Skip to main content

Puzzle 43 (pasangan)

Makin lama menikah makin panjang jobdesc seorang istri.

Istri, pacar, bendahara, koki, teman, manajer, pembantu, sahabat, babysitter, boss, sekretaris, humas/PR, tukang dongeng, hem.. apalagi yaa...

Tapi semuanya menyenangkan. Meski kadang ada capek-capeknya juga tentu ;).

Lelaki itu juga profesinya jadi banyak.

Sumi, pacar, tukang pijet, imam, teman, tukang cuci piring, guru, tukang jemur kasur, sahabat, part time baby sitter, pengantar, penjemput, sopir motor dan sepeda, partner bisnis.. dan masih banyak lagi.

Hak dan kewajiban masing-masing masih terus dibahas-praktek-evaluasi. Bergeser kesini kesitu, tergantung kondisi dan kompromi, sembari terus saling mengenal. Dan sampai sekarang masa-masa pengenalan diri masing-masing masih terus berjalan. Ada banyak hal yang dilihat dengan kaca mata yang sama, namun banyak hal pula yang terlihat berbeda karena ternyata sudut pandang yang begitu berbeda.

Katanya, mengetahui pasangan adalah modal besar. Tapi tak cukup tahu harus dilanjutkan dengan memahami. Memahami saja bisa jadi rugi kalau tidak saling mengembangkan benih-benih kebaikan yang ada pada diri masing-masing. Dan kesediaan untuk berkorban. Hem...

Semoga dikuatkanNya selalu. Aamiin...

Comments

Anonymous said…
iya nih teteh... macem2 posisi teh disana disini tergantung sikon he... cuman klo sedang sendiri gini ada repotnya, ngerasa tak bertuan, ga ada jg yg ngabisin masakan he..
rieska oktavia said…
hehe..aya-aya wae...
(jadi inget oseng waluhnya didin. masih kabita da)
kalau saya, bab papasakan, karena ga ada tuan besar, jadinya masak tujuannya buat anak-anak aja. buat sendiri saayana wee...

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R...

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha...