Skip to main content

Nabila, Pompa, dan Nendo

Pompa
Hari ini di Yakumo-Meguro, Tokyo, di rumah tante Fitri, ada PM Kanto. Setelah agak lama tidak melihat Nabila (3.5), saya melongok keluar. Betul saja, ia sedang bermain bersama Nanami, Luna, dan pompa.

Nabila memang sedang suka memompa.

Jadi ingat Ahad lalu, saya membelikan bola plastik-semangka untuk anak-anak lengkap dengan pompanya. Sudah lama mencari-cari pompa untuk balon dan bola plastik. Tapi stok di toko 100 Daiso dekat rumah kosong terus. Jadi saat menemukannya di Seiyu saya langsung senang dan membelinya.

Di rumah saya memompa bola itu lalu memainkannya bersama anak-anak. Sebentar saja sebelum melepas mereka bermain sendiri. Tapi ternyata mereka main lempar-lempar bolanya tak lama. Nabila segera mengempeskan bola plastik itu lalu memompanya kembali sampai penuh. Kelihatan senang sekali. Adiknya juga ikut-ikutan. Berulang-ulang dia melakukannya.

Selama beberapa hari mengempeskan dan memompa bola palstik adalah aktivitas favorit gadis kecil kami. Dia hampir tidak pernah bermain bola tangkap :D

Nendo Minyak/Malam
Pekan ini Nabila juga baru saya belikan nendo minyak. Biasanya kesempatan Nabila bermain "nendo" adalah ketika saya membuat adonan kue. Saya bisa memberinya sedikit adonan untuk dibentuknya. Atau kalau lama tidak membuat kue, dan saya ingat, saya memberinya sedikit tepung dan air untuk dimainkan menjadi nendo.

Nabila senang dengan nendo itu. Tapi yang lebih senang lagi babanya :D. Konon di kampung beliau dulu tak ada nendo minyak seperti itu. Mereka paling-paling main dengan nendo tanah/tanah liat.

Hem, tentu saja yang lebih mengasyikkan buat Nabila adalah meniru-niru keasyikkan ayahnya. Ia mengikuti semua yang dilakukan ayahnya sampai sekarang. Mencetak bentuk di papan bentuk, membentuk cacing-cacing/mie lalu dipotong-potong dll.

Dd bagaimana? Dd cuek saja. Baru pada saat saya membuat mobil dan memperlihatkannya dia tertarik. Spontan mengulurkan tangannya, menyentuh bagian roda untuk memutarnya. Dd memang cinta sekali dengan roda ^^

Comments

Dina Faoziah said…
hahaha... Rieska, pantesan Nabila sempat enggan meminjamkan pompanya, rupanya memang sedang gandrung! omong2 itu katanya lagi mompa sepatunya Takia, beneran ada yg namanya Takia kemarin atau Takianya Ambi, ya? :D masak sepatunya Takia jauh2 terbang ke Meguro, hihihi...
rieska oktavia said…
Hehe....
Kemaren itu engga ada yang namanya Takia di sana.
Terus saya tanya Nabila, "sepatu yang dipompa sama dengan sepatu dd Takia?"
Dia menangguk.
Saya curiga sepatu itu mirip sepatu sepupunya di Nagoya itu, karena ingatan dia/anak-anak relatif tajam ya.
Dina Faoziah said…
soal ingatan anak2 tajam, sepakat! :D
risahmawati - said…
ketika melihat suatu benda, kita berfikir gunanya buat apa ya? tapi kalau anak2 mungkin bertanya "ini bisa dipakai buat maen apa ya?" benar2 kreativitas tak terbatas dunianya...
rieska oktavia said…
hehe, betul ya k Risah..
banyak yang ga kebayang, kok kepikir...,
pas interprerasi gambar juga kadang celetukan2nya ajaib, jadi mikir "eh iya yaa..."

Popular posts from this blog

Dua Anugrah

Sabtu itu 30 Mei-seperti kebanyakan sabtu-sabtu yang lain-saya menghabiskan waktu hampir seharian di masjid. Bertemu dengan saudari-saudari untuk rapat koordinasi kegiatan masjid, belajar Islam, bercengkrama, dan makan bersama. Tak disangka, saya bertemu kembali dengan sepasang kakak-beradik dari Iraq. Pertemuan kedua setelah pertemuan pertama dalam suasana duka, saat suami sang kakak meninggal lalu dimandikan dan disholatkan di masjid ini. Kalau tak salah bulan Maret 2009 yang lalu. Subhanallah...ternyata mereka berdua diutus Allah SWT untuk menyampaikan kabar gembira: Undangan mengunjungi rumahNya yang sudah lamaaa sekali saya rindukan. Iya, setelah mengobrol kesana-kemari, saat mereka memilih-milih hijab untuk dipakai ke Tanah Suci tahun ini, saat saya meminta supaya didoakan untuk bisa pergi juga, mereka malah spontan berkata: "Come with us. We ll cover all for you..." Saya masih terbengong meski sejurus kemudian berusaha menahan tangis yang nyaris tumpah. Ya Allah...Ya R

Rahasia Hati

Percaya tidak, bahwa kita akan benar-benar jatuh cinta pada pasangan kita setelah kita menikah? Itu pesan yang tersirat di kitab suci, yang aku coba percayai. Aku selalu bilang pada orang-orang di sekitarku bahwa aku tak ingin jatuh cinta dan punya pacar karena tak mau patah hati. Beberapa kawan menganggap hal ini gila. Kadang aku sendiri tak benar-benar yakin sepenuhnya. Tapi dengan apa kita kan sanggup menyangkal apa-apa yang telah Ia tetapkan? Hal itu baru kubuktikan sendiri setelah aku menimbang perasaan dan pikiranku, tentang orang yang menjabat tangan ayahku, tepat 20 hari yang lalu. Lelaki ini datang dari dunia yang teramat beda dengan dunia yang selama ini akrab denganku. Bahkan kami bertemu pertama kali hanya selang 3 hari sebelum hari yang bersejarah itu. Namun hari demi hari, selapis demi selapis, rasa kasih itu menyusup dalam hati kami. Dia menyebutnya cinta yang bertambah setiap hari, aku menyebutnya syukur setiap hari karena menemukannya, menemukan belahan ha

DalamHening

Sejak acara rutin kami diadakan, hanya sekali dua kali saja dia datang. Lalu ia menghilang. Pekerjaan dan sakit ibunya-sampai ia meninggal di kota lain-membuatnya lama tak hadir. Hingga kemarin ia tak muncul. Sampai-sampai, aku tak pernah berhasil mereka-reka seperti apakah wajah muslimah jepang yang satu ini. Saat ibunya meninggal, Juli lalu, aku sempat mengiriminya e-mail lewat kawan (dia membantu menerjemahkan) balasannya adalah ia merasa tak ingat aku, tapi ia mengucapkan terima kasih. Walah...guru yang masih payah aku ini...tak mengenali dan tak dikenali muridnya sendiri. Hiks... Kemarin, Allah mengizinkan kami bertemu. Ia hadir saat acara hampir usai. Aku memang tak mengenalinya. Tapi ketika di sekitarnya berserakan kertas, dan orang-orang di sekitarnya dan ia bergantian menulis kertas itu, puzzle di kepalaku mulai tereka. Yaa.. dia lah orang itu. Orang yang aku nanti kehadirannya. Tapi seperti biasa, dalam keramaian, aku masih saja terlalu pemalu untuk mengajaknya bicar