Langit masih saja biru dengan sapuan awan disana sini,
menyisakan sebuah naungan dari terik sang surya.
Kicau burungpun tetap ramai.
Aku mengintip sumbernya namun tak jua kutemukan.
Mungkin mereka terlalu pemalu,
sehingga lebih suka bernyanyi di balik daun-daun yang rimbun,
menyembunyikan diri dari pandanganku
Dunia masih berputar pada porosnya,
menggulirkan sang waktu,
menggilirkan siang dan malam serta musim
pada setiap belahannya.
Alam masih biasa saja,
berjalan pada fitrah sesuai dengan catatan sang pencipta.
Akulah yang kemudian beringsut,
berkehendak membuat catatan sendiri
tentang hidupku.
Mengasingkan diri dari paparan tentang manusia yang semestinya ada
Kalau kemudian aku lelah,
galau,
dan hilang arah,
masihkah aku salahkan bukan diriku?
Pada pagi yang terasa asing di Komaba-Tokyo, 19 Juni 2004
[Belajar lagi berkompromi]
menyisakan sebuah naungan dari terik sang surya.
Kicau burungpun tetap ramai.
Aku mengintip sumbernya namun tak jua kutemukan.
Mungkin mereka terlalu pemalu,
sehingga lebih suka bernyanyi di balik daun-daun yang rimbun,
menyembunyikan diri dari pandanganku
Dunia masih berputar pada porosnya,
menggulirkan sang waktu,
menggilirkan siang dan malam serta musim
pada setiap belahannya.
Alam masih biasa saja,
berjalan pada fitrah sesuai dengan catatan sang pencipta.
Akulah yang kemudian beringsut,
berkehendak membuat catatan sendiri
tentang hidupku.
Mengasingkan diri dari paparan tentang manusia yang semestinya ada
Kalau kemudian aku lelah,
galau,
dan hilang arah,
masihkah aku salahkan bukan diriku?
Pada pagi yang terasa asing di Komaba-Tokyo, 19 Juni 2004
[Belajar lagi berkompromi]
Comments