghadapi anaknya yang berbohong, atau pada saat mereka senang membantah. Yang membuatku takjub adalah 6 anaknya itu smuanya ikut kamp ini, dan aku melihat mereka begitu menakjubkan, terutama bagaimana mereka saling menyayangi. Saat makan, yang besar menyuapi adik-adiknya yang masih kecil.
Yah...jalinan hati terjalin di kamp itu. Ada hidayah yang Allah turunkan di hati-hati ini. Ada yang awalnya dipaksa suaminya, dan datang dengan pandangan buruk tentang islam, jd semangat untuk belajar Islam. Mereka datang bukan hanya dari Tokyo, tapi dari daerah-daerah yang cukup jauh.
Tugas berikutnya menanti, bagaimana proses berbagi ilmu dan berbagi cinta ini menjadi sebuah proses yang berkesinambungan di berbagai daerah. Ini PR baru yang membuat hasrat kami menggelora, menata lagi langkah. Dengan menambah ilmu, dan tentu, salah satunya adalah lebih rajin belajar bahasa jepang...huwaa...
Ya rahman, alhamdulillahi rabb al amin
Semoga ikatan hati ini semakin erat
Tetapkan kami pada jalanMu dengan petunjukMu
Comments