Skip to main content

Cemilan

Aku sedang berpikir, kenapa jika sedang menulis atau berpikir untuk hal-hal yang terkait dengan riset, tiba-tiba saja otak ini seperti menahan beban yang teramat berat? Tak semenyenangkan mengerjakan hal-hal yang lain.

Kontras. Seperti kontras antara menulis report dan menulis blog. Hehe...

Apakah jawabannya waktu yang dihabiskan? Atau kecenderungan hati? Tapi rasanya tak berarti salah jurusan, atau harus belajar di jurusan sastra/bahasa.

Dulu masa kuliah di Teknik Fisika, buku management dan psikologi menjadi cemilan yang sangat lezat. Sekarang itu menu wajib kadang tak senikmat dulu. Kenapa cemilan lebih nikmat dari makanan pokok?

Iya, neng.

Makan nasi dkk itu memang tak seasyik makan coklat. Apalagi bila harus masak dulu. Tapi daging dan tulangmu itu tumbuh dari situ. Coklat menambah sedikit-tapi penting-rasa dan nutrisi.

Ngngng...jadi?

Comments

Anonymous said…
doodleboardnya ga muncul neh di komp ku.. knapa yak?

eh,.. ada coklat?! bagiiiii... !!
rieska oktavia said…
to kean:
iyah nih, ngadat kayaknya. sampe sekarang ga muncul2 itu dodel.
ada coklat banyak. ambil sendiri :D

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R