Skip to main content

Puzzle 31 (Ngobrol)

Dulu, perempuan itu mengaku sebagai seseorang yang tak bisa mengobrol. Ia selalu mengalami kebuntuan untuk memulai percakapannya. Namun semenjak mempelajari Diennya lebih seksama, ia pun belajar untuk lebih peduli dalam berkomunikasi dengan sesama. Untungnya, ia menemukan tempat latihan yang bagus, yaitu saat ia tinggal di asrama putri ITB dimana pilihannya adalah mulailah percakapan, atau kau akan disebut orang sombong.

Dan bakat terpendamnya yaitu cerewet, akhirnya keluar sehingga kini tak seorang pun yang percaya bahwa dulu ia itu tak pandai mengobrol.

Lalu Allah mempertemukannya dengan seorang lelaki yang juga mengaku tak pandai mengobrol, apalagi dengan orang yang baru dikenal. Pada hari-hari pertama menikah yang merupakan hari-hari awal interaksi mereka, perempuan itulah yang bercerita tentang apasaja yang menyangkut dirinya. Memperlihatkan sekian banyak album, mengisahkan banyak hal terkait keluarga besar, sekolah, aktivitasnya, prinsip-prinsipnya, dll. Dan lelaki itu banyak menyimaknya dengan perhatian sambil sesekali menanggapi pendek-pendek.

Saat datang ke Jepang, perempuan itu pun berusaha mengenalkan lelaki itu kepada sebanyak mungkin rekan-rekannya, dan meminta mereka untuk memulai persahabatan dengan lelaki pemalu itu.

Ketika perempuan itu mengandung anak pertama mereka, ia sering meminta lelaki bercakap-cakap dengan si calon bayi. Awalnya berbicara dengan bahasa Arab, lama-lama dengan bahasa Indonesia, kadang dengan bahasa Jepang patah-patah yang terdengar lucu.

Kejutan baru dibawa lelaki itu ketika ia menjaga bayinya sementara perempuan itu mengerjakan hal yang lain. Ayah baru itu diam-diam begitu asyik mengobrol dengan putrinya yang menimpali dengan gerakan tangan, mulut dan mata (meski melihatnya entah kemana). Sungguh, kini ia justru yang berbicara dengan putrinya lebih banyak dari pada istrinya.

Apa saja yang dibicarakan/dilakukan?
- olahraga/gerakbadan sambil berhitung
- saat si kecil menangis, minta digendong/mimik, lelaki itu membujuknya dengan membacakan ayat-ayat tentang sabar
- bernyanyi
- ... (banyakkk)

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar