Skip to main content

Apa Kabar 2020?

Apa Kabar 2020? Dunia saat ini sedang berhenti sejenak. Mengambil jeda dari segala hiruk pikuk kesibukannya. Se-se makhluk yang berjenis virus korona baru telah mengguncang dunia menyebarkan sebuah penyakit bernama covid-19. Ia telah menjadi cara banyak sekali manusia kembali pada asalnya. Ribuan orang... Untuk menghindarinya manusia harus mengambil jarak dengan sesamanya. Di Jepang, tempat saya tinggal sejak blog ini ditulis, sejak bulan April 2020 ini seluruh wilayah dinyatakan dalam kondisi darurat. Sejak sebelumnya sekolah diliburkan, kerja dianjurkan di rumah, toko-toko ditututup dan banyak kegiatan dibatalkan. Rumah sakit penuh dengan pasien-pasien. Shalat Jumat ditiadakan, acara-acara perkumpulan dan pengajian diganti menjadi online. Banyak orang kehilangan pekerjaan. Sebagian kelaparan. Namun ujian adalah jalan untuk membuktikan iman. Dan dibalik segala yang tampak buruk, selalu ada kebaikan yang mewarnai. Dibalik segala kesulitan bersamanya ada kemudahan. Saat semua harus berada di dalam rumah, ada ikatan keluarga yang tersambungkan, perhatian pada hakikat pendidikan anak. Saat satu rizki terhalang, digantikan dengan rizki yang keluar dari jalan lain. Warga bergotong royong saling meringankan beban. Manusia bisa merenungkan apa yang sebenarnya penting dan tidak dalam hidupnya. Hal-hal yang sebelumnya tak disentuh kini didalami dan dipelajari. Menghapal Al Quran dll. Pada ujungnya, setiap kita hanya berharap untuk mampu melewati semuanya, menguatkan iman dan menjadikannya tabungan amal shalih yang akan dibawa pulang ke kampung akhirat.

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...

Puzzle 46 (Terkurung di rumah)

Puzzle 46 (Terkurung di rumah) Puzzle terakhir ditulis 28 Desember 2009. Seperti apa kepingan yang ada 10 tahun kemudian? Dengan covid-19 yang sedang mewabah di seluruh dunia. perempuan itu bekerja dari rumah. Sewaktu-waktu lelaki itu juga di rumah. Serasa liburan tapi banyak kerjaan. Mereka berbagi tugas. Siapa yang belanja siapa yang masak. Siapa yang beres-beres siapa yang menemani anak belajar. Ada banyak istri stress karena suaminya di rumah. Repot katanya. Tapi perempuan itu bahagia. Ada hari-hari dimana ia bisa puas memandang suaminya sepanjang hari. Alhamdulillah. Pekerjaan lebih ringan, hati juga lebih lapang. Ada banyak target yang bisa dikejar, alhamdulillah