Skip to main content

Koin kring kring

Kutipan dari e-mail sendiri di milis Fahima
-----
Di rumah, si gadis sulung sholihat Nabila mulai 4th juga mulai dikenalkan uang hemm...tepatnya menabung.

Ini juga terinspirasi dari sahabat karib Nabila, Aisyah dan Tetehnya Alifa (putri teh Shinta, tetangga kami) yang menduga Nabila banyak menabung karena mainannya banyak. Padahal sebagian besar sih mainan warisan atau hadiah, hehe...

Sederhana saja sih motif awal menabungnya, karena dia mengidam-idamkan sepeda, sepatu roda dan otopet.Karena harganya yang lumayan, Nabila jadi diajak nabung. Saya belikan dia celengan dan dia setiap hari diberi uang tuk ditabung. Tentu saja supaya lebih berkesan kuat, saya juga mencontohkan dengan cara menabung di celengan juga. Hanya saja uang koin bundanya yang besar (500 yen) sedang dia yang kecil.

Alhamdulillah dia senang dan semangat mengisi celengannya. Bahkan mulai belajar menahan keinginan. Misalnya pernah dia di jalan haus, minta dibeliin minum. Terus saya tanya,

"Nabila bisa sabar minumnya di rumah? Sebentar lagi sampai. Kalau mau sabar engga beli minum di konbini, Nabila bisa nabung 150, dua koin yang 100 dan 50 insyaAllah."

MasyaAllah dia juga mau bersabar, sampai di rumah dia minum banyaaaaaaak sekali (hehe) lalu saya kasih uangnya dan dia masukkan ke celengannya.

Alhamdulillah sepedanya sudah kebeli. Dinaiki dengan bahagia dari toko sampai rumah. Eh pakai acara mampir ke masjid juga deng, menemani babanya sholat maghrib berjamaah disana.

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R