Skip to main content

Pulang

Dua bulan saya pulang ke Indonesia. Rizki yang tak terduga meski mimpi sudah ada dalam kepala ini, apalagi sejak tahun lalu, saat adik yang tinggal di Nagoya menghabiskan Ramadhan dan lebarannya di tanah air. Mamah juga sebetulnya sudah datang untuk menemani anak-anak selama saya dan suami berangkat haji tahun lalu. Tapi kalau belum pulang rasanya...

Alhamdulillah ada rizki bisa pulang. Adik bungsu di Makassar menikah. Dan ternyata ada uang buat ongkos juga. Alhamdulillah...

Apa yang paling enak saat pulang? Tentu saja kembali ke masa lalu, bermanja kepada orang tua. Wisata kuliner yang paling lezat adalah merasakan lagi masakan ibu terkasih, dengan snack olahan ayah tersayang. Hehe...

***
Saya sendiri bertekad untuk bisa pulang sering, minimal dua tahun sekali. Membuat kenangan dengan orang-orang yang kita tak tahu kapan bisa berjumpa lagi. Tetangga, guru ngaji waktu kecil yang juga imam sholat masjid samping rumah, uwa dan kakak sepupu dari pihak ayah, paman dari pihak ibu, adiknya adik ipar, adalah sebagian dari orang-orang yang kemudian sudah pergi mendahului kami semua. Bahkan saat pulang tahun ini, suami adik nenek saya pun berpulang hanya beberapa pekan setelah ia menghadiri syukuran sunatan Azka di rumah orangtua kami.

Saya tahu hidup memang sangat singkat. Dan kematian adalah kepastian yang tidak bisa kita tolak. Tapi saya berharap-meski sesaat saja-bisa mengukir banyak kenangan baik di dunia ini. Berharap juga kita semua bisa memiliki akhir yang baik, dan kesempatan untuk berkumpul di tempat terbaik di keabadian nanti.

Masih banyak PR perbaikan diri, masih banyak hutang kebaikan yang belum terbayar, mudah-mudahan bisa dimudahkan tuk menyelesaikannya...

Comments

risahmawati - said…
menyentuh banget paragraf ini :-)
rieska oktavia said…
Eh ada kak Risah...
Beberapa waktu yll (habis pulang) baru dapat kabar adiknya nenek juga meninggal, sama uwa/suami kakaknya papap. hiks hiks... Alhamdulillah pas pulang sempat bertemu, cerita-cerita, dll. Mudah2an bisa bertemu lagi di tempat terbaik...

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar