Skip to main content

Asing

Langit masih saja biru dengan sapuan awan disana sini,
menyisakan sebuah naungan dari terik sang surya.
Kicau burungpun tetap ramai.
Aku mengintip sumbernya namun tak jua kutemukan.
Mungkin mereka terlalu pemalu,
sehingga lebih suka bernyanyi di balik daun-daun yang rimbun,
menyembunyikan diri dari pandanganku
Dunia masih berputar pada porosnya,
menggulirkan sang waktu,
menggilirkan siang dan malam serta musim
pada setiap belahannya.

Alam masih biasa saja,
berjalan pada fitrah sesuai dengan catatan sang pencipta.
Akulah yang kemudian beringsut,
berkehendak membuat catatan sendiri
tentang hidupku.
Mengasingkan diri dari paparan tentang manusia yang semestinya ada

Kalau kemudian aku lelah,
galau,
dan hilang arah,
masihkah aku salahkan bukan diriku?

Pada pagi yang terasa asing di Komaba-Tokyo, 19 Juni 2004
[Belajar lagi berkompromi]

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R