Skip to main content

Sehari bersama bubu

Belum kelar menulis dua postingan, sudah membuat postingan baru :D Mumpung sholihat lagi bobo nyenyak, dan baba belum pulang.

Mulai April ini, bubu tak sekolah lagi. Hem..belum tercatat disini, bahwa bunda tamat sekolah September tahun lalu. Namun dengan beberapa pertimbangan, bubu tetap sekolah selama tiga hari dalam sepekan selama Oktober-Maret tahun ini.

Seharian bersama bubu di rumah, seperti apa rasanya yaa?

Bersama cucian
Dulu bunda dan bubu balap cepat 'mengurus cucian'. Bunda menggantung/menjemur-bubu menjatuhkan. Sekarang karena bubu sudah mengerti perintah 'ambilkan', cucian yang asalnya diambil tuk dijatuhkan, kini diambil tuk diserahkan pada bunda untuk digantung pada gantungan baju.

Tak kenal lelah meskipun nafasnya terdengar terengah-engah... Hehe... sebenarnya, kalau dia bosan, dia boleh ganti dengan mainan lain sih, tapi ia memilih tabah sampai potongan baju terakhir... Makasih ya cinta

Saat menjemur cucian di luar, saatnya ia bersenang-senang di halaman. Ia memakai sepatu berbunyi, berjalan ke sana kemari. Kala angin kencang bertiup, refleks, gadis kecil itu memegang sesuatu. Kadang ia duduk-duduk saja di bawah sambil memegang batu-batu kecil. Sekali waktu iseng menjilat debu di kusen jendela. Bubu...

Bersama sampah dll
Bubu senang memasukkan sesuatu ke dalam suatu tempat. Bunda memanfaatkannya dengan mengajaknya memasukkan sampah yang tercecer ke tempat sampah, atau membereskan sesuatu. Misalnya memasukkan mainannya sendiri ke dalam kotak masing-masing kala selesai dipakai, memasukkan gantungan-gantungan baju ke kotak gantungan, dll.

Namun olala...sekali-sekali bubu tertangkap basah memasukkan legonya ke tempat sampah, atau malah membongkar tempat sampah itu sendiri. Bunda mulai berpikir, apakah tempat sampah harus mulai ditaruh di tempat yang sulit ia jangkau?

Melihat bunda membersihkan tatami dengan roll berlem, bubu tertarik. Akhirnya tugas itu ia ambil alih dengan senang hati. Bunda jadi bisa kerjakan yang lain. Hehe...

Kesimpulan, bunda jadi punya partner baru tuk kerjaan rumah. Jadi lebih semangat beberes, hehe...

***
Ohya edisi ditinggal pergi ke toilet (bumil makin rajin ke toilet) dia tetap saja menjerit-jerit dan menangis. Tapi begitu wajah bunda muncul di balik pintu, ia langsung tersenyum dengan mata berbinar. Gemes. Bubu takut bukan karena berpisah dengan bunda. Ia menangis karena sendirian. Di densha, ia bisa ditinggal begitu saja di keretanya sementara bunda duduk di luar jangkauan pandangnya. Di masjid, atau saat ada acara, ia bisa bermain/dipegang oleh orang lain dalam waktu lama, dan tak menangis meskipun bunda tak ada di dekatnya.

Bubu bangun, alhamdulillah kali ini tamat ^-^

Comments

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar