Skip to main content

Pindahan

Akhirnya tibalah salah satu hari dimana aku harus membiarkan orang lain menatap punggungku, menyisakan duka pada hati yang pergi maupun ditinggalkan.

Hari ini, rumah baru akan kami tempati, dan ruang mungil 2.5x3 meter yang menemaniku selama 17 bulan ini kembali kosong sebelum diisi kembali. Dua jam lagi, mobil pengangkut barang akan tiba, dan dengan segera komputer ini akan masuk kotak untuk sementara.

Hemmm...sedih? Sudah pasti. Sepekan dua pekan yang lalu, hawa perpisahan itu sudah terasa. Karena menurut beberapa orang, setelah lelaki itu datang, akan sulit menemukan waktu-waktu masak atau makan bersama di ruang makan kami, jalan kaki ke shimokitazawa, mengobrol sampai bosan, hingga sholat jamaah, sauh dan buka bersama, dll. Ternyata memang benar, waktu semakin terbatas.

Tapi tentu ada harapan, bahwa kami masih bisa saling mengunjungi suatu hari nanti, atau sekedar bertukar cerita di padang rumput miring di sekolah. Makan siang bersama sambil menatap langit biru. Atau duduk di pojok kantin yang selalu ramai oleh manusia-manusia yang ada di siang hari.

Berhenti berpikir tentang kesedihan. Meski mata masih membasah, penuhilah hati dengan harapan. Ada banyak yang baru, yang berbeda, dan tak berarti memburuk. Seperti cinta yang tumbuh di belah bumi yang berbeda. Menyubur, bila disemainya dari hati.

Pamit...internet di rumah baru akan tersambung dalam 3pekan ke depan, Insya Allah. Jadi untuk sementara hanya memanfaatkan fasilitas internet lab/kampus saja untuk beberapa kebutuhan yang sangat penting/mendesak.
Mohon doanya...

Comments

Gimana rasanya di tempat baru tante Ries? ntar cerita ya...
Zubia alhamdulillah baik te, sudah semakin cepat jalannya:-D
Sun sayang dari jauh..
Gimana rasanya di tempat baru tante Ries? ntar cerita ya...
Zubia alhamdulillah baik te, sudah semakin cepat jalannya:-D
Sun sayang dari jauh..
Gimana rasanya di tempat baru tante Ries? ntar cerita ya...
Zubia alhamdulillah baik te, sudah semakin cepat jalannya:-D
Sun sayang dari jauh..
eka said…
Duh Rieska, selamat ya honeymoon nya di rumah baru. Yang namanya sharing kalau diniatkan saling ingin menyenangkan pasangan, pasti indah deh.

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar