Skip to main content

Lima belas bulan

Saya menulis sambil sesekali melirik bubu yang sedang duduk di tanah. Ia tengah bermain di halaman belakang. Halaman yang sebenarnya adalah tanah lapang berkerikil yang menjadi tempat parkir para tetangga yang memiliki mobil. *2 mei 2007*

Di lima belas bulan usianya, aktivitas bubu semakin beragam. Bunda merasa ia menjadi lebih 'hidup'. Hampir setiap pagi, setelah bangun dan minum susu, ia bermain bola di belakang rumah bersama baba. Kadang kami pergi ke taman yang ada di samping belakang.

Kadang-kadang ia bawa pulang oleh-oleh berupa batu yang ia emut-emut di mulutnya.

Giginya bulan lalu masih tujuh, sekarang 11 dengan 4 buah geraham yang berpasangan diantaranya. Gigi sebanyak itu melipatgandakan selera makan bubu yang sebelumnya sempat membuat bunda cemas. Bubu kini bisa makan satu lembar roti tawar, satu buah pisang besar, nasi satu piring kecil, dll. Porsi-porsi yang dulu hanya separuh ia habiskan.

Makanan yang berkuah bisa membuat bubu makan semakin banyak. Soto, gulai, atau sup, misalnya. Persis baba. Baba bisa makan berpiring-piring bila bertemu makanan berkuah.

Saat bunda dan baba sholat, bubu kadang masih suka menangis. Kesepian. Kadang ikut sujud sambil bilang. Baban... alias Allahu Akbar.

Kalau menyerahkan sesuatu bubu suka bilang hat..hat, dari bahasa arab sebenarnya berarti kemarikan/ambilkan.

Beberapa kejutan yang dihasilkan adalah ia memainkan benda-benda yang dulu tidak dimainkannya, misalnya:
- mengocrot-ngocrotkan *bahasa Indonesianya apa ya?* susu dalam botol susu ke bantal/karpet sehingga basah
- memotong-motong stroberi dengan tangan kemudian menggosok-gosokkannya di karpet/tatami (dulu bubu kalau diberi stroberi langsung dihabiskan di mulutnya)

Di bidang keterampilan tangan, bubu sudah bisa memasang tutup botol (tapi belum membukanya, dia tutup, lalu meminta bunda/baba tuk membukakan lagi). Jadi bunda koleksikan beberapa benda bertutup seperti aneka botol minum/pet botol, botol selai, kaleng coklat/teh, dll.

Yang gawat adalah kalau ada acara dan bubu berbinar-binar melihat banyak botol minuman. Ia sering sekali tergoda tuk memasangkan tutupnya. Dan tentu saja, meminumnya. Bunda beritahu bahwa itu botol besar dan minumnya harus dengan gelas dan mencoba mengalihkannya dengan hal lain.

Di rumah bubu suka berjalan mengitari rumah (yang hanya punya dua ruangan selain dapur, kamar mandi dan toilet). Bunda sering mengajaknya main petak umpet, dan dia hampir selalu berhasil menemukan bunda. Bubu senang berjalan di trotoar, apalagi jalan beraspal. Gawatnya ia tak suka dipegang tangan. Jadi bunda harus ekstra mengawal kalau-kalau bidadarinya melenceng dari jalur yang benar.

Demikianlah gadis mungil baikhati yang semakin hari semakin lincah... Semoga Allah selalu merahmatimu, cinta...

Comments

Popular posts from this blog

ke odaiba

Bertiga di atas perahu Dulu...waktu kaka sedang di Maroko, saya, Ima, mamah dan keluarga kakak dari Sendai (K Zakir, K Salma, Hilyah dan Gilman) pergi ke Odaiba. Jalan-jalan terakhir Kak Salma yang akan pulang ke Makassar. Kaka 'iri berat', sehingga saya pun berjanji suatu saat akan kesana bersamanya. Alhamdulillah, di antara jadwal yang cukup padat, masih ada celah sebuah hari libur tanpa tugas dimana kami bisa pergi kesana. Dengan tiket 900 yen perorang, kami bisa naik Rinkai line, Yurikamome line, dan juga naik perahu sesukanya. Kami memilih stasiun Oimachi yang paling dekat dari rumah. Walaupun hujan turun cukup deras, perjalanan masih bisa dinikmati dengan enak.

Gaya-gaya di bulan Oktober dan November 2006

Ini sebagian gaya-gaya neng qonitat yang sempet terjepret keetai/hp bunda. Setiap kali dijepret otomatis senyumnya mengembang. Imut, bikin gemesss.

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R