Skip to main content

Tes Inkblot

Pagi ini dengan isengnya saya melakukan tes Inkblot.

Saya ga tahu persis bagaimana cara kerja tes ini. Tapi media yang mereka gunakan adalah gambar 'tinta' yang harus kita rasakan atau imajinasikan sendiri menyerupai apa.

Mereka bilang di kata pengantarnya:
In the course of this test, you will be asked a number of questions about 11 different inkblots. To truly capture your unconscious thoughts, it's important that you take a good look at each inkblot before reading the questions about it. There are no right or wrong answers on this test, so always give the response that most closely matches your feelings or observations about each inkblot.

Setelah melewati 11 gambar itu beserta puluhan pertanyaan yang melengkapinya, saya mendapatkan hasilnya.

Inilah hasilnya:
ries, your subconscious mind is driven most by Peace

You have a deeply-rooted desire to make peace in the world. Whether through subtle interactions with loved ones, or through getting involved in social causes, it is important to you to be able to influence the world in a positive way.

You have a deep respect for humankind. You care about the future of the world, even beyond your own involvement in it, and you inspire others to feel the same way. Your innate drive toward peace guides you in daily life towards decisions that are respectful toward yourself and others.

Your psyche is very rich; the more you learn about it, the more you will understand who you really are.

And that's just some of what we know about you from your inkblot test results. Find out more about what drives your subconscious and how it affects you and your happiness in your personalized 25-page inkblot test report.

It's ready right now!


Berhubung untuk mendapatkan report lengkapnya harus bayar, hehe...saya putuskan untuk 'cukup sekian dan terima kasih'. Rugi sih sebenarnya karena baru taraf sekedar tahu, tanpa mengetahui bagaimana memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.

***

Btw, sejak dulu saya suka mengikuti berbagai tes seperti ini. Meski ini hanya pendekatan-pendekatan saja (ga bisa 100% dipercaya) tapi saya belajar memahami diri saya sendiri. Memahami diri sendiri ini membantu kita membuat treatmen atau pendekatan-pendekatan khusus bila kita menginginkan sebuah pencapaian-pencapaian selain tentunya untuk pengendalian diri.

Beberapa hasil yang pernah saya peroleh, misalnya saja di tes kepribadian, yang menonjol adalah sanguinis-melankolis-koleris. Saya memasukkan tiga jenis, bukan dua jenis seperti kebanyakan orang, karena memang hasil tesnya tak benar-benar tepat dua yang sama. Satu kali sanguinis-melankolis, kali lain sanguinis-koleris. Hebatnya belum pernah pleghmatis, hehe... Tapi di inkbolt malah 'peace' sebagai penggeraknya, ya.

Di buku Quantum Learning, saya mendapati diri saya sebagai tipe pembelajar visual.

Omong-omong dengan tipe pembelajar, saya bersyukur sekali saat itu mengetahui bahwa ada tipe pembelajar kinestetis.

Sewaktu SMP-SMU, saya mengajar ngaji anak-anak. Pertamanya di masjid, namun karena muridnya bertambah banyak, sebagian dipindah ke rumah. Saya kebagian mengajar anak putri dan mereka manis-manis (mudah diatur). Tapi kadang saya juga harus mengajar anak putra. Masya Allah...rasanya darah tinggi dibuatnya karena mereka sangat cerewet dan tak pernah mau duduk manis.

Saya sering sekali ingin marah dan menangis pada saat yang bersamaan. Meskipun pada akhirnya kisahnya happy ending ^_^ tetap saja saya merasa belum optimal.

Lalu saat kuliah saya baca buku QL itu. Lalu saya menemukan saya bersalah, telah men-cap mereka anak nakal, mestinya saya tahu bagaimana belajar memahami mereka, dan memberikan metode pengajaran yang sesuai.

Saya tak bisa kembali ke masa lalu. Ilmu yang baru saya pelajari itu hanya bisa saya terapkan untuk murid-murid bimbel yang kemudian saya ajar paruh waktu pada masa kuliah dan juga setelah saya lulus.

Waktu memang tak pernah menunggu kita
Setiap kejadian menghampiri tanpa menimbang
kita telah cukup dewasa atau cukup memahami untuk menyikapinya.



Komaba, Tokyo 26 Juni 2004
Semoga Allah karuniakan kita kemampuan untuk terus belajar dan belajar, sehingga kita kan sanggup memikul beban yang akan memulyakan kita, bila masanya tiba...

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar