Skip to main content

Ranting-rintang

Dipikir-pikir, ada banyak yang berubah pada diri, antara datang pertama disini. Masih cerah ceria (eh sekarang juga masih) dan sendiri. Sekarang cerah ceria juga, tapi bertiga. Apa saja yang berubah?

Aktivitas di dunia maya...
Uhm, dulu rajin mengecek imel, membaca milis, meski sekedar selintas untuk melihat isu, menangkap informasi, atau menghangatkan hati. Sekarang, seadanya, sebisanya. Diggest saja tak sempat dibuka.
Ruginya, kadang ketinggalan aneka kajian OL, atau info2 penting...

Dulu, di layar bisa terbuka hampir 10 window YM pada saat bersamaan. Curhat atau dicurhatin, diskusi serius, dll
Sekarang, seperlunya. Lebih banyak menginvis...

Perjalanan

Dulu, persiapan kilat seadanya, suka bawa tas isi macem2 terutama buku.
Sekarang, persiapan jauh2 menit dengan ritual tertentu, yang kadang 'digagalkan' dengan isi bensin, ganti popok, atau sekedar ga tega bangunin tuan putri yang sedang tidur.
Tas masih tetap besar dan berat, tp isinya berubah. Popok/diaper, tisu basah, baju ganti, minyak telon, dll adalah persiapan wajib. Tempat pensil besar yang dulu segala ada, sekarang ga dibawa lagi. Berat. Cukup satu pulpen.

Dulu, selalu mencari kereta cepat, ga peduli penuh desak2an, dengan waktu tempuh yang penuh perhitungan antar kereta
Sekarang, mencari kereta yang agak lenggang supaya masuk kereta bayi, atau sekedar supaya si neng kecil di gendongan ga kedempet. Waktu tempuh juga jadi mengulur karena harus cari-cari tempat aman untuk isi bensin. Soalnya disini ga umum ngasih ASI di sembarang tempat, meskipun aman karena pake jilbab. Masih ajaaaaaa risih.
Alhamdulillah, Amaturrahman masih terbilang baik, kalau di jalan ga sering-sering minta mimi. Asal intervalnya masih dalam batas toleransi (lk dua jam)

Catatan
Dulu, mayaan laah..masih suka jd contekan orang sebelah klo ada kajian
Sekarang, hemm...ada bagian bolong2 karena ada interupsi eyong2 yang gelisah (masih mending...waiting untuk edisi dicoret2in atau dirobekin :P)

*bersambung*

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R...

Berhenti Sejenak

Pagi itu kami berempat (saya dan A3-A5) menuju stasiun. Baby Anas (A5) setia duduk di strolernya. Dinginnya menggigil tapi matahari menyapa dengan hangat. Tujuan kami adalah Kabe, rumah mba Nita tuk bersilaturahim dengan sahabat Azzahra. Di tengah jalan, di area favorit anak-anak untuk berhenti, Azmi (A3) tiba-tiba bertanya, "Bunda, itu tulisannya apa?" Ia menunjuk setengah bola yang biasanya mereka duduk bermain di atasnya.  Setiap melewati area ini memang mereka hampir selalu berhenti untuk bermain. Tapi pagi ini (seperti biasa) kami sedang mengejar waktu. Jadi saya menjawab sekenanya, "Engga tahu. Ayo kereta menunggu!" "Karena jauh ga keliatan? Ayo kesana!" Ah...  "Seperti ini tulisannya. Apa bacanya bunda? Tapi ini kanji bunda ga ngerti ya?" Akhirnya saya (seperti biasa, harus) mengalah. Berjongkok mengamati tulisan. Ternyata.... Tulisannya adalah "Saturn" lengkap dengan kanji di bawahnya dan angka2.... Saya lalu melihat ke sekelili...