Skip to main content

Curhat

Judul kok curhat? Memangnya selama ini menulis disini bukan curhat? :P

Salah satu pertanyaan berulang yang sering saya terima dari banyak kenalan baru-terutama yang berminat untuk melanjutkan sekolah disini-adalah mengenai tema riset/proposal riset. Untuk aplikasi beasiswa dimanapun proposal riset ini salah satu faktor menentu diterimanya aplikasi kita, sehingga beberapa malah minta dikirimi contoh rencana riset yang pernah saya buat.

Tapi tak banyak yang tahu bahwa sampai sekarang masalah tema riset ini masih misteri buat saya sendiri.

Dulu, saat saya melamar beasiswa, saya mengajukan rencana membuat desain kendaraan umum yang ergonomis. Ini diilhami kemacetan lalu lintas, (sebagai pelanggan setia angkot dan bis bandung-banjaran sejak SMP hingga kuliah) begitu banyaknya kendaraan pribadi yang memenuhi jalan, sehingga saya berpikir alangkah baiknya bila kita punya angkot yang nyaman. Dan dibuatlah tulisan tentang itu.

Namun, setelah itu saya berubah pikiran. Apalagi melihat area riset sensei disini, sepertinya salah jurusan meneliti tentang itu. Kemudian tanya sana sini, jadi tertarik dengan desain komputer untuk anak-anak (usabilitynya). Tema ini lah yang saya ajukan saat presentasi ujian masuk master, bulan Februari tahun lalu.

Namun setelah mengobrol dengan beberapa bunda, ada yang mengaku kurang sreg bila anak-anak cepat bergaul dengan komputer. Lebih baik banyak diinteraksikan dengan lingkungan sekitar. Sementara itu anak usia SD ke atas sudah bisa beradaptasi dengan komputer normal. Akhirnya saya batalkan, dan beralih ke yang lain.

Kemudian saya tertarik dengan safety science. Mulai membaca paper dan buku-buku yang terkait dengan itu. Tapi bersamaan dengan itu saya juga tetap dan makin tertarik dengan sesuatu yang berbau usability. Masih saja pikiran bercabang dua, sampai saat saya melaporkan kemajuan riset untuk perpanjangan beasiswa.

Bulan Maret ini, menjelang tahun kedua, segalanya harus mulai terarah. Pekerjaan besar buat saya adalah memfokuskan diri dan memantapkan hati. Saya berniat meneliti safety untuk perkeretaapian di Indonesia.

Masalah yang ada sekarang adalah kontak person dan kawan diskusi untuk mendiskusikan permasalahan yang ada disana. Hem...kalau ada yang mau bantu? Please yaa

Setelah dipikir-pikir, meski ini belum final, saya melihat sebenarnya meski loncat kesana kemari, ada alur yang sama. Kata kunci pertama, faktor manusia, baik itu interaksi sesama manusia, dan manusia-mesin dan kata kunci kedua: aplikasi real. Rasanya ingin sekali meneliti sesuatu yang saya tahu dimana ia akan diaplikasikan secara nyata.

Ternyata sensei saya itu tipe orang yang senang meneliti untuk diaplikasikan. Ia pernah bekerja sama dengan JR (PT KAInya Jepang), rumah sakit, dll. Sekarang ini yang sedang dikerjakannya adalah gazetalk (mengetik dengan lirikan mata) yang kelak bisa digunakan untuk orang tuna daksa.

Comments

Anonymous said…
Baru tau ternyata kita seangkatan :D

Iya, topik riset suka berubah-ubah, hehe...
sama juga yang terjadi pada sayah... :D
rieska oktavia said…
to ndaffo:
iya dil, kayaknya kita emang seangkatan, cuman dilla ke itb bentarnya di taun 98, saya 97 ^_^
eka said…
wah senang sekali kalau penelitiannya ttg safety pada perkereta-apian di indonesia di teruskan. We're really need it!

penelitian Rieska masalah teknis aja atau menyangkut non-teknis
soalnya aku ada pemikiran atau tepatnya pertanyan nih Ries,
apa ada hubungan safety pada kereta api tsb dengan corporate culturenya PT KAI yang notabene perusahaannya pemerintah yang memang terkenal sering salah urus, dan tidak efisien. sehingga mempengaruhi kemampuan PT KAI dalam memberikan pelayanan pada masyarakat terutama menyediakan sistem dan kereta api yang layak dan aman.

wah saya jadi serius banget kalau menyangkut sarana transportasi umum, tiap hari jadi korban macet sih. Kapan ya sistem transportasi Jakarta bisa seperti kota2 di jepang?
Unknown said…
ada baiknya Rieska rajin nulis tentang perkerataapian di surat kabar Indonesia, entah itu Kompas, Republika, Pikiran Rakyat, dll. Atau kalau tidak ada yang mau memuat, ya ditaruh saja di blog ini. Perkeretaapian - kalau pemerintahnya punya visi - sebetulnya menjadi tulang punggung perekonomian. Infrastruktur, yang dengan biaya relatif murah tapi sanggup mengangkut orang banyak hanya kereta api. Di pulau-pulau Indonesia harusnya dibangun rel-rel ganda melintasi pulau. Di Pulau Jawa saja infrastruktur terbengkalai, apatah lagi tentang safety.
Selamat berjuang.

Nano FT92

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R