Skip to main content

Pindah Rumah

Kurang lebih lima tahun setengah tinggal di Jepang, saya merasakan satu kali pindah rumah, dari asrama ke rumah yang sekarang. Sebuah kamar lengkap dengan WC-kamar mandi di Asrama Mahasiswa Komaba-Tokyo ditempati 1.5 tahun, sebelum akhirnya pindah ke Saginuma-Kawasaki saat suami datang ke Jepang.

Sekarang kami yang sudah berempat berniat pindah lagi. Kali ini kembali ke Tokyo, tapi di bagian utara. Mendekati masjid Otsuka, tempat saya mengajar selama ini. Tiga pekan sebelum pindah, aroma rumah dan jalanan yang biasa dilewati menjadi agak berbeda. Saat belanja di toko sayur Aki (saya menyebutnya begitu karena yang punya adalah sepasang kakek dan nenek yang baik hati).

Rumah yang baru akan lebih mungil. Kamar berkurang satu, luas berkurang sekitar 10m2, jadinya ada banyak barang besar yang tak bisa dibawa. Alhamdulillah, bisa barang-barang itu bisa dihibahkan  ke teman-teman di Tokodai.

Selain ada sedikit khawatir rumah baru itu tidak memadai untuk menerima tamu atau kawan yang menginap, ada rasa senang dan energi baru untuk merasakan suasana baru. Rasa ini membuat saya bersemangat untuk mengantisipasi pindahan ini dengan melakukan beberapa langkah yang dilakukan:

1. Simulasi ruangan

Barang-barang yang dibutuhkan dan strategi penyimpanannya. Barang-barang besar diukur, laci-laci plastik, koper-koper, dus-dus, dll diperhitungkan posisinya nanti dan juga apa saja isinya.

2. Simulasi alur kerja

Di rumah, biasanya ada beberapa alur kerja, seperti prosesi keluar masuk rumah (menyimpan sepatu, jaket, dll), alur mamasak (alat memasak, bahan makanan, tempat bumbu, stok, dll), alur makan (alat makan, tempat makan, cuci piring, dll), alur cucian (pakaian kotor, perlengkapan, sabun pewangi, jadwal cuci dan jemur, penyetrikaan, penyimpanan, dll), stasiun kerja (peletakan buku, komputer, dokumen, dll), dll.

3. Jadwal harian

Mulai dirancang-rancang apa yang mau dilakukan setiap hari. Yang pasti suami  senang bisa sholat subuh berjamaah di Masjid, lalu mudah-mudahan bisa murajaah/setoran sama Imam yang kali ini satu almamater di sekolahnya. Anak-anak bisa ke koen tiap hari karena terlewati dalam perjalanan ke TK/masjid. Waktu di kereta sekitar 2-3 jam setiap hari bisa diganti dengan bersepeda, main, atau belajar.

4. Packing

Dengan hasil-hasil di atas akhirnya bisa packing dengan gembira. Halah... Barang-barang dikelompokkan dari awal supaya nanti pas pindahan acara beres-beresnya bisa lebih ringan. Ini juga hasil ngobrol-ngobrol dengan Dessi yang ahli pindahan (dalam 5 tahun menempati 4 rumah).

Misalnya baju-baju atau alat-alat dalam laci dibiarkan dalam laci setelah melalui penyortiran. Kardus khusus untuk perlengkapan di dapur (yang akan disimpan di kabinet), baju-baju yang biasa digantung disimpan dalam koper khusu baju, sementara hanger dengan jumlah yang sesuai ditempatkan terpisah. Buku-buku juga disimpan dalam kardus ditempatkan sesuai dengan kelompok/penempatannya nanti di rak buku.

5. Distribusi barang yang tidak dipakai

Sebisa mungkin tidak mubazir. Barang yang sudah tidak kita perlukan lagi bisa jadi masih dibutuhkan oleh orang lain. Jadinya dengan membuat pengumuman di milis-milis mudah-mudahan bisa mempermudah penyalurannya. Pengumuman, dealing, serahterima/pengangkutan, dll.

Barang-barang yang tak layak pakai harus dibuang dengan jadwal pembuangan yang sesuai. Sebaiknya jauh-jauh hari melihat jadwal pembuangan sampah besar/sodai gomi/recycle.

6. Pindahan hari H

Pengangkutan bisa dilakukan dengan menyewa kendaraan, menyewa perusahaan pindahan, dll. Tidak lupa untuk mengontak perusahaan listrik, gas, air, dll untuk penutupan kontrak. Dan tentu saja pengecekan kondisi rumah oleh fudosan/agen real estate. Mudah-mudahan kalau tidak banyak masalah uang deposit bisa banyak kembali, hehe...

7. Beres beres dan bersih-bersih

Rumah baru dan rumah lama

8. Pemasangan listrik, air, gas, telepon, dan internet di rumah baru

Untuk listrik dan air bisa sehari sebelumnya. Untuk gas tiga hari sebelumnya. Nah, yang internet belum tahu bagaimana...

Demikian yang baru terpikir...ada yang bisa menambahkan kiat-kiat pindahan efektif, efisien, dan bahagia?

Comments

Juariah SW said…
Semoga rumah barunya lebih berkah :X dekat mesjid lagi :)
teteh yang internet kalau di nagoya biasanya butuh 1 bulanan.. jadi kalau pingin pas pindah di rumah baru, lsg ada internet, applynya 1 bulan sebelum pindah...
minta alamat lengkapnya ya teteh? ayoo kapan mau main ke nagoya ? ^_^
Ummu Hizam said…
teh rieska met pindahan ya, seneng bgt rumah deket mesjid ^_^
selamat pindahan ya... semoga tempat baru penuh barokah... btw setiap pindah rumah pasti ada plus minusnya ya...
rieska oktavia said…
Mba Ju, Ambi, Ai, Mba Rahma, makasih banyak support dan doanya. Juga masukannya...
Mudah-mudahan berkah.
Ganbarimasu ^^
makasih tips nya teh, sejak menikah sy dah lima kali pindahan di kontrakan Cisitu, ke rumah mbah di Batu, ke rumah ibu di Cijambe, kontrakan di Cijambe, skr kontrakan di Aji Tunggal, rekor ya he...he..

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar