Skip to main content

Topeng

Manusia pandai menggunakan topeng. Tipuan demi tipuan gampang dibuatnya bak aktris. Senyum yang banyak, sapa sini sapa sana, maka predikat ramah akan disandangnya.

Banyak membaca, sekolah tinggi-tinggi, mencerna informasi lalu mengajarkan pada banyak orang, maka ia akan disebut cerdas dan baik hati.

Sisihkan sedikit uang untuk dibagi-bagi, maka dermawan akan menjadi gelarnya. Sering-sering juga ulurkan tangan bila ada yang butuh bantuan, jadilah ia ringan tangan.

Rajin mencatat kenalan, mengontak-ngontak banyak orang, sedikit berkorban untuk hadiah, maka jaringan luas akan diperoleh. Bisa untuk koneksi dagang atau untuk meminta bantuan lanjutan.

Datang ke acara-acara penting, beribadah masal agar orang melihat sebagai orang shalih. Lalu bergabunglah bersama barisan orang baik, pura-pura berjuang, sampai ambisi untuk menjadi menteri terobati. Selain untuk dapat istri atau suami yang baik hati.

Duuuh...betapa mudahnya manusia berganti-ganti topeng. Membuat banyak orang terpaku, terpana, dan terpukau.

Tapi nyatanya Tuhan tak bisa ditipu...

Comments

eLogs said…
tapi nggak menjadikan kita berprasangka kan ? :-)
have a nice weekend Te Riska.
Anonymous said…
assalamuailaikum!ya habibi!apa khabar anda di tokyo?
Anonymous said…
ita senantiasa harus meneliti hati hati ya..adakah niat kita melakukan segala sesuatu dgn ihklas..krn mengharap ridho Allah telah terkotori atau tidak

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R