Saat SD dulu, saya terhitung jarang dibelikan orang tua baju atau barang. Boleh dibilang baju atau sepatu baru dibeli pada saat lebaran tiba saja. Kemudian sepatu itu digunakan sekolah sepanjang tahun. Meski sepatu itu masih bagus dan hanya perlu disol bagian bawahnya saja, tapi tahun berikutnya tetap tak bisa dipakai karena sudah tak cukup lagi. Rasanya sayang sekali tak bisa memakainya lagi. Tentu saja ini menyebabkan saya nyaris selalu hanya memiliki satu sepatu saja selama satu tahun.
Setelah dewasa batasan itu hampir tak ada. Apalagi postur yang nyaris tak berubah sejak SMP membuat banyak baju dan sepatu bisa digunakan lama. Batasannya kemudian adalah layak atau tidaknya dipakai. Rekor sepatu kesayangan adalah sepatu sandal yang digunakan selama tiga tahun. Meski digunakan kuliah hampir setiap hari, jalan-jalan di alam bebas, dll, sepatu itu begitu awet.
Untuk bayi ternyata rekornya lebih cepat. Waktu untuk menggunakan baju dengan ukuran yang pas sangat terbatas. Lebih banyak baju yang digunakan dengan ukuran kebesaran. Ukuran pas mungkin hanya satu bulan saja, setelah itu menyempit. Sebagus apapun semahal apapun, sesuka apapun, kita tak dapat memaksakan diri untuk terus memakaikannya pada anak-anak.
Uhm... Seperti itukah dunia? Sementara dan begitu cepat berlalu. Dan tak ada yang bisa kita miliki lama-lama. Selama-lamanya pun bilangannnya hanya tahunan saja. Tapi kesibukan kita untuk itu terus saja menguras energi, sampai-sampai jatah untuk masa dewasa yang panjang terkikis habis...
**ket foto: amaturrahman (7pekan) dengan baju kebesaran**
Comments