Skip to main content

Sendiri

Apa yang bisa kau bayangkan tentang seorang perempuan yang terpenjara oleh tubuhnya sendiri? Dia hanya mampu beredar dalam sekat-sekat dinding yang tak lebih lebar dari empat kali tiga meter luasnya-sebelum dikurangi barang-barang. Tanpa bertemu orang-orang sekitarnya, kehilangan rutinitas yang menjadi detakan dalam nadinya, bahkan ia sempat tidak tahu dengan apa ia akan makan esok hari.

Tapi meski sendiri, Allah tak pernah membiarkannya benar-benar sendiri. Lewat dunia maya dia masih bisa menyapa sahabat-sahabatnya, terutama mereka yang hanya bisa mengakses internet di siang hari. Dia juga memberinya inspirasi untuk menulis, membuat beberapa karya yang mungkin belum tentu bisa diselesaikan pada waktu normal.

Tadi pagi serta malam ini pun seseorang dengan setia mengetuk pintu kamarnya membawa seperangkat baki. Diatasnya ada hidangan lengkap, lauk, nasi, sayur, buah dan minum yang dimasak sepenuh hati oleh saudaranya yang lahir dari rahim ukhuwah.

Hatinya mengembang hangat. Membuat dia semakin yakin akan kasih yang diberikan Rabb-nya. Diselipi rasa takut akan ayat berulang dalam surat bernomor limalima.

Dalam kesendirian tak selalu kan merasa kesepian.
Karena kau tak benar-benar sendiri...

Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?

Komaba-Tokyo, 18 Juni 2004
special thanks buat mamah cintaH :x
jazaakillah khairan katsiraa

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R